16. The Perfect Mess

1.9K 206 44
                                    

WARNING!!
-Metode Penulisan Berbeda
-Percakapan Non-Baku
-Happy Reading & Semoga Betah

.

.

.

.

Rain mengerjap pelan saat dia merasakan kerongkongannya kering. Hal pertama yang dilihat Rain saat matanya terbuka adalah langit-langit kamar Sky. Awalnya dia bingung, namun saat dia mendapati presensi Sky sedang menelungkupkan kepala dengan posisi duduk di samping tempat tidur, dia langsung teringat akan kejadian kemarin.

Napas Rain tiba-tiba memburu. Ia sempat berpikir bahwa semua yang didengarnya kemarin hanyalah mimpi buruk belaka, tapi kenyataannya dia memanglah hanya seorang anak pungut di keluarga Ganendra.

Getaran tangan Rain mampu membuat tidur Sky terganggu. Sky pun segera membuka mata dan terkejut melihat Rain yang sudah menangis sesenggukan.

"Rain.. Kamu kenapa?" Tanya Sky khawatir.

"Hiks.. Papa.." Lirih Rain sambil menatap kosong langit-langit kamar.

Sky menoleh ke arah benda penunjuk waktu yang ada di dinding kamarnya. Jam tujuh lewat, artinya dia sudah sangat terlambat untuk ke sekolah. Akan tetapi, bukan itu yang sedang dipikirkan Sky, melainkan Ganendra yang belum juga menampakkan diri sejak semalam.

"Sebenernya papa kemana sih?" Tanya Sky dalam hati.

Sky menoleh kembali ke arah Rain yang sudah tak menangis lagi. Hanya sesenggukannya saja yang masih terdengar sesekali.

"Kamu gak sekolah?" Tanya Rain tanpa menatap Sky.

Sky menggeleng pelan. Lagi-lagi perasaannya memberontak. Ada sedikit rasa penyesalan dalam dirinya karena telah mengajak Rain kembali ke kediamannya. Seharusnya kemarin dia membiarkan Rain pergi. Gara-gara Rain, Ganendra menghilang, begitu pikirnya.

"Mau kemana?" Tanya Sky datar saat menyadari Rain sedang berusaha untuk turun dari tempat tidurnya.

"Mau ngambil minum, aku haus." Jawab Rain sambil terus berusaha untuk turun dari tempat tidur meskipun pandangannya terasa berputar.

Entahlah, Sky antara tega tak tega melihat Rain, tapi dia tetap menghentikan aktivitas anak itu dengan mencengkram lengannya.

"Biar aku yang ambilin." Ucap Sky kemudian lekas keluar kamar.

Rain hanya mampu menatap nanar punggung Sky. Dulu dia memang sangat menginginkan perhatian sekecil apapun dari Sky, tapi setelah dia mengetahui kebenarannya, dia sudah tak menginginkannya lagi. Bukan tak menginginkan perhatian ataupun kasih sayang, tapi lebih tepatnya tak menginginkan belas kasihan. Ia tau Sky berubah baik padanya hanya karena kasihan dan Rain tak suka.

Tak lama kemudian Sky kembali dengan membawa sebuah nampan berisi minuman dan makanan lalu meletakkannya di nakas samping tempat tidur. Setelah meletakkan nampan, Sky segera melangkah keluar kamar. Saat dia sudah hampir melewati pintu, dia sempat berbalik dan melihat Rain hanya duduk diam di tempat tidur dengan tatapan kosong.

"Cepet makan! Aku gak kuat ngurusin orang sakit." Kata Sky datar lalu menghilang di balik pintu.

Sky menapaki satu demi satu anak tangga. Tujuannya adalah kamar Ganendra. Ia mau mengecek apakah Ganendra benar-benar tak pulang semalaman atau Ganendra sempat pulang, tapi pergi lagi.

Ceklekk!

Pintu kamar Ganendra terbuka. Sky melangkah masuk sambil menyelisik sekitar. Masih sama seperti kemarin, artinya Ganendra benar-benar tak pulang. Seketika Sky khawatir pada sang papa. Tak biasanya Ganendra pergi tanpa pamit padanya.

[3]Rain From The Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang