3. Maria McCartney

Start from the beginning
                                    

Hell!

Lucas menghentikan mobilnya, "Bisakah kau hentikan tangisanmu!" Lucas berkata tidak sabar seraya memukul putar kemudinya.

Maria buru-buru mengusap air mata yang masih berlinang di wajahnya. Entah kenapa bentakan pria itu membuatnya semakin takut. Begitu takut hingga Maria memilih untuk merapatkan tubuhnya ke arah pintu.

Lucas menarik lengan Maria cukup kasar agar merapat dan mendekat dengannya, "Hapus air matamu. Aku tidak ingin polisi itu curiga, mengerti?"

"I-iya." jawab Maria sesenggukan.

Lucas kemudian melepaskan cekalannya dan kembali melajukan mobilnya hingga tepat berada di depan pos polisi.

"Selamat malam." sapa sang petugas.

"Selamat malam." jawab Lucas tenang seraya membuka setengah kaca mobilnya.

"Maaf sudah mengganggu perjalanan anda. Bolehkan kami memeriksa isi bagasi mobil anda?" Tanya sang petugas.

"Tentu saja."

Sebelum Lucas keluar dari dalam mobil, dia kembali memberikan ancaman kepada Maria, "Jangan berani untuk kabur."

Maria mengangguk takut mendengar ancaman dari Lucas. Maria bahkan masih bisa merasakan cengkraman tangan pria itu di lengannya.

Setelah Lucas keluar diiringi dengan dua petugas, Maria memandang keluar melalui kaca mobil, namun hanya kegelapan yang tampak. Sorot lampu mobil dan pos polisi inilah yang menjadi satu-satunya cahaya yang dapat Maria lihat. Kondisi yang tentu saja membuat Maria semakin takut. Namun... Kegelapan ini menjadi kesempatan baginya untuk kabur. Tanpa terlihat.

Maria kembali melihat ke belakang. Dia memicingkan matanya dan melihat Lucas tampak begitu tenang menjawab pertanyaan dari para petugas. Saat itulah Maria membulatkan tekadnya untuk keluar dari jeratan pria itu.

Kabur.

***

Maria menunggu beberapa saat sebelum keluar dari dalam mobil. Menatap kakinya yang mulai gemetar. Maria menajamkan telinganya di pintu mobil, menunggu hingga Lucas benar-benar fokus dengan petugas itu.

"Bolehkah kami melihat kartu identitas anda?"

"Boleh."

Saat Lucas merogoh saku celana dan membuka dompetnya, dengan hati-hati Maria membuka pintu mobil. Yang Maria butuhkan sekarang adalah segera pergi dari tempat ini.

Maria berjalan mengendap penuh waspada, merapatkan badannya pada bodi mobil. Aroma udara malam dan dingin menyambutnya. Wangi pohon Pinus dan daun kering musim panas menjadi saksi pelarian Maria malam ini. Melangkah dalam diam menembus kegelapan.

"Jangan takut, Maria." Gadis itu bergumam sendiri. Mencoba menenangkan batin dan fisiknya yang bergetar karena takut. Namun.. Maria lebih takut jika Lucas sampai menangkapnya kembali. Entah apa yang akan pria itu lakukan jika tahu dirinya tak lagi berada dalam mobil.

Langkahnya semakin cepat, setengah berlari.

"Ibu." Maria kembali menangis.

Kemanakah dia akan pergi? Maria bahkan tidak mengenal tempat ini. Tanpa adanya alat komunikasi dan petunjuk arah, Maria tidak tahu apa yang akan dia hadapi nanti.

Suara lolongan hewan dan ranting pepohonan yang bergemerisik di sisi kanan dan kirinya membuat Maria kian ciut nyalinya.

"Ibu, apa yang harus aku lakukan?"

Wajah mendiang ibunya terbayang di pelupuk matanya. Tanpa sadar air matanya mulai luruh. Isaknya tak lagi terbendung, kemudian genangan air mata itu mulai mengaburkan pandangannya, membuat kakinya tersandung dan tubuhnya terhempas mencium tanah.

"Ah, sakit... hiks..." Maria melihat luka gores cukup panjang di lututnya. Begitupun dengan lengannya yang terasa perih dengan darah segar mengalir di sana.

"Ibu ..."

***

"Apa masih ada hal lainnya yang kalian butuhkan?" Tanya Lucas yang mulai merasa jengah. Lucas berkali-kali menatap ke arah mobil. Kemudian menatap dua bawahannya yang berada tepat di belakangnya.

Gadis itu tidak mungkin kabur. Kalaupun kabur, mereka pasti melihatnya. Batin Lucas dalam hati seraya menatap Jorge dan Matio yang masih setia duduk di dalam mobil.

"Tidak. Silahkan lanjutkan perjalanan anda."

"Hm." Lucas melangkahkan kakinya ke dalam mobil meninggalkan dua petugas, yang saat ini masih berdiri menatap punggungnya.

Lucas terkejut ketika gadis yang baru saja dia bawa tidak lagi duduk manis di jok. Gadis itu lenyap!

"Oh, shit!"

Lucas menendang ban mobilnya cukup keras. Membuat dua petugas kepolisian itu berlari menghampiri Lucas.

"Tuan? Apa terjadi sesuatu?" Tanya salah satu dari mereka.

"Terjadi sesuatu? Gadis itu kabur, dan itu gara-gara kalian!" Lucas mencengkram kerah sherif John hingga wajahnya memerah.

"Tuan muda? Ada apa..."

Lucas melepaskan cengkeramannya dan beralih menatap Matio dan Jorge yang tiba-tiba telah berada di belakangnya. Mereka ternyata keluar dan langsung berlari karena umpatan Lucas yang terdengar begitu keras.

"Gadis itu kabur, bodoh! Cepat cari dia! Sekarang!"

Bersambung.

Informasi khusus untuk cerita ini bisa cek langsung Instagram kita berdua : @ErayDwPringgo

Informasi khusus untuk cerita ini bisa cek langsung Instagram kita berdua : @ErayDwPringgo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Maria (21+) Where stories live. Discover now