10. Rumit

40 8 4
                                    

"Bro, Adel nanti ajak ketemuan lo pulang sekolah di taman kayak kemarin." Menepuk pundak Devan.

"Cepet amat tuh cewek. Gue yakin dia nerima gue."

"Jadi lo beneran nembak Adel?" tanya Dimas yang masih sibuk dengan ponsel nya.

"Iya lah. Masa bohong."

"Thanks bro," menepuk pundak Dika.

"Ya udah nanti kalian pulang dulu aja. Gue mau ketemuan sama Adel."

"Iya in aja deh." ucap Dimas.

Sepulang sekolah Devan menuju taman belakang sekolah menunggu sosok Adel.

Setelah beberapa lama menunggu, terlihat cewek berambut kecoklatan dengan kaca mata hitam yang membingkai kedua matanya. Tak lupa rambut yang dicepol seadanya, sehingga beberapa anak rambut nya jatuh ke pipi dan dahinya. Membuat penampilannya terlihat sederhana namun manis.

"Kenapa hari ini penampilan lo manis banget?" Memandang Adel yang berjalan menuju ke arahnya.

"Udah lama nunggu?"

"Lumayan."

Adel duduk disamping Devan.

"Gimana?"

Adel diam kemudian beralih menatap Devan.

"Gue..

Adel menggantung kata-katanya. Membuat Devan penasaran. Devan menatap Adel instens.

"Please Del. Jangan bikin gue mati penasaran. Please." Batin Devan.

Adel menarik nafas nya pelan.

"Gue gak bisa."

Devan seketika itu lesu.

"Kenapa?" Mengalihkan pandangannya ke arah lain. Untuk menutupi kekecewaannya.

"Gue gak bisa kalo jadi pacar lo. Gue gak mau persahabatan gue sama Sarah bermasalah. Gue masih menghargai perasaan Sarah." Menatap langi biru.

Devan menarik nafasnya kasar,

"Ya gak papa. Gue mau nanya?"

"Apa?"

"Gimana perasaan lo ke gue?" Devan sudah hampir jenuh dengan Adel.

"Perasaan?" Adel memejamkan matanya sebentar.

"Hm. Gue mau kita jadi teman atau sahabat, bukan pacar."

"Gue tanya perasaan lo ke gue, bukan mau gak lo jadi pacar gue."

Adel tidak menjawab apa yang dikatakan Devan tadi.

"Kenapa lo diem? Gue tau lo juga sayang sama gue. Lo mau korbanin perasaan lo demi sahabat lo?"

Devan sedikit frustasi, usahanya ini bisa dibilang sia-sia. Devan mengacak rambutnya yang kasar. Sedangkan Adel hanya diam menatap langit terlihat dari wajahnya yang bingung dan berpikir keras.

"Gue sayang sama lo."

**

Sarah dan Elsa kembali ke sekolah. Sebelum sampai dikelas. Sarah melihat Dika dan Dimas nongkrong di warung depan SMA Nusa Indah.

"Mereka bukannya Dika dan Dimas ya? Kok mereka belum pulang?"

"Mungkin Devan belum pulang. Mereka nungguin Devan."

"Hari ini kan gak ada jadwal eskul mading."

"Basket?"

Selain mengikuti eskul mading, Devan juga aktif dalam eskul Basket. Bahkan dia menjadi anggota inti di timnya sekolah.

FAKEWhere stories live. Discover now