3. Cream Cheese Frosting

7.1K 849 16
                                    

Lagi pada malmingan yaaaaa . . . . .

Yang gak malmingan, temenin Bella n Al dimari aja yuk.

Cusssss....

*******************************************

Happy reading

*******************************************


"Sudah, Bella, tinggal saja. Pagi-pagi banget kamu masih harus kerja lagi."

Sekarang sudah jam tiga lewat tapi aku masih mencuci bekas alat-alat membuat kue yang sudah selesai kami pakai. Sejak selesai makan malam tadi kami: aku, Bunda, Mbak Ima, dan Mbak Ani, sudah berkutat di dapur.

Kami sudah memiliki tugas masing-masing. Mbak Ani bertugas membuat pastel dan risoles, Mbak Ima membuat dadar gulung dan kue lumpur, Bunda membuat nasi kuning dan beberapa lauknya, sedangkan aku membuat cupcake dengan marshmallow frosting yang nanti akan aku tata membentuk angka enam sebagai tanda usia perusahaan pemesan.

Tapi sejak satu jam yang lalu, Mbak Ima dan Mbak Ani sudah pulang ke rumah masing-masing. Kedua suami mereka yang bekerja sebagai supir truk baru saja kembali dari Medan setelah satu bulan pergi mengantar barang.

Tapi beruntung karena tak lama kemudian Dimas terbangun dan membantu kami untuk menata kue-kue yang sudah selesai dibuat. Beberapa di antaranya ditata di atas tampah-tampah kecil dan sisanya dimasukkan ke dalam boks-boks.

Seperti inilah pekerjaan kami setiap ada pesanan. Sejak Ayah meninggal dua belas tahun yang lalu, Bunda berusaha menghidupi keluarga kami. Selain menerima pesanan kue dan makan siang, kami juga membuka gerai toko kue yang letaknya tak jauh dari rumah. Hanya toko kue sederhana dengan beberapa karyawan.

Walau tidak menghasilkan terlalu banyak, namun mampu menyediakan makanan dan pakaian yang layak, membayar tagihan listrik dan pulsa telepon, serta membiayai sekolahku dan Dimas, adikku, hingga kami bisa masuk ke perguruan tinggi terbaik sampai akhirnya aku bisa lulus dan dapat bekerja di perusahaan milik keluarga Alcander.

Setelah semua susah payah yang beliau lakukan untuk kami, mana mungkin aku, yang masih muda dan sehat begini, tega membiarkan Bunda menyelesaikan segunung cucian sendirian malam-malam begini?

Aku melirik dari balik bahu. Beliau masih sibuk menata nasi tumpeng di atas tampah besar yang sudah dihias dengan berbagai macam sayur-sayuran. "Nggak apa-apa, Bun. Aku kan sudah sempat istirahat tadi sore. Lagipula tinggal sedikit lagi kok."

"Tapi nanti kamu kecapaian."

"Besok Bella berangkat bareng Al. Dia masih menginap di sini. Jadi Bunda nggak perlu khawatir."

Meski wajahnya masih memperlihatkan ketidaksetujuan, tapi Bunda tidak mendesak lagi karena tahu percuma. Aku tidak akan membiarkannya menyelesaikan semua pekerjaan ini sendirian.

Kulirik Dimas yang sudah berkali-kali menguap saat menyusun kotak-kotak kue ke dalam kardus besar. Dia terlihat sangat mengantuk dan lelah. "Dimas, kamu tidur sana. Kamu ada kuliah pagi, kan?"

"Iya, Dik. Kamu tidur gih," Bunda ikut menimpali. "Daripada nanti kamu ketiduran di kelas."

"Ngghak hapa-hapa, Hun," ujarnya disela-sela kuap kantuknya yang semakin menjadi-jadi. "Besok aku kuliah siang kok."

Setelah menyelesaikan cucianku yang terakhir, aku menghampiri Dimas lalu duduk di sampingnya. Ia nyaris tertidur di atas kardus sampai aku menyikut lengannya. "Sana tidur di kamar. Biar kakak aja yang selesaikan."

Extraordinary BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang