†Hole†

498 29 1
                                    

Warning! Typo(s),OOC,absurd, dll.

Happy Reading~
_________________________________________

“Tohsaka Rin, bangunlah sudah saatnya makan siang.” Reiji membenarkan letak kacamatanya yang sekarang sudah merosot karna lipatan didahinya.

Kelopak mata itu terbuka dan seketika pupilnya melebar akibat cahaya yang terang. Rin terduduk melihat malas Reiji. “Jam berapa sekarang?”

“13:45” jawab Reiji setelah melihat jam saku berwarna emas kepunyaannya.
“Kemarilah, berdiri di depanku.”

'Untuk apa?' Rin ingin bertanya, tapi sebaiknya perintah Reiji itu dituruti saja, toh tidak berbahaya juga'

Rin bangkit lalu berdiri di hadapan pria jangkung berkacamata itu. Reiji menutup bukunya perlahan lalu meletakannya di atas meja sebelum akhirnya duduk di salah satu pegangan sofa. Berhadapan dengan Rin, sejajar. Wajahnya sangat dekat.

“Apa aku membuatmu kesal?”

“Siapa yang menyuruhmu bersuara?”

“Tch.” Decih sang gadis. Vampire berkacamata itu mengeluarkan dasi bunga milik kemeja putih kepunyaan Rin dari sakunya. Gadis itu melihat dengan tatapan heran, jelas jelas yang membuka itu adalah Laito kenapa sekarang ada pada Reiji?.

“Kau mengambilnya dari Laito?” Ucapnya dan hanya di respon dengan tatapan tajam dari Reiji. Reiji memasangkan dasi simpul bunga itu kepada empunya yang membuat Rin malu gelagapan.

“Chotto!! H-Hei.. Ini agak kekanakan..” Rin seketika menepuk keningnya pelan melihat tingkah si jangkung di depannya ini.

Setelah selesai vampire di depannya itu  hanya diam lalu berbalik pergi meninggalkan Rin di belakang. Rin berjalan mengikuti Reiji di belakang sampai tiba di ruang makan.

Matanya melihat sekeliling namun dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Laito disana.

“Konnichiwa Rin-chan.. Ne, Teddy merindukan mu.” Suara berat yang sedikit serak itu kepunyaan Kanato, Rin  yang duduk di sebelahnya tersenyum kecil. “Bagaimana cupcakenya? Kanato, kau tahu aku memesan beberapa kue dari tokoh kue di depan sekolahku aku sudah menyuruh pelayanku mengantarnya kesini bersamaan dengan keperluan Ayato nanti malam.”

Kanato sedikit terkejut dengan wajah sedikit berseri. “Benarkahh?? Bolehkah aku mampir seperti biasa nanti?.”

'Nanti.. Maksudmu tengah malam?!!.. Kau mau membuatku begadang di malam senin? Dasar bocah tua'

“Y-ya, Tentu.” Dan akhirnya perkataan Rin berakhir menjadi boomerang bagi dirinya.

•••

“Reiji, Aku akan pergi keluar.”

“Mau kemana kau?.”

Rin yang sedang memakai mantel merahnya di depan pintu mendapat tatapan tajam dari Reiji.

“Tentu saja ke perpustakaan, kau berjanji tidak melarang kegiatanku, apapun itu.” Janji itu dibuat setelah pesta salju itu selesai, dua hari kemudian. Rin menjadi bank darah mereka dan kebebasan mutlak diperolehnya kecuali tinggal ditempat selain mansion Sakamaki.

Setelah beberapa lama akhirnya Reiji mengizinkan gadis itu keluar. Hawa dingin menyeruak memasuki paru paru, salju sedikit menipis setelah hujan salju pertama kali, sekarang tujuannya pertama kali adalah kedai kopi di sebuah cafe kecil di sebrang perpustakaan.

Rin memasuki kedai dengan gaya minimalis tapi artistik di bagian dalamnya, sedikit gelap karna lampu yang dipakai berwarna kuning. Bau roti yang baru diangkat dari pemanggang tradisional memanjakan hidung gadis itu. Rin memesan dua cofe rendah gula dan dua buah roti panggang. Satu untuknya satu lagi untuk pria tukang tidur yang mengawalnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 24, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Diabolik Lovers  Fate Night [FF]Where stories live. Discover now