12. truth (2)

3.7K 188 5
                                    

.
.
.
flashback onn..

Author pov

Olivia sedang duduk di taman sambil menikmati udara pagi yang terasa sejuk sambil mengusap perutnya yang buncit, Olivia tersenyum bahagia karena sebentar lagi dia akan melahirkan anak keduanya.

"Nyonya, ini susu hamilnya" Olivia tersenyum kepada kepala Maid dikeluarganya.

"Mira, kenapa susunya hanya satu. Seharusnya kau membuat untuk dirimu juga kaukan juga sedang hamil" ucap Olivia dengan penuh perhatian. Ya itulah Olivia yang penuh kasih sayang, apalagi kepada Mira yang sudah dianggapnya saudara

"Ah tidak perlu nyonya, tadi saya juga sudah meminum susu, kalau begitu saya undur diri nyonya" Mira pamit dengan membungkuk hormat sebelum berlalu.

Olivia menatap kedepan dengan senyum yang tidak pernah lepas diwajahnya. Olivia tersentak saat seseorang memeluknya dari belakang. Tapi saat dia mengenal pemilik tangan yang memeluknya dia langsung tersenyum "kau tidak bekerja" tanya Olivia pada suaminya.

"Tidak, lagipula aku bossnya jadi tidak ada yang akan memarahiku kalau aku tidak masuk, lagipula aku ingin menemani istriku yang cantik ini" Olivia merasakan pipinya merona mendengar ucapan suaminya.

"Mami papi" sebuah teriakan anak laki laki menyadarkan mereka berdua dan refleks menoleh ke sumber suara dan mendapati anak laki laki yang menatapnya dengan tajam.

"Ada apa dengan wajahmu itu?" tanya sang ayah yang masih belum melepaskan pelukannya dari sang istri.

"Papi kenapa masih disini, kalau begini Arfan bisa terlambat" Arfan nenatap kesal kepada kedua orang tuanya.

"Kau mengganggu kesenangan papi saja" protes Christian kepada putranya yang berusia sembilan tahun. Sedangkan Olivia terkekeh melihat keduanya.

Olivia berjalan mendekati keduanya berniat melerai tapi baru saja melangkah Olivia merasa perutnya kram. Olivia langsung terduduk di rerumputan dengan memegang perutnya. Christian dan Arfan langsung berlari menghampiri Olivia.

"Perut-ku akh sak-it" Olivia meremas baju suaminya mencoba menahan sakit yang begitu menyiksa. Christian langsung mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Danan, cepat kemari"

"Tapi..."

"Jangan pake tapi, segera kemari sekarang juga" Christian langsung memasukkan ponselnya kembali dan menggendong istrinya kedepan sambil menunggu kedatangan Danan supir pribadinya. Tidak lama Danan datang, dan langsung membuka pintu mobil untuk memudahkan. Danan langsung menyetir menuju rumah sakit.

Drett. Drett

Danan meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya.

"Danan, fokuslah menyetir" geram Christian. Membuat Danan langsung meletakkan ponselnya dan fokus pada jalanan.

~ditempat lain

Mira pov

Aku sedang berada di Supermarket membeli keperluan bayiku. Rasanya sepi belanja sendirian, tadinya Danan suamiku menemaniku tapi tiba tiba tuan Christian menelpon dan menyuruhnya pulang.  Aku melihat barang belanjaangku yang sepertinya sudah cukup. Aku berjalan menuju kasir dan membayar semuanya setelahnya aku keluar dan memilih berjalan kaki, aku menelusuri gang yang sepih tapi ditengah gang yang begitu sepi tiba tiba aku merasa perutku sakit. Aku terduduk dengan memegang perutku sedangkan belanjaangku sudah berantakan dengan sekuat tenaga aku meraih benda persegi disakuku dan menelpon suamiku tapi berulang kali ku telpon tapi tetap tidak ada jawaban. Aku semakin merintih kesakitan dan merasakan bajuku basah. Aku melihatnya dan astaga ketubangku pecah dengan sisa tenaga yang kumiliki aku terus berusaha menelpon Danan tapi tetap tidak ada jawaban sampai aku tidak sanggup menahan sakit di perutku. Pandangangku gelap dan tidak mengingat apa apa lagi.

 Little Girl (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz