15. Sky Crying, It Rains

2.1K 187 39
                                    

WARNING!!
-Metode Penulisan Berbeda
-Percakapan Non-Baku
-Happy Reading & Semoga Betah

.

.

.

.

Rain melangkahkan kakinya tak tentu arah dengan cepat. Setaunya, kedua kakinya hanya akan membawa tubuhnya pergi sejauh-jauhnya dari kediaman Ganendra.

"Rain!"...

Duaarrr!!

Langkah cepat Rain terhenti kala sebuah panggilan dilayangkan untuknya bersamaan dengan suara petir yang menyambar langit. Tidak! Siapapun tolong Rain, dia sangat-sangat tak suka dengan situasi seperti ini.

"Rain.." Lirih Sky sambil mencekal pergelangan tangan Rain yang terasa gemetar.

Bagaimana dengan egonya? Mungkin saat ini Sky harus menghilangkannya dulu, entah nanti jika Rain sudah kembali. Intinya, Sky hanya tak mau Rain pergi akibat kesalahan mulutnya yang tak terkontrol. Sebenci-bencinya Sky terhadap Rain, dia masih punya hati nurani dan perasaan bersalah. Apalagi saat mendengar semua kalimat-kalimat Ganendra tadi, dia tentu merasa sangat senang, tapi dia pun tau Rain merasa sebaliknya.

Rain tak menggubris Sky sama sekali. Padahal, sesungguhnya sangat banyak kalimat yang terus mendesak keluar, tapi dia memilih untuk membuat mulutnya tetap terkatup rapat.

"Rain.. Ma..maafin aku!" Kata Sky, tak tau harus memulai dari mana.

Rain tersenyum miris.

"Kamu gak salah apa-apa! Aku yang salah! Seandainya dari dulu aku tau yang sebenernya, mungkin kamu gak akan kehilangan kasih sayangnya om Endra." Ucap Rain penuh kepedihan.

"Jangan ngomong gitu, Rain! Papa aku papa kamu juga!" Kata Sky spontan.

Lagi-lagi Rain tersenyum miris.

"Makasih.. Makasih udah kasihan sama aku!" Ucap Rain hampir menangis.

"Gak, Rain! Bukan gitu, aku cuma.."...

"Kamu gak perlu repot-repot buat ngejelasin ulang! Aku udah denger semuanya langsung dari mulut om Endra." Kata Rain kaku saat menyebut Ganendra dengan sebutan 'om'.

"Rain.."...

"Udahlah, Sky.. Ini kan yang kamu mau? Jujur! Aku udah capek terus-terusan berharap sama kamu. Kamu selalu dengan seenaknya ngegantung harapan aku lalu ngehempasnya gitu aja! Disini.. sakit, Sky!" Ucap Rain sambil meremas dadanya.

Sky menunduk dalam. Diam-diam hati kecilnya membenarkan semua ucapan Rain, tapi apa yang harus dia lakukan? Ia bukan tipe orang yang pandai dalam hal membujuk dan sejenisnya.

"Sky.. Selama ini aku selalu sabar dengan semua perlakuan kamu ke aku. Cuma satu yang aku sesali.. Kenapa aku baru tau semuanya sekarang? Kenapa gak dari dulu? Kenapa kamu nyiksa aku kayak gini, Sky? Kenapa?!" Kata Rain dengan air mata yang mengalir mulus di kedua belah pipinya bersamaan dengan gerimis yang mulai menyapa bumi.

Jangan pikir Sky tak menangis. Justru air mata Skylah yang mengundang air mata Rain untuk mengalir bersama.

Rain segera menghapus air matanya sambil kembali melangkah meninggalkan Sky. Ia tak boleh cengeng, dia harus tetap pada pendiriannya untuk pergi, kecuali..

Dduuuaaaarrrrr!!

Rain terkesiap. Kedua matanya terpejam rapat, tangannya mengepal kuat, dan sekujur tubuhnya gemetar hebat. Ia tak suka hujan, sangat tak suka! Namun, sepertinya Tuhan sedang tak berpihak padanya. Hujan turun dengan lebatnya membuat seragam sekolah yang masih melekat di tubuh keduanya langsung basah dalam sekejap.

[3]Rain From The Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang