14. Flashback To The Past

Start from the beginning
                                    

Ganendra terdiam. Ia tau maksud Sky, dia shock. Selama kurang lebih enam belas tahun mereka hidup bertiga, baru kali ini Sky berani mengeluarkan unek-uneknya.

"Aku gak tau harus bersikap kayak gimana lagi, Pa. Aku capek sama keadaan, aku gak bisa nerima takdir!" Ucap Sky dengan air mata yang sudah terjun bebas beberapa tetes.

Ganendra melangkah guna memangkas jarak dengan sang putra. Tangan kanannya merambat naik ke kepala Sky lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang.

"Maafin papa, sayang.." Kata Ganendra pelan.

Sky semakin tersedu-sedu. Akhirnya kata 'sayang' pun terdengar lagi. Ganendranya telah kembali, papanya telah kembali.

"Kenapa dulu papa mutusin buat ngerawat dia? Kenapa papa gak bawa dia ke panti asuhan? Kenapa dia harus datang dan ngerusak kebahagiaan kita, Pa?" Tanya Sky lagi yang tak kunjung dijawab oleh Ganendra.

"Haah.. Saat itu kamu masih sangat kecil, Sky. Mungkin kamu lupa kalo tepat pada saat kamu bilang kamu mau punya adek, suara tangis seorang bayi tiba-tiba terdengar dari pintu depan. Saat itu papa gak tau harus gimana, sampe kamu ngasih saran buat papa untuk ngerawat bayi itu dan menjadikan dia adek kamu." Jawab Ganendra sambil mengingat semua kejadian enam belas tahun silam.

Sky semakin mengeraskan suara tangisnya. Mungkin dia memang masih sangat kecil saat kejadian itu, tapi dia masih bisa mengingat dengan baik runtunan peristiwanya.

Saat itu, Sky kecil berusia kurang lebih tiga tahun sedang makan malam dengan disuapi oleh Ganendra. Mulutnya tak henti berkomat-kamit meskipun telah dipenuhi dengan makanan. Di tengah celotehnya, ada satu kalimat yang terucap dengan gamblang..

'Papa, aku mau punya adek cowok kayak temen-temen aku supaya aku punya temen maen di rumah kalo papa lagi kerja.'

Kala itu Ganendra hanya mampu tersenyum miris. Miris karena permintaan putra tersayangnya sudah dipastikan tak akan bisa terwujud. Istrinya, Viola, sudah meninggal karena sakit dan dia tak memiliki keinginan untuk beristri lagi selain karena Sky melarangnya. Lalu.. Bagaimana caranya Sky kecil mendapatkan keinginannya?

Selepas makan malam, Ganendra dan Sky sudah akan beranjak untuk tidur. Malam itu adalah malam kamis dan hujan turun dengan sangat deras sehingga membuat kantuk tak tertahankan lagi. Entah kenapa malam itu Ganendra merasa ragu. Apa dia telah mengunci pintu depan atau belum? Terpaksa dia pergi untuk memeriksanya lagi sebelum tidur. Betapa terkejutnya Ganendra saat melihat seorang bayi laki-laki sedang menangis di depan pintu rumahnya.

Ganendra celingak-celinguk mencari sang pemilik bayi, namun dia tak menemukan siapa-siapa di luar sana. Ganendra terdiam. Ia bingung harus melakukan apa saat itu. Minta tolong? Pura-pura tak peduli? Atau..

'Adek! Papa, dia adeknya siapa? Kenapa ada di depan rumah kita? Itu adek buat Sky ya, Pa?'

Ganendra tersenyum kecut. Beginikah cara Tuhan mengabulkan keinginan anak semata wayangnya?

'Papa! Bawa adeknya masuk, kasian dia kedinginan di luar. Ayo, Pa, cepetan!'

Ganendra tak punya pilihan lain. Di luar sedang hujan lebat, tak mungkin dia pergi mencari si pemilik bayi di tengah hujan deras seperti itu, apalagi Sky terus-menerus merengek agar Ganendra mau merawat sang bayi. Akhirnya, karena rasa kasihan, Ganendra pun membawa bayi laki-laki itu ke dalam rumahnya. Bukan hanya ke dalam rumahnya, tapi juga ke dalam keluarganya. Ia memberinya nama, Rain Altarsky dengan tambahan Ganendra di akhir namanya persis seperti nama milik Sky.

Kini Sky tak terisak sendiri. Ia ditemani oleh Ganendra yang sudah menangis sejak bayang-bayang masa lalu kembali melintas di pikirannya. Tak hanya mereka berdua, namun seseorang dengan sekujur tubuh yang bergetar hebat di depan pintu pun sudah menumpahkan banyak air matanya sejak tadi.

