BLTF || Bab 29

5.5K 214 2
                                    

Selamat Membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tinggalkan jejak berupa vote dan komentar positif yang bersifat membangun, dengan begitu author akan semakin rajin buat update.

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

William tersenyum menatap Elysa dan meminta anak itu duduk di sampingnya. William kini persis berada di tengah wanita berbeda generasi itu. "Mommy ingin dipeluk Daddy karena itu wajahnya memerah. Apa kau juga tidak ingin memeluk Daddy?"

Elysa tidak banyak bicara dan langsung memeluk daddy-nya sayang. Valerie masih belum berani mengangkat wajahnya. William merasa senang bisa seperti ini dengan keluarganya, di hati kecilnya. Dia berharap bisa seperti ini selamanya walaupun sangat kecil kemungkinan.

William tidak menyadari Valerie mendongakkan kepalanya, "Liam?"

William terpekik pelan melihat wajah wanitanya dalam jarak sedekat ini. Dengan cepat dia mengecup puncak kepala Valerie, "Kenapa?"

Valerie tersenyum sangat manis, "Aku lapar."

◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆◆

Bulan masih tampak malu menampakkan dirinya. Laut malam pun sangat tenang dengan gemuruh yang beraturan. Masih di tempat yang sama dengan rasa yang sama pula, keluarga kecil yang tengah mencoba merasakan kebahagiaan sesaat.

Dua hari hanya terasa dua jam bagi keduanya. Kini mereka pun menyadari dampak dari keputusan yang mereka ambil.

"Liam, apa yang kau lakukan? Semuanya hangus. Aku kan sudah mengatakan untuk tidak membiarkan hangus," gerutu Valerie kesal.

Saat ini, keluarga kecil ini tengah mengadakan pesta keluarga kecil berupa pesta berbeque. Valerie tengah membuat jus untuk menemani malam mereka. Dia telah meminta William untuk mengawasi daging yang dia panggang, and see? Tidak berguna.

"Bukankah aku sudah mengatakan jika aku tidak tahu?" tanya William menyeringai tipis.

Valerie mencebikkan bibirnya, "Seandainya kau tidak terus menatapku, mungkin kau akan tahu." Valerie berujar ketus, namun wajahnya sangat merah. Dia ingat sekaligus sangat malu. Sejak tadi William terus saja menatapnya tanpa peduli apa yang ada dihadapannya.

Bukannya merasa bersalah, seringaian di bibir William kian melebar. Bagaimana tidak, wajah Valerie kini sudah seperti kepiting rebus yang siap di santap.

William berjalan mendekati Valerie dan meletakkan tangannya dikedua sisi wajah istrinya itu, "Kenapa pipimu memerah, Valey? Aku tidak ingat kau menggunakan make up sebelum ke sini,"

Mendengar kalimat seperti itu, Valerie semakin memerah. Entah dorongan dari mana, dia merapatkan dirinya dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang William. Tangannya bergerak spontan mencubit pinggang lelaki itu.

WILLIAM: Because Love Takes a Fight √ {#1 Johnson's Series} {COMPLETED}Место, где живут истории. Откройте их для себя