|KTS 1| Murid Baru

21K 1.3K 502
                                    

karena jadi orang baik harus akrab terlebih dahulu dengan ketidakbaikan.

Pagi ini merupakan hari yang spesial bagi seorang Arumni. Hari ini dirinya akan pindah sekolah ke SMA PELITA. Dimana sekolah tersebut merupakan SMA favorit dan juga cukup terkenal. Saat ini Arumni sedang menatap dirinya sendiri dicermin, ia sudah mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah tersebut.

Ia menatap dari bawah hingga atas persiapan dirinya menuju ke sekolah. Baju putih abu-abu sudah tertata rapi di tubuhnya, make up pun ia hanya menggunakan bedak yang sangat tepat di kulit serta wajahnya. Tak perlu memakai make up atau bedak yang tebal agar terlihat putih, cukup basuh muka dengan air wudhu muka kita akan terlihat cerah. Anggap saja itu skin care alami. Arumni mengambil hijab berwarna putih yang ada di atas meja belajar. Dengan sangat hati-hati ia pun menggunakan hijab sembari menatap cermin untuk menyempurnakan penampilannya.

Hijab sudah terpasang dengan sangat rapih di atas kepalanya. Bagi seorang wanita rambut adalah mahkota paling berharga yang seharusnya tak di umbar. Mahkota jika di kerajaan adalah suatu benda yang bernilai juga sangat bersejarah sehingga harus di jaga dan di rawat sepenuhnya. Rambut juga begitu. Mahkota seorang muslimah ada pada rambut hitamnya. Jika kita tak menutupi nya, maka sama saja kita menghilangkan nilai berharga didalamnya. Arumni dengan membawa tas berisi buku pelajaran pun keluar dari kamar dan menghampiri bundanya yang sudah ada di meja makan.

"Pagi, Bun!" sapa Arumni berjalan menuju meja makan.

"Pagi. Gimana, udah siap, nak?" tanya Bunda Marisa pada anaknya tersebut.

"Insyaallah, Arumni siap, Bun!" jawab Runi semangat karena ini merupakan hari pertama masuk ke sekolah tersebut.

"Alhamdulillah, deh," ucap Marisa tersenyum.

Arumni pun mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari sesuatu atau seseorang. Hal ini selalu ia lakukan setiap ingin sarapan bersama bundanya. Baginya hanya berdua seperti kehilangan satu sosok berharga lainnya.

"Bun, Ayah udah berangkat?" tanya Runi ketika tidak menemukan sosok ayahnya.

Pagi menjelang setiap makan pagi bersama, ayahnya tak pernah hadir. Mungkin hanya beberapa kali sang ayah sarapan bersama. Ayahnya selalu berangkat lebih pagi dari ia bangun tidur. Faktor perkejaan adalah alasan utamanya. Sebagai pemilik usaha, ayah Arumni di tuntut untuk profesional dan tidak main-main dalam menjalankan bisnisnya. Nasib karyawan tergantung pada dirinya juga perusahaan yang ia punya. Jangan sampai urusan pribadi dari pimpinan membuat ia kecewa.

"Iya, Ayah kamu ada urusan makanya harus berangkat pagi, sayang," ucap Bunda Marisa sembari menyodorkan sebuah roti dengan selai kacang kesukaan Runi.

"Makasih, Bunda," tutur Arumni sembari menerima roti itu dan mengunyahnya dengan sangat nikmat.

Satu helai tisu ia ambil dari wadahnya. Ia pun membersihkan area sekitar bibir yang sedikit belepotan karena selai kacang yang ia makan. Selai kacang adalah menu kesukaan dirinya ketika sarapan pagi menjelang. Baginya kacang adalah penyempurnaan hati dan perasaannya. Arumni pun mengambil tas dan berjalan mendekati sang bunda yang sedang meminum satu gelas susu hangat.

"Bunda, Runi berangkat dulu," ucap Arumni sembari mencium tangan bundanya.

"Hati-hati, ya, nak." ucap Bunda Marisa.

"Iya, Bun, asalamualaikum," ucap Runi sebelum memasuki mobil.

Bunda Marisa pun tersenyum. "walaikumsallam." jawab Marisa sembari menatap kepergian putri kecilnya itu. Semoga saja putrinya mendapatkan perilaku yang baik di sekolah barunya.

Kita Tak Seiman (UP VERSI LENGKAPNYA DI KUBACA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang