What's ?? P.II

3.1K 170 9
                                    

Qiela's POV

"Morning face nggak boleh kisut," bisikan suara lembut itu membuatku merasa agak geli.

Aku menoleh ke samping, ah ternyata July. Pagi begini? Rajin sekali. Wajahnya? Sepertinya ada yang berbeda .

"Lo..,"

"Kenapa Qi? Kok kisut begitu?" July menanyakanku setelah memotong pembicaraanku.

"Kepo amat dah,"

"Kepo gini, temen juga kali,"

"Yelah, kelas bareng yok," alihku dari pembicaraannya.

July berdecak, tetapi mengikuti langkahku. Dia menampakkan sifat ingin tahunya, tetapi aku berpura-pura tidak menyadarinya. Biarlah dia sendiri berdebat dengan batinnya.

"Gue... Gue..," katanya terbata-bata.

"Gue... Gue... Ah, gue mau ke koperasi bentar beli dasi,"

Dengan begitu, July langsung meninggalkanku. Aku melihat seragamku, sepertinya hari ini tidak menggunakan dasi. Hey, July kenapa sih? Aneh sekali.

Aku melanjutkan perjalanan ke kelas. Sudah ramai. Aku berjalan ke tempat dudukku. Tepat di tengah-tengah.

"Qi, hari ini temen-temen kelas kita di minta dateng ke ruang pertemuan. Kepsek bilang ada yang mau di diskusi'in," lapor Jess padaku.

"Iya nanti gue tulis di memo kelas. Jam berapa?"

"Nanti pulang sekolah, langsung kumpul di lantai 3,"

"Oke,"

Jess kembali ke tempatnya, begitupun denganku. Aku meletakkan tas ku pada sandaran kursi dan mengeluarkan earphone dan mp3 ku.

***

Akhirnya kami berkumpul di ruang pertemuan. Udara yang sangat dingin, membuatku tidak nyaman berada disini. Aku hanya menghembuskan nafas kasar, sehingga July yang berada di sampingku mengulurkan tangannya dan mengusap punggung tanganku.

"Kalo nggak kuat, mending langsung pulang aja tadi," katanya dengan tangan yang masih sibuk mengusap punggung tanganku.

"Gue bosen di rumah,"

"Kan udah di temenin sama Dana. Lo bisa minta dia bawa lo jalan kemana aja, apa sih susahnya Qi,"

"Susah lah. Kita nggak ada hubungan apa-apa. Seenak hati gue merintah anak orang nurutin mau gue,"

"Hah, iyadeh. Lo bisa aja ngejawab, mending dengerin aja tuh Kepsek lagi ceramah," sahut July yang menahan emosi karenaku.

Selang beberapa menit, kudengar ponselku bergetar. Sedikit terburu aku mengambilnya dalam saku skirt dan membuka pesan masuk.

Qi, gue depan sekolah lo. Nanti kalo udah pulang, gue di sekitar parkiran mobil di blok selatan.

Melihat pesan ini, entah kenapa aku tersenyum sumringah. Beberapa digit pesan dari Dana, membuat pikiran mumetku menguap begitu saja. Ah, entahlah aku sedang merasakan apa. Yang terjelas, aku senang mendapatkan pesan itu. Pulang bersama Dana? YA.

"Kenapa Qi? Kok tiba-tiba jadi gila?" suara July membuatku menolehnya, ah dia benar-benar mengejek.

"Pengen tau amat lo ah. Gue nggak kenapa,"

"Pasti ada apa-apanya,"

"Ih, gue nggak kenapa kali Jul,"

"Dana barusan bilang jemput kan? Dia ada di blok selatan tuh,"

"Kok lo tau? Lo mata-mata tadi ya?!"

"Gimana mau mata-mata'in. Hp lo disana, sedangkan gue disini. Lo liat nggak berapa tebel lensa kacamata gue ini? Mampu juga enggak buat nangkep tulisan kecil begitu," jelasnya dan aku hanya membuka dan mengatupkan mulutku. Sedikit shock dengan penjelasannya. Sangat detail.

"Apa kata lo deh Jul. Gue harus buru-buru pulang nih. Kasian prince gue nunggu lama,"

"Bentar lagi beres kok. Kepsek juga ada perlu di kantor pusat pendidikan,"

Aku hanya mendengarkan hiburan July dengan setengah perhatian. Mungkin dia hanya membuatku untuk sedikit bersabar.

