Galaxy 02

602 73 3
                                    

"Awal dimana detak itu muncul kembali."

***

Eunha turun dari bis yang baru saja ia tumpangi dan segera berlari secepat yang ia bisa sekejap setelah kedua kakinya menapak trotoar. Sesekali kedua matanya menatap khawatir ke arah jam tangan berwarna biru tua yang melingkar di tangan kirinya.

"Kumohon jangan terlambat. Jangan terlambat." ucap Eunha sembari menyatukan kedua telapak tangannya di bawah dagu dan menatap langit berharap dewi keberuntungan akan berpihak padanya pagi ini.

Namun terkadang kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan harapan kita. Langkah kaki Eunha perlahan memelan. Kedua bahunya merosot turun. Raut kosong nampak jelas di wajahnya ketika kedua matanya melihat gerbang sekolah sudah ditutup.

Eunha menatap jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih satu menit tepat. Gadis itu menarik rambut sebahunya merasa kesal. Ayolah, dia hanya terlambat satu menit. Kenapa penjaga sekolah tampak begitu terburu untuk menutup gerbang sekolah?

Dengan gemas Eunha menggigit tali tasnya yang terjulur panjang. Kedua kakinya ia hentak- hentakkan dengan kesal di atas trotoar. Ini semua gara- gara jam tidurnya yang terlalu pagi. Sesampainya di rumah, ia mendapati Taeyong –kakak iparnya- duduk di ruang tamu sambil membaca buku. Dari gerak-geriknya terlihat sekali sedang menunggu kedatangannya. Taeyong bilang Chaewon sudah tidur duluan sebab kehamilannya membuat wanita itu harus beristirahat lebih awal. Setidaknya, ia bisa terbebas dari omelan Chaewon yang memekakan telinga. Pesan Taeyong untuk segera beristirahat, diabaikan Eunha.

Sesampainya di kamar, tangannya tidak tahan untuk tidak membuka twitter melihat video atau foto- foto yang disebar oleh masternim TREASURE di twitter. Sambil menggigit selimutnya ia berteriak tertahan lalu mengguling- gulingkan tubuhnya di atas kasur. Kamarnya yang berada di lantai dua membebaskannya untuk bertingkah ramai sebab kamar Chaewon berada di lantai satu dan berada cukup jauh dari kamarnya.

Hasil karyanya semalam yang begadang dapat dirasakannya hari ini. Bangun kesiangan, tidak sempat sarapan, mendapat ocehan penuh kekesalan dari Chaewon, berlari sebab bis yang akan ia naiki sudah berjalan meninggalkan halte, dan sekarang gerbang sekolah yang sudah tertutup. Lengkap sekali penderitaan Eunha.

"Apa kau belum sarapan?" tanya seseorang di samping Eunha ketika gadis itu masih menggigit kesal tali tasnya.

Eunha itu menoleh ke arah sumber suara yang tak asing di telinganya. Seorang lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengannya berdiri di sampingnya sembari menatap dengan heran. Melihat arah pandang lelaki itu membuat Eunha menarik kasar tali tas dari mulut. Ia memutarkan bola matanya malas mengetahui lelaki itu merupakan salah satu orang yang masuk di daftar makhluk yang tidak ingin ditemuinya hari ini.

"Bisakah kau pergi?" pinta Eunha lemas karena sudah terlalu lelah dengan segala kesialannya hari ini. 

"Kenapa?" Lelaki itu meneliti Eunha dari atas ke bawah. "Hmm...sepertinya kau terlambat juga." Lelaki itu memajukan wajahnya mendekat ke arah Eunha sambil melengkungkan senyum manis yang dimilikinya. Lelaki tampan di hadapannya ini terlihat santai walaupun dia juga terlambat. Seolah-olah ini sudah biasa ia lakukan.

Eunha melirik lelaki itu malas lalu mendorong wajah lelaki itu agar menjauh darinya. "Ya! Yoon Jaehyun!!! Pergilah!" suruh Eunha dengan nada putus asa.

"Aku tidak mau. Aku masih ingin di dekatmu." Bukannya marah akan gertakan gadis itu, Jaehyun malah semakin menggodanya.

Yoon Jaehyun. Teman sebangkunya selama satu tahun saat kelas sepuluh dulu.

Bila mengingat kembali setahun itu Eunha rasa ia harus menarik seluruh kalimatnya yang menyatakan bahwa ia begitu beruntung bisa duduk dengan Jaehyun. Lelaki tampan dengan sejuta pesona yang mampu membuat setiap gadis yang berada di dekatnya harus menengok dua kali ke arahnya. Lelaki yang selalu menebar senyum manisnya kepada siapapun itu ternyata hanyalah lelaki budak cinta yang selalu mengganggunya.

GalaxyWhere stories live. Discover now