2. Salah paham

71 12 1
                                    

Beberapa hari setelah pernyataan Dinda tentang ketidak sukaannya terhadap sahabatnya, kini dia sudah sedikit melupakan dan tidak terlalu memikirkannya.

Adel berpikir itu hanya pendapat Dinda saja.

Seperti biasa, rutinitas seorang pelajar mengawali hari dengan semangat kecuali hari Senin. Adel berangkat sendiri untuk hari ini dan beberapa hari kedepan. Dikarenakan Dinda sibuk dengan seleksi OSIS, mulai dari tes, wawancara sampai dengan Diklat.

Ya, Dinda memang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, sangat berbeda dengan Adel, yang hanya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang sifatnya wajib.

"Pagi semua." sapanya penuh semangat. Namun, ada yang berbeda. Terlihat wajah dua sahabatnya, Sarah dan Elsa sedikit tak bersahabat.

"Fin, mereka kenapa? Biasanya semangat, sumringah, kenapa kayak bete gitu?" Adel berbisik ditelinga Finda.

Finda mengangkat bahunya, tanda dia tidak tahu.

"Biarin aja. Tugas lo udah selesai?" Finda mengalihkan pembicaraan Adel.

"Udah."

Bel masuk berbunyi, kegiatan pembelajaran pun berlangsung. Sesekali Adel mengamati kedua sahabatnya, Sarah dam Elsa. Ya, memang mereka berdua tak nampak baik-baik saja. Saat istirahat pun tiba.

"Fin, kok masih diem-dieman? Padahal tadi kerja kelompok tugasnya. Ngerjainnya juga sendiri-sendiri." Melirik Finda yang duduk disampingnya.

"Ok. Nanti kita tanya aja." Finda merapikan bukunya, dan menghampiri Sarah dan Elsa. Disusul oleh Adel yang juga menghampiri mereka.

"Ke kantin yuk." ajak Finda. Sekaligus memecahkan suasana yang tampak hening antara mereka berdua.

"Gue laper. Cacing diperut udah pada minta jatah." ucap Adel.dengan sedikit cengiran.

"Gue males." ucap Sarah yang masih setia dengan buku didepannya.

Sedangkan Elsa hanya diam tanpa berbicara sedikit pun.

"Sar, anterin gue dong. Ke kamar mandi, sekalian beli minum. Lagi dapet nih." bujuk Adel supaya Sarah mau ikut dengannya.

"Del, gue-"

Sebelum melanjutkan omongannya, Adel langsung menariknya dari kursi dan mengajaknya keluar kelas.

"Apaan sih lo? Kan gue bilang lagi males. Ngapain tarik-tarik sih?" Protes Sarah saat dirinya ditarik oleh Adel secara paksa.

Adel hanya diam dan terus menarik tangan Sarah, mengajaknya ke taman. Iya, ke taman. Ke kamar mandi hanya sebagai alasan dan untuk dapet itu memang Adel sedang dapet.

"Katanya ke kamar mandi? Lo nyasar atau lupa jalan atau gimana sih? Kok bisa sampai ke taman?" tanya nya penasaran.

"Sengaja. Itu cuma alasan gue." ucapnya singkat.

"Sekarang lo duduk? Cerita ada apa?" ucapnya to the point.

"Males." Sarah tak menghiraukan ucapan Adel.

"Ya udah. Kalo gak mau cerita. Kita ditaman sampai nanti pulang sekolah." ucapnya mengancam.

"Lo gila? Bolos dong. Jangan egois lo." ucap Sarah sedikit penekanan.

"Lo yang egois bukan gue." ucapnya santai namun sedikit pedas.

"Ok. Gue kesal dengan Elsa."

"Kenapa?" Kini ucapan Adel kembali melembut.

"Gue dikost an beberapa hari ini gak dianggap. Gue ngerasa sendiri."

"Trus?"

"Elsa lebih mementingin teman lamanya. Mentang-mentang dia baru datang berkunjung ke kost an dan lama gak bertemu Elsa." ucapnya dengan sedikit tersenyum meremehkan.

FAKEWhere stories live. Discover now