9. Rahasia Mulberry

Start from the beginning
                                    

Deg!

"Tidak hanya mirip, Jimmy. Pertama kali aku melihat wajah Maria ... gadis itu seperti replika Julia di masa mudanya ..."

Reginald menolehkan wajahnya ke samping. Matanya mendarat tepat di sebuah foto yang berada di atas meja kantornya.

Sebuah foto usang dengan tiga manusia yang tengah tersenyum bahagia. Foto Reginald muda yang tengah bergandengan tangan dengan gadis muda bermata abu-abu, sementara di samping kiri Reginald adalah ayahnya.

Ayah? Tidak, lebih tepatnya adalah ayah angkatnya ... Jordan Rich Mulberry, seorang pria dermawan yang telah membawa dan menariknya pergi dari kehidupan malam dan jalanan yang kejam dan keras ... namun, kehidupan masa lalunya itulah yang kini membentuk sosok Reginald menjadi pemimpin yang kuat.

"Aku sudah menemukan anakmu, Julia. Pewaris sah keluarga Mulberry."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Maria membuka mata perlahan. Cahaya dari celah jendela kecil membuat matanya sedikit mengabur. Lampu remang-remang, dan beberapa perabotan usang yang berdebu, tepat berada di samping kanan dan kirinya. Dengan kepala yang terasa begitu berat, Maria mencoba menegakkan kembali tubuhnya.

Gudang?

Maria mengedarkan pandangannya di sekeliling ruangan. Rasa takutnya membuncah ketika ia mengingat peristiwa penculikan atas dirinya.

Maria berdiri dan berjalan ke arah pintu. Sesuai dengan dugaannya, pintu itu dalam kondisi terkunci.

Air mata Maria seketika mulai mengumpul di pelupuk matanya. Maria merutuki kebodohannya, karena meninggalkan Lucas.

Lucas...

Apakah pria itu akan mencarinya? Setelah menamparnya, tidak mungkin bagi Lucas untuk mencarinya, apalagi menemukannya ....

Maria duduk sambil memeluk kedua kakinya yang tertekuk. Terkurung di tempat yang asing dan sendirian, membuatnya ingin menangis hingga suara itu datang.

Maria buru-buru mengusap air matanya, ketika samar-samar beberapa langkah kaki kian datang dan mendekat.

Maria berdiri dan menjauhi pintu. Ia melihat ke kanan dan kiri, hingga matanya menemukan sebuah benda tajam mengkilat. Maria berlari dan meraihnya, lalu menyelipkannya di belakang tubuhnya. Bertepatan dengan itu, bunyi kunci yang diputar dan pintu di depannya terbuka. Seorang wanita, mungkin beberapa tahun lebih tua darinya berdiri di sana dengan tiga pria berbadan besar di belakangnya. Wanita yang sangat cantik dengan tubuh langsing.

"Kau sudah bangun rupanya."

Maria terperanjat saat mendengar suara dingin keluar dari mulut wanita itu. Benda tajam yang berada di belakang tubuhnya ia sembunyikan dengan rapat.

"Ke.. kenapa kau membawaku kemari?" Tanya Maria cemas.

"Kenapa? Menurutmu?" Wanita itu puas melihat ekspresi ketakutan dan panik di wajah Maria.

"Aku ingin melihat seperti apa wajah gadis yang saat ini tengah dekat dengan kekasihku."

"Ke ... kekasih? Ka ... kau pasti salah paham, aku ..."

"Tak perlu banyak bicara, aku tak ingin mendengar ocehanmu!" Wanita itu melirik ke arah pria berkulit hitam di belakangnya, seolah memberikan sebuah kode rahasia padanya.

Setelah itu, kakinya melangkah pergi meninggalkan ruangan. Seringai kejam yang sempat diberikan wanita itu pada Maria, membuat Maria beringsut mundur.

"Kita akan bersenang-senang." Pria botak bermata juling melempar tatapan senang kepada kedua sahabatnya. Senyum mengerikan di balik bibir gelapnya membuat Maria bergidik.

"Tidak..." Maria gemetaran dari ujung kepala sampai ujung kaki. Suaranya begitu lirih karena bibirnya bergetar.

"Buka bajunya, Tom." Ucap pria di sebelahnya.

Semetara orang yang dipanggil Tom, dengan langkah tegas dan senyum lebar mulai berjalan mendekati Maria.

"Dengan senang hati, Jo."

Maria tidak tahu lagi mana yang lebih membuatnya takut. Namun, dalam hati ia lebih senang jika Lucas yang melakukan hal itu. Setidaknya pria itu tidak akan menyakitinya. Tidak!

"Jangan ... mendekat!" Ancam Maria dengan suara tak meyakinkan. Tangannya mengacungkan sebuah pisau kecil yang berkarat di bagian ujungnya.

Namun pria besar bernama Tom hanya terkekeh kecil. Begitupula dengan dua sahabatnya yang lain, yang ikut tertawa melihat tindakan Maria.

"Aku bilang berhenti! Atau aku..."

"Atau apa, manis?" Tom maju lebih dekat. Tangannya yang besar dengan sigap meraih pisau di tangan Maria. Dalam sekali usaha, Tom dapat mengambil alih pisau itu.

"Lihat? Sekarang akulah pemilik pisau ini, Sayang." Tom tertawa kencang seraya memainkan pisau di tangannya.

Lalu dengan gerakan tiba-tiba, Tom menarik tubuh Maria mendekat.

"Kau sangat harum, Sayang." bisiknya lirih.

"Tidak! Lepaskan aku!" Maria menjerit, mencakar, menggigit, menendang, namun perlawanannya seakan sia-sia. Air matanya jatuh ketika pria itu mencoba merobek baju yang baru saja dibelikan Lucas untuknya.

"Lucas!"

Ada trailer.. dibuatin sama penerbit novelindo.

Tolong like dan subscribenya ya... 😍

Maria (21+) Where stories live. Discover now