14 | Revelation

434 74 19
                                    

GEMURUH LANGIT gelap di luar menarik perhatian Capella. Pemuda itu beranjak dari kegiatannya membaca buku, berjalan perlahan keluar ruangan besar nan mewah tersebut. Menyusuri lorong berdinding granit putih di satu sisi dan kaca-kaca tebal di sisi lain yang selalu lengang. Lantas langkahnya terhenti di antara pilar-pilar tinggi penyangga bangunan, selanya menghubungkan pandangan dengan dunia luar. Ditatapnya langit yang mulai dipenuhi awan kelabu serta deru angin kencang yang menyebabkan gemerisik dedaunan.

Badai? Capella mengernyitkan alis. Terakhir kali badai menyapa langit Mistero kurang lebih dua dekade lalu, ketika laporan mengenai keping Star Gem Eterno terancam akibat penyerangan. Itu pun hanya gemuruh yang disertai dengan gerimis. Tidak seperti hari ini, dimana langit kelabu kian menggelap tiap menitnya. Awan-awan bergumpal menebal seiring waktu. Perasaan aneh yang mengusik Capella beberapa hari terakhir kini terjawab.

Ketenangan Mistero kini terganggu. Diembuskannya napas dengan kasar, lantas berjalan cepat kembali ke ruangan besar tempatnya biasa menghabiskan waktu.

Seraya diiringi oleh suara langkah dari sepatunya yang menggema sepanjang koridor, pikiran Capella mulai berkelana. Menebak siapakah gerangan yang berkeinginan menyatukan keping demi keping batu mulia. Untuk apa? Dua ribu tahun adalah waktu yang cukup bagi para manusia untuk menjadikan kisah yang benar adanya menjadi sebatas dongeng belaka. Mistero hanya dongeng. Sang Penjaga hanya dongeng. Capella tak habis pikir. Apakah ada yang memelesetkan dongeng itu menjadi sesuatu yang bisa memuaskan hasrat manusia?

Capella tertegun.

Ada. Pasti ada.

Saat itu juga hatinya terasa sesak. Dia sempat lupa bagaimana para manusia tercipta. Keserakahan mengikat jiwa-jiwa mereka. Pasalnya, penyatuan Star Gem akan menyebabkan ketidakharmonisan kekuatan besar yang dipaksa berpadu. Yang berarti kehancuran konstelasi keenam bintang. Curse pernah mengingatkan perihal ini padanya sesaat sebelum ketiga entitas itu pergi. Bahwa kelemahan para manusia adalah egoisme diri, yang bisa mengakibatkan banyak keburukan. Truth bahkan mengiyakan, ia berkata kalau keadaan ini suatu saat akan terjadi.

Capella tersenyum miris, inilah saatnya, ya?

"Ternyata benar, keadaan ini mulai mengusikmu." Capella berucap lirih ketika sampai di depan seorang yang tengah tidur dengan indahnya. Melihat kelopak yang diam tak bergerak selama dua ribu tahun yang kini bergetar pelan, membuat Capella bingung tentang bagaimana ia harus merasa. Apakah senang karena pada akhirnya penantian panjang ini akan berakhir ataukah sedih karena apa yang selama ini Vega korbankan menjadi sia-sia.

Ah bukan, bukan sia-sia. Melainkan telah tiba pada masanya.

Diusapnya kain yang menjuntai dari pakaian Vega yang berlapis.

"Mistero ... akan melindungi dirinya sendiri. Benar 'kan, Vega?"

.

.

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Throne of StellarWhere stories live. Discover now