ENAM-PERTEMUAN PERTAMA

9K 368 7
                                    

Ayana mengaduk capucino yang dipesannya, tak lama setelah itu Rei datang membawa baki berisikan dua potong cake.

"Masih suka strawberry cheese cake?" tanya Rei sambil meletakan sepiring cake di hadapan Ayana.

"Sejak kapan saya penyuka cake?" tanya Ayana.

"Eh," Rei gelagapan, masa ia salah sih?

Ayana tertawa. "Bercanda. Masih inget aja!" Ayana mulai menyendok kue tersebut dan memasukannya ke dalam mulut.

Rei bernapas lega, ternyata Ayana hanya menggodanya.

"Gue nggak nyangka lo kerja di sini."

"Saya juga, ternyata jaringan perusahaan Hans Corp luas ya, padahal saya berusaha untuk tidak kerja di perusahaan milik Bapak," ucap Ayana formal.

"Saya? Bapak?" tanya Rei tidak suka.

"Memang saya harus bilang apa? Nggak mungkin saya panggil nama karena saya bawahan Bapak."

"Oke, Saya, Kamu, nggak apa-apa. Tapi Bapak? Serasa lagi ngobrol sama anak," protes Rei.

Ayana mengulum senyum, tingkah Rei masih kekanakan seperti dulu, ia jadi penasaran, bagaimana gaya kepemimpinan Rei.

"Bapak kapan pulang?" tanya Ayana.

Rei menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sepertinya ia pun harus menyesuaikan dengan berbicara formal juga.

"Lusa."

"Maksud saya sejak kapan Bapak di Indonesia?"

Rei bersemu merah, bisa-bisanya ia memikirkan bahwa Ayana akan menahan kepergiannya kembali ke Jakarta.

"Oh itu, belum lama sih. Belum ada sebulan."

Ayana mengangguk, "Sudah lama ya, sejak pertemuan terakhir di prom."

Rei mengangguk. "Sepuluh tahun." Rei menambahkan.

"Maaf."

"Buat?" tanya Rei.

"Maaf atas kejadian di prom."

"Saya yang harusnya minta maaf."

Ayana menggeleng. "Anda tidak salah."

"Ay, sebelum saya pulang ... saya mau minta sesuatu boleh?" tanya Rei.

"Apa?"

"Bisa kamu temenin saya?"

"Kapan?"

"Sepulang kerja, bagaimana?" tanya Rei.

"Ke mana?"

"Ke mana aja, keliling kota Bandung. Kamu sudah lama tinggal di sini kan?" tanya Rei.

"Kurang lebih setahun."

"Saya lama nggak ke Bandung, mungkin ajak saya ke tempat wisata kuliner? Kayak food fest waktu itu."

Ayana menatap Rei dalam, sudah lama ia tidak menatap mata yang berbinar itu, sorot mata yang tajam, cara bicara yang bersemangat, dan satu hal yang baru Ayana sadari. Wajahnya semakin tampan. Setelan jas yang ia kenakan menambah kesan dewasa dan berwibawa, rambutnya yang ditata sedemikian rupa menggunakan hair gel pun membuat rapi penampilan Rei, dan satu yang Ayana suka, Rei wangi.

"Ay?" Rei berusaha menyadarkan Ayana dari lamunannya.

"Ah, iya Pak."

"Gimana?"

"Oh itu, terserah Bapak saja." Ayana tidak begitu jelas mendengar apa yang diucapkan Rei, namun perkataannya barusan mungkin terdengar nyambung.

"Baiklah, sepulang kerja nanti saya jemput kamu."

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)-TAMATWhere stories live. Discover now