Ia tak bergeming sedikitpun meskipun tangannya telah siap untuk memutar kenop pintu. Tidak! Ia hanya mau mendengar semua rahasia yang tak pernah diketahuinya sama sekali. Tentang alasan kenapa Sky amat membencinya dan kenapa Ganendra amat menyayanginya.

"Sky.. Papa tau selama ini kamu cemburu sama Rain.. Dan kamu tau? Sikap kamu itu salah besar, Sky! Apa sih yang harus kamu cemburuin dari Rain? Harusnya kamu sadar, kamu itu lebih beruntung dari dia. Kamu masih bisa ngerasain digendong sama mama, dipeluk sama mama, bahkan tidur sama mama meskipun cuma sampe diusia tiga tahun lebih.. Tapi Rain? Jangankan digendong, dipeluk, dicium.. Orang tua kandungnya aja dia gak tau dimana rimbanya. Kamu enak masih punya papa, sedangkan Rain? Dia udah gak punya siapa-siapa sejak dia lahir. Dia dibuang, Sky!" Ucap Ganendra penuh ketegasan.

"Hiks.. Maafin aku, Pa.. Maaf.." Kata Sky yang masih setia dengan tangisnya.

"Sky.. Kalo kamu ngerasa papa lebih sayang sama Rain daripada kamu, kamu salah! Papa cuma kasian sama dia. Kalo gak ada kita mungkin dia udah hidup sebatang kara di panti asuhan. Bisa kamu bayangin gimana penderitaan dia? Kalo kamu nyuruh papa buat milih antara kamu sama dia, papa pasti milih kamu! Gak ada yang bisa gantiin kamu di hati papa! Papa hidup buat kamu, kamu anak kandung papa, kamu segalanya buat papa!"...

Ceklekk!

Rain menyudahi semua kalimat Ganendra dengan membuka pintu rumah. Ia sudah tak tahan lagi. Telinganya panas, hatinya tertohok. Ternyata semua kasih sayang yang diberikan Ganendra untuknya selama ini tak lain dan tak bukan hanya karena rasa kasihan semata? Sungguh sakit!

"Rain.."...

"Hiks.. Makasih, Pa.. Makasih udah mau nampung aku di rumah kalian.. Hiks.. Maaf kalo selama ini aku udah banyak ngerepotin kalian.. Sekarang aku udah tau semuanya dan aku pantas buat dibenci sama Sky.. Hiks.." Ucap Rain dengan kacaunya.

Napas Sky memburu, entah kenapa hatinya sakit mendengar semua rentetan kalimat yang dilontarkan Rain. Berbeda dengan Ganendra yang hanya diam tanpa ekspresi yang berarti.

"Mungkin aku gak bisa ngebales semua kebaikan kalian.. Hiks.. Tapi aku akan pergi.. Aku akan menghilang dari kehidupan kalian.. Aku gak akan ganggu kebahagiaan kalian lagi.. Hiks.. Sekali lagi makasih buat semuanya.. Aku pergi!" Kata Rain sambil berbalik badan dan berlari keluar rumah.

Duuaaarrrr!!

Petir menyambar langit. Awan hitam menggelapkan semesta. Cepat atau lambat, hujan lebat pasti akan terjun ke bumi.

"Pa! Rain pergi dari rumah! Lakuin sesuatu, Pa! Kenapa papa diem aja?" Sky kelabakan.

"Itukan yang kamu mau?" Tanya Ganendra tenang.

Sky menggeleng cepat. Ia tak pernah menginginkannya! Tak akan pernah!

"Gak, Pa.. Aku memang benci sama Rain, tapi aku gak mau dia pergi dari rumah kita.. Hiks.." Jawab Sky kacau.

"Kamu gak boleh egois, Sky! Biarin dia pergi biar kita bisa hidup bahagia berdua!" Ucap Ganendra dengan bekas air mata yang sudah mengering di pipinya.

Sky menggeleng tak percaya. Apa benar Ganendra yang mengatakan semua itu?

"Gak, Pa! Aku akan bawa Rain kembali ke rumah kita!" Kata Sky sambil berlari keluar rumah guna mencari Rain.

Ganendra tersenyum tulus. Ia tau Sky tak pernah benar-benar membenci Rain. Ia hanya dibutakan oleh rasa cemburunya. Ia tau, Sky pasti tau apa yang harus dilakukannya. Ia pun percaya, Sky pasti bisa mengatasi semua masalahnya.

.

.

.

.

Maaf again, aku masih sibuk-sibuknya.
-TBC-

[3]Rain From The Sky [End]Where stories live. Discover now