DUABELAS

107 11 2
                                    

Tiba-tiba terdengar suara samar-samar sendal memasuki rumah. Gue,Pelangi dan Dino langsung berdiri. Setelah sekian lama menunggu dengan segenap hati yang sudah gregetan dengan rasa kepo. Dan
ternyata itu ibunya Dina,akhirnya.

"Eh Elang,"ucap Ibunya Dina ramah. Gue,Pelangi dan Dino langsung menyalimi ibunya Dina.
"Ini temannya Dina juga ya?"Tanya ibunya Dina sambil melirik Pelangi dan Dino.

Mereka berdua saling lirik,"iya Tan aku teman kelas Dina,"

"Ha,iya Tan,"ucap Pelangi gelagapan.

"Tante gak kekantor Tan?"ibunya Dina ini wanita karier ia hidup berdua semenjak ayahnya Dina meninggal. Setau gue sih. Ibunya Dina juga kok yang cerita.

"Nggak Lang,Tante cuti 2 hari ini,"gue cuman mengangguk mantap.

"Yaudah duduk,Tante simpan ini dulu ya kedapur,sekalian bikin minum"gue mengangguk mantap diikuti Pelangi dan Dino.

Ibunya Dina udah gak keliatan. "No,No, lo yang ngomong dan nanya aja ya?"ucap gue dengan polosnya. Dino terlonjak kaget.

"Kok jadi gue? Lo lah!"ucap Dino sarkas.

"Lo aja deh,Lo kan pinter kalau ngomong,"ucap gue,emang dasarnya gue bingung cara nanyanya gimana,jadi biar Dino aja,astagfirullah teman macam apa gue. Maaf,gue sebenarnya gak gitu kok sayang boong deh,jangan marah ya beb.

"Lo juga pinter kok,buktinya lo bisa ngomong!,"elak Dino.

"Lo aja deh,"

"Lo aja,"

"Lo!,"

"Ok,Pelangi aja,"ucap gue asal ceplak.

"Lah,Napa jadi gue? Yang satu sekolah kan kalian,"ucap Pelangi sambil menatap gue dan Dino kesal. Gue nyengir kuda,bener juga yang dibilang Pelangi.

Ibunya Dina datang. Gue,Pelangi dan Dino langsung menyelesaikan perdebatan gak jelas itu. "Ada apa ya ramai-ramai kesini?,"ucap ibunya Dina sambil duduk dihadapan kita bertiga.

"Emm nggak Tan,kita emmm..."ucap gue gelagapan. Gue bingung mau dari mana ngomongnya. Gue sikut aja tangan pelangi pelan,Pelangi menatap gue tajam sekilas.

"Itu kita mau..mau silaturahim aja Tan,iya silaturahim kan Lang,No?"ucap
Pelangi sama-sama gelagapan. Gue dan Dino mengangguk mantap bersamaan.

"Iya Tan silaturahim bener itu makusd saya Tan,"ucap gue tiba-tiba heboh,gak tau kenapa gue pengen heboh aja,biar suasana cair gitu,biar gak kaku,seperti pertahanan hati betonmu yang kokoh dibalut sikap dinginmu itu yang meleleh dan runtuh karena melihat aku,hehew. Gombal banget sih gue,jangan baper ya,gue gak tanggung jawab.

"Hahaha ada-ada saja kalian ini,tapi pasti kalian mau tanya-tanya tentang Dina kan?,"ucap ibunya Dina sambil tertawa renyah.
Gue menganggaruk tengkuk yang emang dari tadi gatel sih.

"Emm aaa emm sebenernya iya sih Tan,"ucap gue hati-hati takutnya ibunya Dina gak mau.

"Oh gitu,Mau tanya apa silahkan,"ucap ibunya Dina. Gue,Pelangi dan Dino saling sikut.

"Lo yang ngomong elah,"ucap gue pelan. Pelangi mengernyit.

"Lo aja deh No,"ucap Pelangi sambil menyikut Dino pelan.

"Ish,"Dino mendengus,lah kalau lama debat terus,terus kapan nanyanya? Gue berpikir sejenak. Yaudah biar gue yang ngomong aja.

"Emm jadi gini Tan,em kita pengen selidiki kasus Dina dengan benar,sekalian pengen ngebuktiin kalau Elang bukan yang bunuh Dina,"ucap gue dengan nada berusaha gak gugup. Tiba-tiba lampu ruangan tamu ini menyala sendiri,sedari lampu ini memang sengaja belum dinyalakan karena sinar matahari disore hari masih terang benderang,sehingga menembus jendela ruangan ini dan menjadi terang. Semua yang ada disitu kaget,termasuk gue. Gue kaget dong pasti,orang pas banget pas gue ngomong.

kisah ELANG!Where stories live. Discover now