B A G I A N 21 | Sakit

355 19 2
                                    

Zara menggeliat di atas kasur. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal. Tenggorokannya pun terasa sakit bahkan ketika menguap. Terasa kering.

Didinginnya suasana pagi, Zara menarik kembali selimutnya agar tubuhnya tetap hangat. Bahkan untuk membuka mata saja terasa begitu sulit.

Argh.

Zara merasakan kepalanya berdenyut sangat sakit dan terasa berat.

Kenapa dingin sekali pagi ini?

Zara hanya dapat berucap dalam hati.

"Ra, Mama berangkat kerja yah. Kamu kok tumben sih belum buka pintu? Udah bangun, kan?"

Terdengar suara Fatimah dari depan pintu sana. Ya, sekarang pintu Zara selalu terkunci. Zarapun tak mengerti kenapa dia melakukan itu.

Semenjak bekerja pun, ia selalu bangun pagi. Namun hari ini tubuhnya terasa sulit untuk bangkit.

Hening.

Tak ada suara.

"Ra, hari ini kak Arkan mau ngelamar kerja. Kamu yakin nggak mau nyemangatin kakak?"

Terdengar suara Arkan. Bahkan Zara tak bisa menerka sudah berapa menit atau jam berlalu.

"Ra?"

Suara Arkan terdengar lagi. Rasanya Zara mau memberitahu kakaknya itu bahwa kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Namun itu akan mengacaukan semangat Arkan untuk bekerja.

Zara memilih untuk tetap diam.

"Kakak berangkat yah."

Tak ada suara lagi. Zara rasa mamanya dan kakaknya itu sudah pergi.

Tak ada yang bisa Zara lakukan selain bangkit dan bersiap untuk bekerja. Mau tak mau ia harus tetap bekerja. Nando sudah berbaik hati kepadanya. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kebaikannya itu.

Zara mengerang pelan. Ini tak seperti ekspektasinya. Ia kira akan mudah untuk sekedar bangun. Namun tidak. Sekarang kepalanya bertambah sakit.

Bangun, Ra. Ayo bangun!

Zara bersusah payah untuk duduk. Dengan bersusah payah juga Zara membuka matanya.

Ahh, pandangannya gelap. Harus menunggu beberapa detik hingga ia kembali menatap kamarnya dengan jelas.

Pagi yang berat.

Zara bangkit dari duduknya. Ia mulai merapihkan kasurnya lalu membuka pintu. Zara harus segera minum. Tenggorokannya terasa sakit.

Satu gelas Zara tenguk dengan cepat. Ia lalu berdehem beberapa kali.

Ia harus segera bersiap-siap. Jika tidak, ia akan telat kerja. Itu tidak boleh terjadi.

Namun seperti apapun niatnya dalam hati, seluruh tubuhnya yang sakit menghambat kegiatan paginya. Ia jadi sedikit lambat.

"Ra." Terdengar suara Risya. Tak lama kemudian, gadis itu muncul memasuki kamar Zara.

Risya terus memperhatikan Zara yang sedang memakai kerudungnya.

"Kamu kok keliatan pucet yah, Ra?" Risya berjalan mendekati sahabatnya itu lalu hendak meletakkan punggung tangannya di dahi Zara namun Zara buru-buru menepisnya.

"Ini karena aku belum pake makeup." Zara menjawab sekenanya. Ia bersusah payah agar suaranya tak terdengar buruk.

"Em, sejak kapan kamu makeup?" Risya menganggap ia sangat mengenali Zara. Gadis itu tidak suka menggunakan makeup.

Sederas Hujanحيث تعيش القصص. اكتشف الآن