[13]-Jarak

75 11 19
                                    

"Scary Voice." - 13

***

Ada yang nunggu Sadeena dan Wildan? Maaf baru muncul, kemarin tenggelam bacain jurnal buat UAS. Ini aja ... ngetiknya di jam istirahat waktu dosennya masih di jalan belum sampai kampus 😂

Terus kepenggal lagi karena kena serangan evaluasi buat ngajar di tahun ajaran baru.

Aku harap kalian memaklumi.

Aku lebih berkesan dan lebih semangat lanjut cerita ini bukan karena like tapi karena komentar dari kalian. Jadi, habis baca sempetin ngetik komentar ya 😊

Selamat membaca Scary Voice~

***

Wildan baru saja menaruh semua barang-barangnya di atas meja caffe milik Arghi. Rumah Vero bukan pilihan yang tepat sebagai tempat tinggal sementara. Untungnya, Wildan selalu ingat kalau satu hari sebelum weekand, Arghi akan menginap di caffe karena besoknya caffe terbiasa ramai.

"Ini bantal buat lo." Arghi dengan wajah khas bangun tidur menyodorkan bantal pada Wildan.

Wildan menerimanya dengan sedikit rasa bersalah. "Sorry ya. Gue pasti ganggu tidur lo, Ghi."

"Santai aja. Gue balik ke kamar ya Wil."

Wildan mengangguk, membiarkan Arghi ke kamar yang berada di lantai atas.

Seadainya, kamar di atas tidak sempit, Arghi sudah mengajak Wildan ke sana.

Namun bagi Wildan, bisa ikut tidur di jejeran kursi yang dibentuk memanjang saja, dia sudah sangat berterima kasih pada Arghi.

Wildan memandang langit-langit caffe. Kemudian memandang keadaan di luar, melalui pintu yang dapat ditembus mata. Masih ada beberapa mobil yang melintas. Remang-remang cahaya malam membuat pikiran Wildan kembali teringat dengan insiden bunuh diri alharhumah Mamanya. Wildan menarik napas panjang. Menutup wajahnya dengan sikut. Dia mencoba tidur, meski isi kepalanya terus berkeliaran.

***

"Pagi Luna! Eh, pagi juga Sadeena!"

Sadeena memperlambat langkahnya begitu berpas-pasan dengan Vero di dalam aula.

Hari ini semua Mahasiswa dikumpulkan untuk mengikuti workshop yang diadakan pihak kampus.

Workshop bertema sukses di usia muda itu diikuti oleh Mahasiswa semester dua sebelum minggu depan menguyah ujian akhir semester.

Mungkin, pihak kampus ingin mengembuskan udara sejuk dulu sebelum memberi uap panas pada seuruh Mahasiswa menjelang ujian.

"Pagi, Vero." Luna yang berdiri di samping Sadeena melambaikan tangannya, sementara Sadeena membalas sapaan Vero dengan senyum tipis.

"Wah, tumben berdua." Vero nyengir. Memberi akses agar kedua perempuan di sampingnya bisa berjalan lebih dulu.

"Kebetulan hehe." Luna menjawab tanpa memedulikan reaksi Sadeena.

"Oh, duduk di sini aja. Biar gue booking buat Wildan juga." Vero menunjuk jejeran empat kursi yang masih kosong.

Kursi yang berada di tengah-tengah itu tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan posisi panggung.

Tanpa banyak protes Sadeena segera menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi yang ditunjuk Vero.

Vero dan Luna menyusul Sadeena untuk duduk.

"Hei!"

"Eh, Nam, Shen." Luna mengangkat kepalanya ke atas dia mendapat tepukkan bahu dari arah belakang. Namira dan Afshen tersenyum padanya.

Scary Voice✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant