IY ; 5

202 75 66
                                    

"Lah kok?"

Aku memelototkan mataku karena kaget. Aku kaget bukan karena apa-apa, melainkan karena melihat tamu yang sekarang berada di ruang tamu.

Dan tamu itu ialah Azkar. Orang yang beberapa menit lalu telah mengantarku pulang dan kemudian ia kembali lagi ke sini.

Aku kemudian melangkahkan kaki menuju ruang tamu guna bertemu Azkar yang tak lain adalah tamu yang yang datang saat ini. Pandangan Azkar sedari tadi kulihat tidak terlepas dari hp miliknya. Bahkan, sekarang aku sudah berada tepat dihadapannya, tetapi dia belum juga menyadari kehadiranku.

Untung saja ayahku -Dani belum pulang dari kantornya. Kalo iya, mungkin Azkar akan disidang oleh ayahku mengenai kedatangannya ke sini mencariku.

Ayahku tidak menyukaiku jikalau aku dekat dengan laki-laki lain selain keluargaku. Berhubung juga aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluarga kecilku ini, jadi Dani menjagaiku dengan begitu ketat. Aku tiga bersaudara, kakak dan adikku laki-laki jadi hanya akulah sendiri anak perempuan mereka. Orang tua ku takut jika aku terlalu dekat dengan laki-laki atau bahkan menganut status pacaran. Dani takut-takut jika nantinya aku rusak atau semacamnya.

"Ehm kak", ucapku dengan sedikit takut.

Azkar mengalihkan pandangannya dari layar hp miliknya karena mendengar penuturan ku lalu menatapku yang sekarang masih berdiri didepannya.

"Eh elo, lama bener yee"

"Maaf kak", ucapku sambil menundukkan kepalaku karena merasa sedikit bersalah.

"Sini duduk", ujar Azkar kepadaku sambil menepuk kursi yang berada di sampingnya bermaksud agar aku duduk bersebelahan dengan dia.

Aku hanya mengikuti permintaan yang dilontarkan oleh Azkar kepadaku. Padahal sebenarnya yang jadi tamu itu Azkar tetapi yang di persilahkan duduk malah diriku. Kesannya seperti Azkar lah pemilik rumah sedangkan aku adalah tamunya.

"Em kak, ngapain kesini?", aku menoleh ke arahnya memberanikan diri untuk membuka obrolan saat ini.

"Minta nomor lo"

"Hah?"

"Minta nomor lo", ulangnya.

Jadi ni orang datang ke rumah gue hanya untuk itu? No guna tau gak. Gue pikir ada urusan penting. Nah ini di bilang penting pun tidak. Dasar lu onta betina. Batinku

"Hei". Azkar menepuk bahuku sehingga membuatku tersadar dari lamunanku.

"Mm ah iya. Apa tadi?", tanyaku ulang memastikan jangan sampai aku lah yang salah dengar.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Azkar malah memajukan kepalanya mendekatiku. Semakin dekat, dan dia sampailah tepat di telingaku kemudian dia membisikkan sesuatu yang mampu membuat bulu kudukku merinding karena deru nafasnya kurasakan menyapu rambut tipis yang ada di dekat telingaku. "Minta nomor lo sayang"

Seketika tubuhku menjadi beku dan sepertinya saat ini aku membutuhkan pasokan udara.

Aku hanya membulatkan mataku dengan perlakuan yang Azkar berikan kepadaku saat ini. Bisikkan nya itu membuat bulu-bulu kudukku naik saking gelinya panggilan yang ia lontarkan kepadaku.

Sayang? Sayang-sayang pala lu

Azkar kemudian kembali ke posisi duduk seperti biasa dengan pandangan terfokus ke arahku diikuti dengan senyumnya.

Ya tuhan kenapa senyumnya manis sekali sih? Arghhh.

Aku hanya meluruskan pandaganku ke arah Azkar tanpa berniat menjauh darinya.

I'm YoursWhere stories live. Discover now