Part 6. Confused & Answer

Start from the beginning
                                    

Tapi, yang semakin membuat Ashmita tidak mengerti adalah saat pria itu malah berbalik pergi dan meninggalkan dirinya yang terpaku. "Apa yang sedang dia lakukan disana tadi?! Apakah dia sudah mengikuti ku sejak tadi?!" Ashmita bergumam sekali lagi.

Namun, seketika dia tersadar dan mulai tersenyum. "Mungkin benar... Bahwa aku akan menerima lamaran ini... Meski aku harus mengenalnya untuk seumur hidup, itu tidak akan menjadi masalah, bukan?!"

Ashmita dengan segera menuruni pohon mangga itu dengan perlahan. Sedikit meloncat saat sudah dekat dengan tanah. Memakai kembali sandalnya, dan melepas ikatan selendangnya, dan memakainya lagi di lehernya. Menghela napasnya dan segera berjalan pulang.

"Semoga ini jawaban yang benar..." gumamnya untuk kesekian kalinya. Untuk semakin meyakinkan dirinya untuk memberikan jawaban itu kepada keluarganya nanti.

Sesaat langkahnya terhenti sebelumnya memasuki pagar rumahnya. Pintu rumahnya masih terbuka lebar, dan dia yakin jika keluarganya kini sedang makan bersama saat ini. Ashmita kembali menampilkan senyuman kecil di wajahnya. Dan mulai melangkahkan kedua kakinya memasuki rumahnya. "Ashmita, ayo makan... Sejak tadi kamu belum makan..." ucap ibunya yang langsung saja menggandeng tangannya untuk duduk dan makan bersama di meja makan.

"Ashmita, kamu darimana saja??" Tanya ayahnya sesaat setelah dia duduk.

"Aku baru saja dari kebun... Aku hanya merenung." jawab Ashmita seadanya dan mulai memasukkan makanannya ke dalam mulut. Mengunyahnya dengan perlahan. Sebenarnya dia kini tidak nafsu untuk makan, tapi saat melihat ibunya susah payah memasak, dia tidak bisa begitu saja tidak makan, bukan?!

Mereka semua kini terdiam, bahkan dengan kedua keponakannya itu. Dan Ashmita merasa inilah saatnya untuk mengatakan kepada mereka semua apa jawabannya. "Ayah, kakek, ibu..." Mereka dengan kompak berhenti makan dan menatap ke arah Ashmita.

"Aku sudah memikirkan ini sejak kemarin... Dan, aku... Aku menerima lamaran itu." lanjut Ashmita yang membuat semuanya tersenyum bahagia.

"Benarkah?! Astaga!! Akhirnya!!! Terimakasih sayang..." ucap ibunya berseru semangat dan memancarkan kebahagiaan.

"Semoga kamu bahagia nak..." ucap kakeknya sambil mengusap puncak kepalanya dengan sayang.

Ashmita hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan yang begitu terpancar dari raut wajah seluruh anggota keluarganya. Bahkan kedua keponakannya itu mulai tersenyum lebar ke arahnya. "Ayah akan segera menghubungi Nyonya Arshia, untuk menyampaikan kabar baik ini." ucap ayahnya sambil menelpon Nyonya Arshia.

Dan Ashmita pun ikut merasa bahagia. Tapi entah mengapa ada satu tempat yang jauh di dalam hatinya yang terasa sangat kosong dan hampa. Namun Ashmita segera mengenyahkan perasaan yang membuatnya ragu sekali lagi. Dia kini sudah mantap, untuk menerima lamaran itu. Dan dia yakin saat menikah nanti, dia bisa menjadi istri dan juga menantu yang baik.

Tiba - tiba ibunya datang membawa beberapa ladoo dan menyuapinya. Ashmita menatap ibunya yang tersenyum bahagia, dengan kedua matanya yang berlinang air mata. "Ibu sangat bahagia, Ashmita... Semoga kamu bahagia..." gumam ibunya.

Ashmita tersenyum sambil mengunyah potongan ladoo di dalam mulutnya. Lalu ibunya mulai menyuapi ayah, kakek dan juga keponakannya itu.

"Em... Halo, Nyonya Arshia... Ini saya Raj Caturvedi, ayahnya Ashmita. Saya ingin memberitahu jika Ashmita sudah menerima lamaran yang anda berikan kemarin..." suara ayahnya yang menelpon Nyonya Arshia terdengar hingga dapur, padahal ayahnya kini sedang berada di ruang tamu.

"Benarkah?! Syukurlah kalau begitu... Aku akan segera menyampaikan ini kepada Akash. Dia pasti akan sangat senang. Setelah itu kita akan bertemu lagi untuk membicarakan perkenalan dan juga pertunangan... Bagaimana?!" suara Nyonya Arshia terdengar juga.

"Tentu saja Nyonya... Kami akan tunggu kedatangannya..." jawab ayahnya dengan tawa kecil.

"Tentu saja...."

Ayahnya menutup telponnya dan melangkah mendekati Ashmita yang masih terpaku di meja makan. "Ashmita... Kamu akan segera bertemu dengan calon suamimu..." Ayahnya mencium puncak kepalanya. "Ayah bahagia untuk kamu, nak..." lanjutnya.

"Terimakasih, ayah..." gumam Ashmita sambil tersenyum menatap ayahnya.

"Kalau begitu... Ashmita, segera selesaikan makanmu dan ikut ibu ke pasar. Sebentar lagi adalah perayaan holi, kita pergi dan membeli beberapa manisan dan barang - barang. Serta beberapa potong pakaian dan juga saree, serta perhiasan dan aksesoris untukmu. Oke??" ucap ibunya yang langsung pergi ke kamar, untuk berganti pakaian.

Sedangkan Ashmita hanya bisa tersenyum, lalu melanjutkan kegiatan makannya. Dengan sedikit cepat, untuk menghabiskan makanannya itu. Tak lama, setelah makanannya habis, Ashmita minum segelas air putih, dan mengambil satu potong ladoo yang di letakkan ibunya Di atas meja makan. Memakannya dengan gigitan - gigitan kecil.

"Kakak - kakak!!!" panggil kedua keponakannya itu.

"Ada apa Araly?? Aryla??" Ashmita berlutut tepat di hadapan keduanya.

"Apakah setelah menikah kakak akan tetap sering datang kesini?!" Tanya Araly dengan dahinya yang berkerut.

Ashmita mengulum senyumannya. "Tentu saja, kakak akan datang bahkan hampir setiap hari jika kalian mau..."

Aryla dan juga Araly tersenyum lebar. "Benarkah?! Kakak janji ya!!! Tapi jangan lupa bawa oleh - oleh juga... Aku yakin, tempat tinggal kakak nanti akan sama bagusnya dengan disini, atau bahkan lebih besar..." ucap Aryla dengan semangat.

"Tapi yang pasti... Kami akan sangat merindukan gulab jamun buatan kakak disini..." gumam Araly dengan sedih.

Dan Ashmita seketika terkesiap, Lalu dengan segera memeluk erat tubuh Araly dan juga Aryla bersamaan. Dengan tak kalah eratnya dengan balasan pelukan mereka. "Kakak janji, setiap kakak datang nanti... Kakak akan membawakan kalian gulab jamun buatan kakak... Oke?!"

"Oke kakak!!!" Mereka tertawa kecil.

"Ashmita..." panggil ibunya yang langsung membuat Ashmita melepaskan pelukannya dan menatap ibunya yang sudah berganti pakaian.

"Ayo, kita berangkat sekarang... Akan ada banyak barang yang harus kita beli nantinya. Ayo!!" lanjut ibunya yang langsung meminta sopir untuk berangkat ke pasar.

Ashmita tersenyum dan sedikit berlari mendekati ibunya. Saat masuk ke dalam mobil, dia tahu, akan ada masanya dimana dia akan menaiki mobil dan pergi menuju rumah suaminya. Dan Ashmita seketika memerah saat memikirkan hal itu yang tidak akan lama lagi terjadi di dalam hidupnya.

"Ashmita... Nanti, kamu sendiri yang harus memilih perlengkapanmu ya..." gumam ibunya sambil menyiapkan uang dengan jumlah yang sangat banyak di dalam dompetnya.
Dahi Ashmita tertekuk dalam. Menatap kebingungan ke arah ibunya. "Kenapa tidak ibu saja yang memilihkannya untukku?? Bukannya biasanya ibu yang membantuku untuk memilih pakaian?? Mengapa kali ini aku yang harus memilihnya?!"

Ibunya menolehkan kepalanya dan tersenyum. "Karena... Kamu harus belajar, bagaimana memilih pakaian, saree, perhiasan dan bahkan aksesoris sekalipun, yang bisa menyenangkan suamimu nantinya. Ibu bisa saja memilihkannya... Tapi, Apakah itu termasuk Bisa menjadi tipe mu?! Tidak bukan... Maka dari itu, kamu pilih sendiri. Tapi, untuk segala macam aksesoris dan perhiasan serta saree untuk pernikahan dan juga ritual lainnya, ibu yang akan memilihnya."

Ashmita ikut tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya perlahan. "Baiklah kalau begitu..."

Black Heart ✔️Where stories live. Discover now