17. Baik baik saja

27 4 3
                                    

"Ponsel kamu Ayah pegang selama dua minggu." Billy mengambil ponsel milik Adel dan memasukkannya ke dalam saku.

"Lah, tugas Adel?"

"Nanti Ayah awasin kamu selama mengerjakan tugas."

"Di sekolah?"

"Pinjem temen." Sontak jawaban Billy mengundang tawa Adel. Billy mengernyitkan keningnya melihat kelakuan puterinya tersebut.

"Berasa kaum missqueen, Yah." Billy yang mendengar ucapan puterinya ikut tertawa. Sejak kapan puterinya pandai melawak seperti itu?

"Udah berangkat, ntar telat."

"Iya, Yah."

Suasana yang tadinya tegang berhasil mencair karena sedikit bualan Adel.

***

"Ngapain lo ngikutin gue?"

Dinda terlonjak kaget ketika Adel berhenti mendadak di depannya. Sehingga dia menabrak punggung Adel dan kepala mereka berdua terbentur satu sama lain.

"Kalo ngerem bilang," ujarnya mengelus kepalanya yang terbentur kepala Adel.

"Kok sakit yak?" Gadis itu mengelus kepalanya sendiri setelah terbentur dengan kepala sahabatnya.

Plak!

"Ngapain lo pukul kepala gue, Onneeeeng?!" teriak Adel.

Si pemukul kepala sudah terlanjur berlari menjauh dengan tertawa terbahak sebelum mendapat balasan berupa jitakan kepala dari si korban.

Mereka saling mengejar layaknya anak kecil yang bermain kucing-kucingan. Sampai akhirnya dua gadis itu sampai di depan kelas 11 IPA-1.

"Erlin, tolongin gue!" Dinda berlari ke bangku Erlin dan duduk di sampingnya.

"Anjing!" Spontan Erlin mengumpat karena terkejut mendapati teriakan Dinda dan kini Dinda sudah berada di sampingnya.

"Jangan lari, capek. Huft... huft...." Adel merebahkan tubuhnya di bangku paling belakang tepatnya di belakang bangku Erlin.

"Ini kenapa? Kaget gue, Din." Erlin menatap Dinda dan Adel secara bergilir.

"Mana janji lo. Katanya cerita yang kemarin."

"Bentar." Adel masih sibuk mengatur napasnya yang tidak teratur.

Detik selanjutnya, Adel menceritakan seluruh urutan kejadian dihari spesialnya secara rinci kepada Dinda.

"Masih ada gue, Erlin dan temen-temen lo yang lain." Adel hanya mengangguk menjawab pernyataan sahabat kecilnya itu.

"Hai, Manis!" Tiba-tiba tangan Dika merangkul bahu Dinda dan tersenyum genit ke arah si pemilik bahu.

"Apaan sih lo? Lepas!" Tangan Dika dihempas begitu kasar. Namun, si pemilik lengan tetap melingkarkan tangannya ke bahu Dinda.

"Itu kenapa tangan lo? Lepas!" Tangan Adel berusaha menyingkirkan tangan Dika dari bahu Dinda. "Najis."

"Orang ganteng datang tuh harusnya di sambut bukan dilecehin kayak gini. Dedek nangis lo, entar." Dika berucap seakan-akan dialah manusia paling tersiksa di dunia.

"Alay, anjir," timpal Erlin.

"Kantong kresek ada?"

"Jijik gue." Dinda bergidik ngeri.

"Bener-bener lo bertiga. Jahat sama dedek Dika." Dika berjalan menunduk ke arah bangkunya sendiri.

"Bacot, bambank!" umpat Erlin.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Aug 10, 2019 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

FAKEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin