35. Yea, we're cool!

5.4K 602 46
                                    

Enjoy!!!

*************************


35. Yea, we're cool! 


Keningku berkerut melihat pantulan diriku di cermin setidaknya sejak lima belas menit yang lalu. Kalau tadi aku merasa cantik dan senang ketika rambutku dibentuk menjadi messy bun di belakang kepala, sekarang rasanya tanganku gatal ingin melepas jepit-jepit rambut itu. Aku masih berkutat dengan tali spaghetti demi membuat gaun ini bisa lebih masuk akal, saat terdengar suara ketukan dipintu.

"Arabella?" Suara tante Lidya terdengar dari balik pintu. "Kamu sudah selesai belum, Sayang?"

Tanpa menjawab aku memutar kunci pintu, mengintip dari celah pintu yang terbuka. "Tante... bajunya..." kataku dengan nada memelas.

Wajah cantik Tante Lidya terlihat kebingungan."Kenapa? Kenapa? Tante masuk ya?" Sebelum aku mengiyakan, Tante Lidya mendorong pintu, masuk ke kamar lalu menutup pintu di belakangnya. "Cantik bangeeet."

Tante Lidya memegang kedua tanganku sejarak lengan sambil memperhatikanku dari ujung kaki hingga kepala. "Beneran deh si Olive ini, pinter banget pilih design yang cocok untuk kamu."

"Tapi seksi banget ini, Tan. Malu akunya."

"Seksi apanya?"

"Ini." Aku menunjuk bagian dadaku yang terbuka sambil tertengah merengek. Sebut aku hipokrit, walaupun aku terkadang mengenakan gaun atau celana pendek tapi aku tidak pernah mengenakan gaun dengan bagian dada terbuka begini.

Tante Lidya menatapku seolah muncul ekor di bokongku, lalu tersenyum geli. "Ya ampun, Arabella. Itu nggak seksi. Nanti kamu lihat sendiri gimana anak-anak teman tante."

Meski tidak yakin, tapi mau bagaimana lagi? "Yuk. Kamu berangkat sama Tante. Daniel Tante suruh pergi duluan tadi." Jadi aku cuma mengangguk lalu mengikuti Tante Lidya di belakang dan hanya bisa tersenyum kecut pada staf salon yang memuji penampilanku.

Sesampainya di hotel, aku segera pamit kepada Tante Lidya yang diminta menunggu di salah satu kamar. Di ballroom yang sudah dihias dengan bunga lily dan baby breath putih, kulihat Mbak Ani sedang menyusun cupcakes di sisi kiri salah satu dari dua meja panjang, sedangkan Mbak Ima menghias cupcakes dengan frosting yang polanya akan membentuk tulisan "Happy 30th Anniversary" dan sebentuk mutiara besar yang ditaburi gula-gula berbentuk mutiara-mutiara kecil di sisi kanan. Sedangkan di meja satunya, Dita sedang membuat pola yang membentuk pola wajah Tante Lidya dan Om Fred. 

Mbak Ani yang melihat kedatanganku segera menyusun sisa cupcakes dengan cepat sebelum menghampiri. "Ya ini sebentar lagi selesai," katanya. 

"Phoenix gimana, Mbak?"  Maksudku cake dengan dekorasi phoenix dan naga. 

"Sudah saya serahin ke staf event organizer yang itu," Ia menunjuk laki-laki yang sedang mengawasi wanita yang sedang menata bunga di meja. "Dia penanggung jawab EO." 

"Oh, oke. Makasih, Mbak. Aku ke tempat Dita dulu." Aku meninggalkan Mbak Ani dan Mbak Ima, menghampiri Dita yang sedang focus. "Hei, Ta," sapaku. "Gimana?"

Dita menoleh ke arahku. Matanya membulat terkejut ketika menatapku. "Kak Bella cantik banget. Sumpah." Dia buru-buru meletakan plastic frosting ke meja sebelum menghampiriku. 

"Seksi banget nggak sih, Ta?" tanyaku memastikan. 

Dita bergaya seolah ia pengamat fashion dengan alis yang bertaut saat mengelilingku. "Sedikit." Ia mengangguk-angguk serius, tapi tak lama kemudian senyumnya mengembang lagi. "Tapi sumpah, Kak Bella cantik banget. Banget." Ia menegaskan kata "banget" seperti anak muda gaul.

Extraordinary BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang