15 | The Great Storyteller

430 73 15
                                    


"TERDENGAR TIDAK dewasa, aku tahu. Tetapi kupikir satu-satunya aku bisa mengeluh seperti ini hanya bila bersamamu." Orion menghela napas seraya menumpuk dokumen yang barusan ia periksa, berupa beberapa bundel kertas bersampul kulit yang dianyam dan diberi warna gelap. Ia menyimpan kembali cap berlambang kerajaan Lama, perisai berukir matahari yang tertusuk pedang ke dalam kotak di samping botol tinta dan pena tulis.

Di dekat jendela yang ada di sisi lain ruangan itu, berdiri seseorang yang memandang ke halaman istana yang gelap sambil mengisap pipa berisi potongan daun tembakau kering. Asap kelabu putih ia hembuskan sambil memejamkan mata. "Aku juga ingin mengeluh, sebenarnya. Tetapi mungkin kau sedang berada dalam kondisi yang tidak ingin menerima keluhan orang lain."

"Tidak masalah. Kau sudah kupaksa mendengarkan ocehan kanak-kanak tentang keresahanku terhadap Erin. Tidak adil kalau kau harus menunda hanya karena sifatku yang buruk ini." Orion membuka laci meja yang ada di samping kiri. Tempat itu berisi tabung kaca berisi bubuk tembakau, pipa-pipa penghisap, asbak dan pemantik api. Orion tergoda untuk memenuhi paru-parunya dengan asap, apalagi karena ada teman yang menemaninya. Biasanya, dia hanya melakukan itu di kamarnya, atau di ruangan ini tetapi berdiri di depan jendela persis seperti Fang agar asap langsung keluar bercampur udara bebas. Pasalnya, Erin seringkali masuk dengan tiba-tiba, Orion tidak mau menyusahkan anak itu dengan merokok.

Akhirnya, Orion mengambil satu pipa. "Memangnya, apa yang ingin kau keluhkan? Perdaganganmu dengan Eterno yang terputus? Atau apa?"

Fang menggeleng. "Eterno akan pulih selama Yuki masih ada, kuyakin itu. Sebenernya aku ingin membicarakan ini. Tadi sore, Coda mengatakan hal aneh, diluar karakter yang kukenal. Sepertinya Erin yang memotivasi dia untuk melakukan itu karena kurasa, gaya Coda lebih pantas dilakukan Erin daripada dirinya sendiri."

Asap putih terembus dari mulut. Orion menyandarkan punggung pada bantalan kursi kerjanya. Tangan kirinya memegang pipa sedang tangan kanan menumpu dagu. Kakinya disilangkan dengan yang kiri menjadi tumpuan, posisi yang benar-benar Orion suka, tetapi jarang ia lakukan karena alasan kesopanan. Namun, saat ini tidak ada Pangeran Lama dan pewaris takhta Bestia, yang ada hanyalah dua pemuda yang telah menjadi teman sejak belia--dan sama-sama tengah mengisap pipa tembakau dengan dalih pelepas penat, padahal hanya ingin menghirup asap. Kalau Erin tiba-tiba masuk, aku akan menyuruhnya keluar dengan alasan menemani Fang merokok, pikir Orion sambil terkekeh kecil dan melirik temannya.

"Sepertinya anak itu cocok dengan Erin."

"Ya, aku tidak menyangkanya. Biasanya Coda bersikap terlalu formal dalam situasi apa saja."

Orion memperhatikan ekspresi lesu Fang kala pemuda itu beranjak dari jendela untuk duduk di sofa berbeludru merah di dekat pintu. "Jadi, apa yang kau risaukan?"

Fang mengeluarkan kedua telinga serigala di atas kepalanya, "Kau tak keberatan, kan? Aku merasa sesak."

"Jangan sungkan," balas Orion, "raut seperti itu tidak cocok untukmu, tahu. Jadi, ada apa dengan bocah-Coda-mu itu?"

Fang tertawa kecil, "Sejelas itu, ya?" Pemuda bersurai cokelat itu mendesah, pipa tembakau yang telah mati baranya ia taruh di atas meja berkaca hitam, "Tadi, Coda bertanya apakah aku akan menerima keinginannya kalau ia meminta menuju Alba dan diantar menemui Pangeran Carnelian."

"Keinginan yang berani, tetapi jujur. Lalu, kau menjawab apa?"

Fang tersenyum sedih. "Aku ... tidak bisa menjawabnya. Aku benar-benar egois."

***

"Jangan menatapku dengan wajah seram seperti itu, Lazu." Carnelian terbatuk, "menakutkan, tahu. Nanti lukaku tidak kunjung sembuh."

Throne of StellarWhere stories live. Discover now