Galaxy 03

442 63 6
                                    

"Rahasiamu terbongkar dua kali."

***

Eunha mengetuk kelima jarinya di atas meja secara berirama. Earphone berwarna putih menggantung manis di kedua telingannya. Lagu ballad favoritnya sudah terputar lebih dari lima kali sejak satu jam yang lalu.

Siapa sangka dibalik kesialan- kesialan yang menimpanya hari ini, salah satu keberuntungan terselip di antaranya. Guru killer yang seharusnya mengajar kelasnya absen dan hanya memberi tugas. Selain itu, hari ini kepala sekolah mengadakan rapat dengan para guru secara mendadak dan para murid hanya diberi tugas tetapi dilarang untuk keluar kelas sebelum jam pulang.

Daripada belajar Eunha lebih memilih mendengarkan lagu dari ponselnya sambil melamun untuk membunuh waktu. Jarum jam di dinding terus bergerak dan untuk yang kesekian kalinya lagu itu kembali teputar dari awal dan untuk yang kesekian kalinya pula bayang- bayang wajah Jungkook yang ia lihat dengan jarak dekat terlintas dalam pikiran selama beberapa detik.

"Sialan." umpat Eunha menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangannya. Dirinya sudah dibuat malu sebanyak dua kali oleh Kim Jungkook.

Choi Yena –sahabat Eunha sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama- melirik ke arah Eunha sekilas. Sikap Eunha yang aneh itu cukup menganggu kegiatannya membaca novel baru yang dibelinya seminggu lalu. Tak tahan dengan tingkah Eunha, gadis itu menutup novelnya setelah memberi batas lalu memutar tubuhnya lurus ke arah Eunha.

Yena menyangga kepalanya dengan siku kanannya yang ia tekuk di atas meja. Tangan kirinya yang bebas menggenggam dan mengetuk pelan meja Eunha. "Bisa kau jelaskan secara singkat maksud dari tingkah anehmu ini?"

Eunha menghela nafasnya lelah lalu mendongakkan kepalanya dan menatap Yena dengan tatapan datar. Yena sendiri hanya menaikkan sebelah alisnya menanti jawaban dari bibir Eunha.

"Yena-ya."

Yena hanya berdehem untuk membalas panggilan Eunha.

Eunha menghela nafasnya sekali lagi. Kepalanya terputar menghadap ke arah depan. "Aku pun tidak tau." Eunha menempelkan dahinya di atas meja. Kedua kakinya menendang kesal di bawah meja.

Yena mengerenyitkan alisnya heran. Tidak biasanya sahabatnya ini bertingkah aneh seperti ini. Mungkinkah efek dari keterlambatan gadis itu hari ini?

"Kau ini memang aneh."

"Eunha." panggil Yena. "Lihat aku."

Eunha berdecak malas. Mengangkat wajahnya ke arah Yena. Bak pengamat wajah profesional Yena mengamati wajah Eunha dengan serius. Gadis itu mengusap dagunya serius. Ia menyentuh kedua bahu Eunha lalu menganggukkan kepalanya yakin. Wajah serius Yena terpampang jelas di hadapan Eunha yang kebigungan.

"Ku rasa kau sedang mengalami tingkat stres tinggi karena tidak bisa menonton konser Treasure."

Eunha memejamkan matanya. Salah satu dari keduanya memang tidak ada yang benar. Ia melepaskan kedua tangan Yena dari pundaknya dan kembali menelungkupkan wajahnya di atas meja. Yena mencebikkan bibirnya sambil mengangkat kedua bahunya. Gadis itu sudah lepas tangan dengan tingkah random Eunha. Ia lebih memilih menghabiskan kembali waktunya untuk membaca novel terbaru karangan penulis favoritnya.

Baru dua menit tenggelam dalam paragraf-paragraf novel yang menahan gerak bebasnya, ponsel yang ia letakkan di saku jasnya bergetar panjang. Yena mencoba mengambil ponselnya dengan kedua mata masih terfokus dengan kalimat-kalimat panjang yang menurut Eunha sangat sulit untuk dipahami maknanya. Ia mengerenyitkan dahinya bingung. Nomor tak dikenal berjajar rapi di layar ponselnya. Merasa itu tak penting Yena hanya memandangi ponselnya hingga getaran itu berhenti lalu berganti notif yang bertuliskan 'missed voice call'.

GalaxyKde žijí příběhy. Začni objevovat