Qi, I Want You to Stay

5.1K 187 5
                                    

Ps: Itu fotonya Dana. Gue harap sesuai dengan karakteristik Dana yang gue deskripsiin. She is Ann Siriwan.

------------------------------------------------------

Dana's POV

Pukul 7 pagi Kak Sally bersamaku selesai packed semua barang-barang yang akan kami bawa ke rumah baru.

"Udah semua kan Kak?" tanyaku sambil mengechek barang-barang di bagasi.

"Udah. Kalo barang-barang yang gede, kita tinggalin di rumah aja. Lumayan buat nambah harga jualnya," sahut Kak Sally. Aku hanya mengangguk setuju dengan pendapatnya.

"Ya terserah Kakak maunya gimana. Kalo aku ikutin aja," jawabku sambil menutup bagasi mobil.

Kak Sally beranjak dari garasi dan mengunci semua akses yang memungkinkan masuk ke rumah ini.

"Yuk berangkat. Kakak udah nggak sabar ketemu Alya," ajak Kak Sally sambil menarik tanganku memasuki mobil.

"Sabar dong Kak. Ini bagasinya belum bener nutupnya," kataku dan Kak Sally melepas pegangannya.

Setelah menutup bagasi mobil, barulah kami berangkat. Kak Sally terus tersenyum sambil menatapku. Walaupun hanya ekor mataku yang menangkap pemandangan itu, dengan yakin ku katakan Kak Sally menatapku dengan sangat intens.

"Kak, kenapa natapnya segitu amat?" tanyaku dan Kak Sally melebarkan senyumnya.

"Kamu nggak sabar kan pengen ketemu Qiela," jawabannya tepat sekali.

"Yee asal nebak aja. Salah pula tebakkannya. Aku kan makhluk paling sabar di muka bumi Kak," jawabku dan Kak Sally mencubit lenganku sambil bergelayut manja.

Aku yakin dia pasti sedang memaksaku untuk mengaku. Benar-benar Kakak yang sangat sulit di hindari.

"Ngaku aja kali Dan. Kakak tau banget gimana visual kamu kalo lagi kangen sama orang," sahutnya yang masih sibuk mencubit-cubit lenganku.

"Ah Kakak sok tau. Baru juga kenal Qiela, masa udah kangen aja," elakku lagi dan kini tangan Kak Sally mulai nakal.

"Ayo ngaku, Kakak gelitikin nih supaya kamu ngaku,"

"Jangan Kak, aku lagi nyetir,"

"Duh, Kakak. Geli Kak, jangan lanjutin ah. Ini lagi dijalan," teriakku hampir histeris karena saking gelinya.

"Ayo ngaku!" perintahnya dengan tangan yang masih bermain di pinggangku.

"Iya iya, aku kangen Qiela. Aku keinget Aury setiap ngeliat dia, jadi nggak salah kan kalo aku kangen dia?" jawabku dalam satu tarikan nafas.

Kak Sally tersenyum puas mendengar pengakuanku. Aku membenahi rambutku yang berantakan, sambil memperbaiki posisi dudukku.

"Tampangnya jangan bengis juga kali. Makanya lain kali jangan sok nutupin segala, apalagi sama Kakak. Nggak bakal bisa Dan," kata Kak Sally sambil mengacak puncak kepalaku.

"Ih Kakak, aku baru benerin nih rambutnya. Kenapa di berantakin lagi!" jawabku sedikit berteriak karena dibuat kesal.

"Jangan teriak. Cowo nggak pantes menyel," jawab Kak Sally yang kini mulai menertawaiku.

Aku yang merasa di sudutkan olehnya, hanya memusatkan konsentrasiku pada jalanan di depan sana sambil membenahi rambut bagian atasku yang sempat dihancurkan bentuknya oleh Kak Sally.

"Dan, tampangnya jangan kusut gitu. Nih rumah Alya udah di depan kita. Ayo dong senyum, masa mau ketemu Qiela nyapanya pake muka cemberut," kata Kak Sally dan aku menatapnya sekilas, lalu tersenyum ke arahnya.

Found LoveWhere stories live. Discover now