"Anak-anak mungkin sekian materi mengenai pembuatan film dokumenter untuk kelas kalian. Terimakasih atas perhatian kalian, dan bla...bla...bla..," begitulah kata Kepala Sekolah.

Heck! July tepat sasaran. Bagaimana kemungkinannya 100% benar dan itu diluar nalar kemampuan daya pikir manusia, kecuali keberuntungan atau kebetulan saja.

"Jul..,"

"Hmm?"

"Lo dukun ya?" tanyaku berbisik di telinganya.

"Iya,"

"Hah?!!"

July tertawa geli melihat ekspresiku kekagetanku. Dia mencubit kedua pipiku dengan sangat keras, sehingga aku meringis memintanya berhenti. Akan tetapi, July masih tertawa lepas saat mendapati wajahku yang semakin murung.

"Qi, maaf nih, maaf. Itu pipi lo bener-bener nge-blush. Lo nggak bakal ngadu kan ke Dana?"

"Apa sih. Dasar lo aneh. Ayo ah buruan pulang," jawabku acuh sambil mengambil tasku dan July pun mengikuti langkahku yang cepat ini.

Mudah saja baginya menyamakan langkahku, betisnya yang cukup panjang itu sangat membantunya. Aku hanya menghela nafas kasar mendapatinya menyamakan langkahku. Ah! Jul! Ngeselin!

"Udah Qi, jangan ngambekin gue. Nanti gue di salah-salahin sama Dana. Udah ya, gue nggak mau berurusan sama dia," katanya saat ia menghalau langkahku.

"Gue nggak sebocah itu kali, main ngadu-ngadu segala. Lagian Dana cuma temen, bukan sesuatu yang berlebihan bagi gue,"

"Eleh, hari gini lo bilang Dana bukan apa-apa. Ah, ga yakin gue itu hati yang ngomong, mulut doang itu mah," sahutnya sambil melanjutkan perjalanan menuju tempat parkir.

"Yayaya, apa kata lo aja deh. Dari tadi ngeracau mulu lo ah, cape gue di ceramahin,"

"Gue kagak ceramah kali. Tapi itu kenyataan. Lo nggak bakal bisa boongin gue, Qi. Gue yakin, nggak lama lagi, kalian pasti bakal jadian,"

"Sok tau,"

"Emang tau. Kenapa? Ada masalah?"

"Ah, July cerewet! Sono ke mobil lo, buruan pulang, cuci muka, cuci kaki, terus tidur ya. Udah nggak usah ngebacot lagi entar lewat telpon,"

July kembali tertawa menerima pelakuanku yang terbilang 'cukup kasar' ini. Dia hanya mengacak puncak kepalaku pelan dan mengusap pipiku dengan kedua telapak tangannya.

"Sayang, gue nggak mau lo ngerasa gue terlalu rese baca segala hal yang ada di pikiran lo. Begini adanya gue, please jangan buat gue ngerasa bersalah dengan apa yang gue lakuin, gue sayang lo sebagai sahabat gue. Biarin gue lakuin ini, gue bakal jaga lo dengan kemampuan gue ini,"

Aku hanya menatap July nanar. Wajahnya sedikit berharap agar aku menerima permintaannya. Aku sedikit bingung akan memberi jawaban yang bagaimana. Tapi, aku juga tidak mau membuat July benar-benar merasa bersalah padaku.

"Iya, gue terima semua perlakuan lo. Gue juga sayang lo, Jul," kataku akhirnya. July kemudian tersenyum senang dan dia membawaku ke dalam pelukannya.

"Thanks Qi," ucapnya perlahan sembari mengusap puncak kepalaku dengan lembut, aku hanya merasakan kehangatan ini. Aku tersenyum dibalik pelukannya.

JJ21/N

Hoy guys...
Author balik nih
Gue harap part2 'what's??' ini cukup menghibur kalian sekalian.

Thanks guys buat kalian yang udah sempetin buat baca dan vote story gue

Untuk typos yang setia bertebaran, gue minta maaf guys.. Maklum ya author ini males rapiin kata-kata.. So nobody is perfect kan..

J love you all

Found LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang