Part 3 (Revisi)🌸🌸🌸

5.2K 247 6
                                    

Orang tua Pita sudah Kembali keJakarta. Seusai kepergian orangtuanya Pita bingung mau ngapain. Pesantren ini sangat besar dan terasa asing bagi Pita. Pita juga belum tahu asramanya dimana dan teman-teman Pita siapa aja dipesantren. Tak lama kemudian setelah Pak Kiyai mengamati Pita dari tadi, lalu Pak Kiyai memanggil Pita.

"Assalamualaikum warohmatullah hiwabarokatuh, gendok (sebutan anak perempuan dijawa biasanya)," sapa Pak Kiyai.

"Waalaikumsalam Pak kiyai, ada apa ya pak?" tanya Pita.

"Siapa nama genduk?? untuk sementara genduk bermalam dirumah pak kiyai dulu aja, ya. Gendok juga datangnya kemalaman disini, jadi besok aja diantar keasrama putrinya," jelas Pak Kiyai.

"Nama saya PUTRI PITA MIRANI, panggil saya PITA aja Pak Kiyai. Iya, tidak apa-apa Pak Kiyai," jawab Pita ramah.

Lalu Pak Kiyai menyuruh Pita untuk masuk kerumahnya dan menunjukan kamar tamu yang sudah disiapkan untuk Pita. Kemudian Pita kekamar untuk istirahat, karena Pita besok harus memulai kehidupan barunya dan aktifitas barunya dipesantren.

****

Keesokan harinya Pita memulai aktifitas baru dipesantren, yang awalnya pita selalu bangun siang hari di Jakarta. Pada hari ini Pita harus bangun pagi-pagi sekali di pesantren.

Hari pertama di pesantren, Pita di temani oleh seorang Ustadz yang terlihat cukup muda di bandingkan dengan Ustadz-ustadz lainnya. Pita ditemani beliau agar Pita tahu tempat-tempat yang ada diarea pesantren. Nama beliau adalah Azmi, beliau disini disebut dengan sebutan Ustadz Azmi. Ustadz Azmi juga anak pemilik pondok pesantren di Probolinggo ini. Beliau juga akan mengajar Pita di sekolah barunya dan sebagai guru mengaji Pita di pesantren.

"Le (sebutan anak laki-laki di Jawa Timur) ini ada santri baru di pesantren, namanya Pita. Tolong kamu ajak dia berkeliling di pesantren ya, agar dia bisa beradaptasi di lingkungan barunya," pinta Pak Kiyai pada anaknya Azmi.

"Enggeh Abi, tapi apa tidak baik ya, Bi. Kalau saya cuma berduaan sama gadis ini Bi." tanya Azmi kepada Abinya.

"Tidak apa-apa, Pak Kiyai saya bisa sendiri kok, berkeliling di pesantren ini," ucap Pita.

"Abi percaya sama kamu, Le. Di sekitar pesantren juga banyak orang yang lewat toh? Mboten napa-napa genduk (tidak apa-apa, nak), kamu 'kan di sini juga baru belum tau isi pesantren sini." jawab Pak Kiyai.

"Ya sudah kalau Abi maunya begitu, saya temani neng Pita sekarang, Bi." Ujar Azmi, lalu mereka (Azmi dan Pita) pergi meninggalkan Pak Kiyai dan melanjutkan berkeliling di pesantren.

Saat berkeliling Pita menjadi pusat perhatian di pesantren barunya. Karena cuma Pita saja santri baru yang berkeliling di pesantren sampai di temani oleh ustadz muda yang ganteng dan yang populer di pesantrenya. Beberapa santri putri yang lain iri melihatnya dan banyak yang membicarakan Pita.

"Liat itu ada santri baru kayaknya, cantik banget atuu santri barunya." tanya seseorang santriwati kepada temannya.

"Iya cantik banget, tapi kok sama ustadz, ya? gak biasanya toh kalau ada santri baru yang nemenin keliling pesantren ustadznya." jawab Lisa salah satu santriwati yang berada disana.

