11. Between Physical & Mental

Mulai dari awal
                                    

"Iya, Pa, kenapa?"...

"Kenapa belom pulang?"...

Rain sedikit menjauhkan handphone dari telinganya, lantas membaca ulang nama kontak yang tertera di layar handphonenya. Ia hanya takut salah baca karena tak biasanya Ganendra meneleponnya dan bertanya begitu. Ia pun kembali mendekatkan handphone ke telinganya saat sudah yakin bahwa orang yang sedang menelepon benar-benar papanya.

"Mm, Rain ada urusan bentar, Pa.."...

"Ya udah, kalo urusannya udah selesai, kamu cepetan pulang ya.. Tadi Jevan nelfon papa, katanya Sky lagi gak enak badan."...

"Kak Jevan?"...

"Iya, Jevan lagi ada di rumah sekarang. Tadi dia nitip mobilnya sama Yongki terus nganterin Sky pulang."...

Rain menghela napas. Masihkah Sky memikirkan kalau dirinya adalah dalang di balik semua masalah yang menimpa Sky? Atau mungkin Sky terlalu terbelenggu dalam kebencian sehingga membuatnya sakit?

"Iya, Pa, Rain pulang sekarang.."...

"Maafin papa ya, sayang.. Papa belum bisa pulang."...

"Gak apa-apa, Pa. Papa baik-baik ya disana, Rain tutup telfonnya."...

Tutt.. Tutt.. Tutt..

Lagi-lagi Rain terdiam. Ia harus segera pulang atas perintah papanya, tapi rasa penasarannya belum surut sama sekali.

"Gak apa-apa, cuma sebentar. Lagi pula ada kak Jevan yang jagain Langit di rumah." Itu pikirnya.

Drrttt.. Drrttt..

Tungkainya kembali diberi harapan palsu untuk yang kedua kalinya.

'Langit'

What the?! Sky meneleponnya? Bagaimana mungkin? Setaunya Sky tak menyimpan nomor handphonya. Ya, hanya dia yang bersedia menyimpan nomor handphone Sky.

Dengan gugup Rain mengangkatnya panggilannya. Salahkah jika Rain kembali berharap?

"Halo, Rain.. Ini aku Jevan!"...

Zonk! Harusnya dia tau kalau semua harapannya hanya akan berakhir mengecewakan.

"Handphoneku belom makan, makanya aku pinjem handphone kakak kam.."...

Dukk!

"Awh.. Sakit, Sky!"...

Rain bisa mendengar suara gaduh di seberang sana. Sudah pasti Sky mengamuk karena Jevan menyebut-nyebut status mereka.

"Ada apa, kak?"...

"Rain! Kamu bisa pulang sekarang gak? Soalnya aku juga mau pulang, tapi Sky gak ada yang jagain."...

"Aku gak apa-apa sendirian di rumah. Kamu pulang aja sana!"...

Itu suara Sky yang sedang mengusir Jevan.

"Rain! Gimana?"...

"I..iya, kak. Aku udah di jalan pulang kok."...

Bohong!

"Ya udah, aku tunggu!"...

Tutt.. Tutt.. Tutt..

Rain menatap nanar pintu rooftop yang menjadi kata kunci di balik semua rasa penasarannya yang harus dia telan mentah-mentah sebelum memutuskan untuk berbalik muka. Sky lebih membutuhkannya, dia harus pulang sekarang.

.

.

.

.

[3]Rain From The Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang