EMPAT PULUH SEMBILAN-KAMU KAH TAKDIRKU? (1)

5.3K 270 11
                                    

Rei mengantarkan Ayana kembali ke Bandung setelah puas napak tilas masa remaja mereka di Bogor. Ia memang merasakan lelah luar biasa, tapi ia sangat bahagia hari ini.

"Ay, bangun." Rei membangunkan Ayana ketika mereka sudah sampai di salah satu rumah makan.

Ayana menggeliat. "Jam berapa ini?

"Jam tujuh, kita makan dulu, yuk!" ajak Rei.

"Ini udah sampe Bandung?" tanya Ayana.

"Iya."

"Maaf, ya, aku ketiduran. Harusnya aku nemenin kamu ngobrol biar kamu gak ngantuk."

"Gak masalah kok, kamu pasti capek," ucap Rei sambil mengelus rambut Ayana dengan sayang.

Tiba-tiba suara perut Ayana terdengar, mendadak wajah gadis itu memerah menahan malu.

"Bagus,ya, bangun tidur laper," sindir Rei.

Ayana cuma nyengir.

Setelah makan dan beristirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan. Dan di sinilah mereka kini.

Salah satu slot parkir apartemen The Edge.

"Kamu tinggal di sini lagi, ya!" pinta Rei.

"Tapi--"

"Aku mohon, Ay, biar aku tenang."

Ayana mendesah, kemudian ia mengangguk.

Rei tersenyum sumringah. Ia mengeluarkan koper milik Ayana dan membantu membawanya ke unit.

"Bikinin aku kopi dong, Ay."

"Oke." Ayana yang baru saja menghempaskan tubuhnya di atas sofa pun kembali berdiri dan berjalan menuju dapur.

"Yang pahit, ya, biar gak ngantuk."

"Kamu emang mau langsung pulang?" tanya Ayana.

"Iya."

"Gak cari hotel aja?"

"Gak deh, males."

"Kalau gitu, kenapa gak tidur di sini? Besok pagi pulang."

Rei terdiam. Kalau ia sampai tidur di sini bisa-bisa hal yang diinginkan, maksudnya yang tidak diinginkan bakal terjadi.

"Ngga deh, besok pagi ada briefing bulanan."

"Kalau gitu minta jemput supir aja, aku khawatir kamu kenapa-kenapa di jalan. Seharian ini kamu nyetir terus."

"Perhatian banget sih, jadi terharu."

Ayana meletakkan secangkir kopi hitam di atas meja.

"Ay."

"Apa?"

"Kamu ngga kepikiran buat resign?"

"Resign?"

"Ya. Setelah menikah, aku gak mau kamu kerja kantoran."

Ayana terdiam, hatinya bergejolak. Susah payah ia sampai di karir ini.

"Kalau aku tetep mau kerja, apa ada solusi? Maksudnya aku pindah ke Jakarta biar kita bisa sama-sama."

"Nggak. Aku gak mau kamu mengabaikan tugas kamu sebagai istri nantinya. Kerja di kantor itu capek, kamu pulang jam lima sore, itu pun kalau gak lembur."

"Aku janji nggak akan mengabaikan tugas utamaku sebagai istri. Ya, Rei?"

Rei mendesah. Entah karena ia kelelahan atau memang ia tak menyukai pembangkangan Ayana, kali ini ia tersulut emosi.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATWhere stories live. Discover now