Lalu ia membalikkan lembar berikutnya. Ia tersentak ketika melihat sebuah foto kecil di pojok kiri data itu. Seorang wanita berambut biru. Sama seperti matenya.

"Dia―" perkataan Davion terpotong ketika melihat Regan yang juga menatapnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia―" perkataan Davion terpotong ketika melihat Regan yang juga menatapnya.

Betanya mengangguk paham. "Saya kira Nona adalah yang terakhir."

"Apa Anda akan menerimanya Alpha?" lanjutnya.

Davion melihat sekali lagi data itu. Membacanya dengan seksama. Wanita itu memang benar-benar berambut biru, sama seperti matenya.

Ia kemudian menghela napasnya, tidak masalah jika ia menerima kedua orang itu ke dalam packnya. "Aku akan menulis balasannya hari ini dan segera kirimkan kepada Alpha Dennis."

***

Davion kembali ke kamarnya. Melihat sang mate yang sedang duduk di lantai dekat jendela.

Ia berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Elle dan memeluknya dari belakang.

"Sedang apa disini, hm?" tanyanya seraya mengecup pipi gadis itu.

Elle menoleh, "Disana. Aku mau berenang." Jari kecilnya menunjuk pada sebuah danau buatan di tengah taman.

Davion melotot kaget, disana? Matenya mau berenang disana? Jawabannya, "Tidak."

"Hah?" Elle sontak menghadap Davion.

Pria itu menggeleng, "Tidak boleh. Disana ada banyak orang. Aku akan mengajakmu ke danau pribadiku."

"Benarkah?" Davion mengangguk sambil tersenyum.

Pria itu mengangkat tubuh matenya untuk berdiri, dan menaikkan sebelah alisnya melihat apa yang dipakai gadis itu.

Menyadari apa yang dilihat oleh matenya, Elle tersenyum salah tingkah. "I-ini, Lacey memintaku untuk memakai ini."

Tidak ada yang salah sebenarnya. Hanya saja, ia tidak menyangka bahwa gadis ini akan memakai pakaiannya. Sebuah sweater panjang abu-abu gelap yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Juga celana training berwarna hitam.

Davion memeluk matenya dengan gemas. Sedangkan Elle bingung dengan tingkah pria itu. Ia kira Davion akan marah.

"Kau, tidak marah?" Davion menunduk ketika mendengar suara matenya yang teredam oleh dadanya.

Ia terkekeh, lalu mengecup puncak kepala gadis itu berkali-kali. "Tentu saja tidak. Aku senang kau memakai pakaianku."

'Haha, apa kubilang.' Elle berdecak ketika mendengar suara datar Lacey di pikirannya.

BLE MOU ✓Where stories live. Discover now