3. 'Sarapannya Omelan'

959 61 3
                                    

Pagi ini, seperti biasa. Kelas 7A1 ramai dan berisik alias nggak bisa diam. Padahal bel sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, tetapi kelas ini tidak sama sekali masuk kelas dan duduk rapi seraya menunggu guru yang akan mengajar datang. Jangan diharapkan soal itu, guru yang ada sekalipun dikelas terkadang terabaikan. Yang penting mah paham.

"Eh masuk, jangan keluar keluar Napa sih!" Teriak Surya selaku ketua kelas 7A1.

"Lo juga keluar bego!" Balas Gaizka.

"Gue kan cuma didepan kelas. Cuma untuk Memberitahukan kepada semuanya agar tidak keluar kelas."

"Dih kok gue jijik sama gaya bicara Lo?"

"Kan kayak Manu Rios," balas Surya asal.

"Terserah Lo!"

Gaizka masuk kedalam kelas. Tidak dengan Surya, ia masih mengurusi teman temannya yang susah sekali untuk masuk kedalam kelas.

"Ehh ehh Masuk. Entar diomelin! Woy Reagen masuk! Robbi Udeh bi, jangan naik-naik bangku!" Perintah Mardiyah selaku Wakil ketua kelas. capek sekali jika sudah kayak gitu. Kalo kata Surya Batu.

"Nggak mau, gerah dikelas." Jawab Reagen. Membuat Mardiyah semakin marah.

"EH KOK LO PADA SUSAH BANGET SIH NJIR DIBILANGIN! MAU KENA OMELAN LAGI, HAH?! OTAK KOK KAYAK SEMUT BANGET KECIL!" Teriak Mardiyah. Sudah Habis kesabarannya karena ulah teman temannya itu.

Robbi yang tadinya sedang naik-naik keatas bangku seketika langsung turun. Begitupun juga Reagen dan teman teman yang lainnya. Muka mereka seketika langsung mendadak menjadi takut.

"KENAPA DIEM AJA? GAK MAU MASUK JUGA?! LO SEMUA TULI GUE SURUH MASUK? HAH?! APA BUDEK?!"

"Woy Masuuuk ada Bu Rosadah!" Teriak Zidan dari arah tangga. Ketika ia ingin naik ke kelas karena habis dari toilet, Zidan melihat Bu Rosadah selaku kepala sekolah sedang berjalan menuju kearah kelasnya. Gimana ya? Ini kepala sekolah lho yang datengin sendiri.

"Wah Anjir! Woy Masuk! Dibilangin kayak pada ayan semua," omel Surya. Surya hanya langsung masuk ke kelas Nya tanpa memperdulikan teman temannya itu yang susah sekali untuk dikasih tahu.

Surya masuk. Ternyata semuanya juga pada masuk. Jangan kaget lagi, karena ibu Kepala sekolah sudah menampakkan dirinya didepan semua murid-murid kelas 7A1.

Semua duduk rapi, Ibu kepala sekolah pun memasuki kelas. Atmosfer didalam kelas ini seketika berubah menjadi panas, diikuti langkah kaki itu.

"Ada gurunya?" Tanya ibu kepala sekolah itu setelah mengucapkan salam.

Tidak ada yang menjawab untuk kali ini. Siswa maupun siswi didalam sini hanya bisa mendengus pasrah. Rasa takut terus merambat keseluruh tubuhnya. Kena Omelan lagi nih, pasti!

"Lah kok nggak ada yang jawab," tanya ibu kepala sekolah lagi. Karena tak ada yang kunjung menjawab. Dikacangi lagi, parah ya? .

"Ketua kelasnya mana?" Tanya ibu kepala sekolah itu membuat Surya seketika tersentak kaget.

Surya mengacungkan tangan dengan kegugupannya. Tanpa melontarkan sepatah keduapatahpun. Yang penting ia sudah menjawab.

"Kenapa semua temannya nggak disuruh masuk kelas? Bel udah bunyi loh sepuluh menit yang lalu. Kalau nggak ada guru, memangnya nggak bisa gitu diam aja dikelas, nggak usah keluar keluar. Kalau kalian keluar-keluar kelas, berisik, itu bisa menganggu kelas lain yang sedang belajar," katanya dengan panjang kali lebar.

"Kalau kalian begini terus, susah diatur dan nggak bisa dibilangin. Buat apa?" Lanjutnya lagi.

"Keamanan nya siapa? Nggak mau bertanggung jawab juga?"

Semua seisi kelas hanya bisa diam sambil mencerna baik baik perkataan ibu kepala sekolah itu. Suasana terus menjadi panas, semua hanya membisu, seolah olah ada perekat disudut bibirnya yang membuat semua susah sekali untuk berbicara.

"Kalian kalau begini terus, bisa dicap jelek oleh semua guru," kata nya dengan menekankan kata 'jelek' .

Kita emang udah dicap jelek Bu, mangkanya mau berubah sekalipun susah untuk dipercaya.

"Wali kelas kalian siapa?" Tanya ibu kepala sekolah lagi

"Bu Wati, Bu." Jawab Mardiyah. Yang dibalas anggukan oleh ibu kepala sekolah itu.

"Ibu bilangan aja ya. Ke wali kelas kalian. Biar kalian bisa berubah nantinya, nggak terus terusan buat mainan, tapi buat belajar! Kasihan dong orang tua kalian banting tulang buat biaya sekolah kalian tapi kalian cuma buat main doang? Nggak kasihan emang nya?"

"Kasihan Bu," jawab serempak.

"Nah kalau kasihan, kenapa kalian nggak serius belajar? Kenapa cuma buat main main aja," katanya lagi. "Yaudahh nanti ibu bilang aja ke Bu Wati."

Ibu kepala sekolah itu keluar kelas dari kelas 7A1 setelah mengucapkan salam. Semua bisa bernafas lega sambil menyalah-nyalahkan.

"Lo sih Bi, dibilangin susah banget. Ketauan kan!" Omel Mardiyah kepada Robbi. Mardiyah sudah kesal sekali karena tadi Robbi tidak mendengarkan ucapannya. Kalau saja mendengarkan. Mungkin tidak ketauan dan tidak kena omelan.

"Lah kok gue? Reagen noh," ucapnya membela diri sambil menunjuk kearah Reagen.

"Kan gue cuma ikut ikutan doang," balas Reagen tak mau kalah.

"Sama aja. Lo juga keluar kelas kan," Zidan ikut menimbrung.

"Lo 'kan juga keluar Dan." Kata Robbi lagi.

"Lah, gue kan abis ke Toilet. Masih untung gue bilangin kalau Bu Rosadah mau kekelas. Kalau nggak kena Lo semua,"

"Udeh sih, semuanya salah. Nggak ada yang bener!" Kata Gaizka mencoba untuk menengahi.

Robbi, Zidan maupun Reagen berhenti berbicara ketika guru mata pelajaran matematika sudah memasuki kelas.

Oke. Kali ini kita akan berubah!.

💥💥💥

Perfect Classmates ✔Where stories live. Discover now