"Ohh ... Apa jangan-jangan itu calon istrinya Ustadz Azmi, ya." tanya Sisi teman dari Lisa.

"Ngawur kamu itu, mana mungkin Ustadz Azmi pilih yang kayak gitu, cantikan aku 'kan? Mana mungkin Ustadz Azmi cari jodoh yang penampilannya kayak gitu. Di bandingkan dengan gadis itu, ilmu agamanya lumayan mapanan punya aku, dari pada santri baru itu. Anak sekarang mana tau tentang agama? Iya toh?" jawab Lala yang penuh percaya diri.

"Tidak boleh sombong gitu atuh mbak, kita di sini sama-sama belajar, mbak." jelas Ninis menasehati.

"Aduhh kamu itu, Nis sok atu!" jawab Lala, lalu meninggalkan sekawanannya.

Pita sedikit mendengar perbincangan dari mereka. Karena merasa jengah dan malas Pita mendengar ucapan-ucapan pedas dari salah satu santriwati disana. Lalu Pita menghampiri santri putri yang tadi membicarakan dan menoleh ke arah Pita.

" Excuse me (Permisi)," ucap Pita ke arah se-gerombolan santriwati.

"Ngapunten, Neng. Panjenengan ngendika napa, nggeh? (Maaf, Mbak. Kamu bicara apa, ya?)" tanya salah satu dari mereka. Sementara yang lain mengangguk tidak mengerti apa yang di bicarakan Pita.

"Hello... Elo ngomong apaan, sih?" tanya Pita di buat bingung oleh mereka. Lalu Ustadz Azmi menghampiri Pita dan sedikit tertawa.

"Tadi mereka bilang kalua mereka tidak tahu arti dari Bahasa kamu," ucap Ustadz Azmi mengartikan.

"Oh My God! Daerah mana sih, Kok gak tahu artinya Bahasa inggris?" tanya Pita.

"Oke langsung pointnya aja deh. Tadi saya dengar di antara kalian membicarakan saya. Jika kalian belum tahu siapa saya dan bagaimana sifat saya, langsung tanya saja kepada saya dan kenalan sama saya. Aneh banget ya? Agama kalian lebih baik dari saya. Tapi, kalian membicarakan orang lain di belakangnya." Jelas Pita.

" And one more, akhlak gua memang bad banget. Tapi setidaknya gua gak pernah membicarakan apapun tentang orang lain. Saya harap kalian semua belajar dari pengalaman ini. Gua tahu kalau gua bukan guru kalian. Kita di sini sama-sama belajar. You understand!" tambah Pita lagi.

Ustadz Azmi mendengarkan penjelasan Pita merasa tertegun. Seumur hidup Ustadz Azmi tidak pernah sama sekali melihat anak didik barunya seperti yang di lakukan Pita sekarang. Jangankan anak didik barunya, anak didik yang lama di pesantren saja tidak berani menasehati seperti yang dilakukan Pita di depan gurunya.

"Apa yang dibilang Pita memang benar. Ada hadis yang artinya wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kelian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha Penyayang. Dari hadist itu kita bisa menyimpulkan bahwa sifat-sifat seperti itu akan dibenci Allah SWT. Sekarang kalian bubar!" suruh Ustadz Azmi.

"Iya, Tadz. Assalamualaikum," pamit mereka.

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh," jawab Ustadz Azmi dan Pita.

Setelah kejadian itu, Ustadz Azmi dan Pita melanjutkan berkeliling pesantren lagi. Ustadz Azmi juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk Pita. Begitu juga dengan Pita, betapa santainya Pita menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ustadz Azmi. Pita masa bodoh cara menjawabnya walaupun Ustadz Azmi notabenenya sebagai guru Pita menjawabnya seperti berbicara dengan teman sebayanya. Walaupun begitu Ustadz Azmi memaklumi perilaku Pita yang seperti sekarang, pergaulan antara Jakarta dan di desa juga begitu jauh. Kalau di Jakarta terkesan pakai Bahasa Elo Gue, Ustadz Azmi paham dengan itu.

ustadzku jodoh terbaikku complete (Proses Revisi)Where stories live. Discover now