11. Between Physical & Mental

1.6K 157 11
                                    

WARNING!!
-Metode Penulisan Berbeda
-Percakapan Non-Baku
-Happy Reading & Semoga Betah

.

.

.

.

Yongki melirik sekilas sang sahabat yang sedang menangkup kepalanya di mejanya. Setelah kembali dari rooftop tadi, Rain memang langsung mengambil posisi seperti itu. Masa bodoh dengan pelajaran terakhir yang meminta untuk diperhatikan. Rain sudah tak bisa berkonsentrasi setelah kejadian tadi, terlebih lagi sekarang kepalanya terasa berdenyut-denyut.

Yongki sama sekali tak berniat mengusik Rain. Untunglah, Bu Ifah yang sedang mengisi jam pelajaran terakhir di kelas mereka adalah guru yang bermasa bodoh, mau mereka memperhatikan atau tidak, ya terserah mereka.

Ia sangat tau, pasti Rain pusing memikirkan masalahnya dengan Sky. Belum lagi Sky yang secara terang-terangan mengutarakan rasa bencinya kepada Rain.

"Rain.. Bangun.. Udah bel pulang." Kata Yongki sambil menepuk pelan pundak Rain.

Rain mengangkat wajahnya guna menatap Yongki.

"Bu Ifah udah keluar?" Tanya Rain sambil mengucek-ngucek matanya.

"Udah dari tadi. Ayo pulang!" Jawab Yongki.

"Kamu duluan aja, aku mau mampir ke kamar mandi buat cuci muka." Ucap Rain sambil menyampirkan tas di pundaknya.

"Ya udah, aku duluan ya." Kata Yongki kemudian meninggalkan Rain yang terlihat berjalan tak searah dengannya.

Setidaknya Yongki tak akan mengkhawatirkan Rain lagi karena anak itu sudah pamit. Tidak seperti yang kemarin, Rain sukses membuatnya khawatir. Ya setidaknya, namun sesungguhnya belum tentu.

Rain berjalan tergesa-gesa ke kamar mandi sambil terus memijat pelipisnya. Sepertinya dia harus segera memasukkan beberapa pil ke dalam tubuhnya.

Sesaat setelah mendarat di sebuah bilik kamar mandi, Rain meminum obatnya dengan terburu-buru. Ia berdiam diri sebentar guna menunggu obatnya bereaksi dalam tubuhnya.

Syukurlah, Rain sudah bisa bernapas lega. Kepalanya tidak lagi sesakit tadi meskipun masih ada sedikit denyutan nyeri. Setidaknya dia masih bisa menahannya.

Rain keluar dari bilik kamar mandi setelah lima menit lamanya. Ia membasuh wajahnya di wastafel sesuai dengan alasan yang diberikannya pada Yongki. Ia tak mau dianggap telah berbohong meskipun sebenarnya memang begitu.

Saat Rain akan keluar dari kamar mandi, dia melihat sekelebat bayangan seseorang sedang berjalan dengan tergesa-gesa melewati pintu kamar mandi. Akibat rasa penasaran yang membuncah, Rain pun memutuskan untuk mengukutinya.

Rain mengernyit penasaran. Sepertinya Rain mengenalnya, sepertinya dia tidak asing dengan punggung orang yang sedang berjalan tergesa-gesa di depannya saat ini. Rain tetap menjaga jarak dan langkahnya agar tak bersuara. Ia tak mau dapat masalah jika nanti orang itu tau kalau ada seseorang yang mengikutinya.

Kening Rain semakin mengerut saat orang yang sedari tadi diawasinya berbelok di ujung koridor. Kini dia tau siapa orang itu meskipun hanya melihatnya dari samping.

"Itukan murid pindahan di kelasnya si Langit. Mau apa dia ke rooftop tengah hari begini?" Batin Rain.

Rasa penasarannya sudah memuncak. Saat tungkainya sudah akan melangkah menuju rooftop, getaran di saku celananya mengalihkan atensinya.

'Papa Endra'

"Halo, Pa.."...

"Rain, kamu masih di sekolah, sayang?"...

[3]Rain From The Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang