🐰1🐰

3.2K 151 5
                                    

Lalisa Manoban. Gadis 16 tahun itu membuka perlahan tirai didepannya membuat cahaya matahari pagi perlahan masuk menembus kaca bening kamarnya, menerpa wajahnya yang selalu terlihat pucat. Sedikit tersenyum saat merasakan semilar angin kecil yang masuk melalui jendela yang sudah dibukanya. Menatap langit dengan nanar berharap agar Tuhan memberinya sedikit keberanian untuk menjalani hari ini maupun kedepannya nanti. Sedikit berdiam diri menikmati rahmat yang diberikan Tuhan setiap harinya, matanya terpejam masih menikmati angin pagi yang selalu terasa menyejukkan.

Tes.
Sebulir benda bening mengalir melalui pipinya yang mulus. Tangan kirinya terangkat menghapus air mata yang kembali mengalir karena sesak didadanya setiap kali menutup mata untuk sekedar beristirahat atau menikmati angin pagi seperti sekarang ini. Memori buruk itu terus saja terputar, selalu dan selalu saja terputar dengan indah dikepalanya. Membuatnya membuka kembali matanya yang tertutup tersenyum dengan gurat kesedihan yang terlihat jelas dari bola matanya yang selalu menatap kosong.

"Lisa, kamu sudah bangun,nak?"

Lisa membalikan badannya menatap seorang wanita yang tetap terlihat cantik meskipun diusia yang dikatakan sudah tidak muda lagi itu. Wanita itu tersenyum menatap Lisa yang berjalan mendekatinya. Namun wajah Lisa tetaplah sama,dingin dengan segala luka yang selalu terlihat dibalik bola matanya yang indah.

"Sudah Ibu"
Wanita itu hanya tersenyum mendengar kalimat pendek yang terucap dari bibir Lisa. Ingin sekali rasanya memeluk atau sekedar mengelus lembut surai indah yang dimiliki anak angkatnya itu, tapi tak pernah ia lakukan. Ny. Park selalu mengurungkan niatnya untuk melakukan hal tersebut kepada Lisa. Lisa,bukan tapi tubuh gadis itu menolak segala bentuk kontak fisik dengan siapapun sejak dia menemukan gadis itu 6 tahun yang lalu. Menemukan Lisa yang tengah menatap laut biru yang luas didepannya dengan senyum putus asa yang terlihat jelas bahkan disaat hujan turun dengan derasnya sore itu.

~

"Apa yang ingin kamu makan pagi ini Lisa? Ibu akan membuatkan nya untukmu. " Park Jo Mi menatap putrinya itu masih dengan mempertahankan senyumnya yang sedari tadi belum luntur meski tak mendapati perubahan ekspresi apapun dari wajah Lisa.

"Aku akan memakan makanan apasaja yang Ibu buat, semuanya selalu terasa enak Ibu."
Lisa menarik sudut bibirnya memaksakan agar seulas senyum tercipta diatasnya, seulas senyum yang mungkin akan membuat Ibu angkatnya itu bahagia. Tapi nyatanya garis lurus bibir itu tidak bergerak sedikitpun. Terlalu kaku untuk sekedar membentuk lengkungan indah yang telah lama hilang.

"Baiklah kalau begitu Ibu akan membuatkan mu segelas susu dan juga telur. Kamu mau? "

"Ya, itu pasti enak Ibu."

ParkJooMi tau dia selalu melihat Lisa setiap harinya,dia melihat betapa gadis itu selalu berusaha keras untuk memberikan nya sebuah senyuman meskipun tak pernah sedikitpun sudut bibir itu terangkat seberapa pun usaha Lisa untuk melakukannya. Dan diapun tau kalau Lisa selalu tersenyum saat sedang menangis dan juga tersenyum saat sedang sendiri. Lisa hanya tak bisa tersenyum pada orang lain.

Didapur

"Lisa."

"Ya, Ibu? " Lisa menatap Ny. Park yang sedang terlihat cemas, Lisa tahu betul apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu sekarang, dirinya tentusaja.

"Kamu yakin dengan hal ini, nak? Ibu mengkhawatirkan mu. " Ny. Park benar-benar merasa khawatir sekarang, dia hanya tidak mau kejadian setahun yang lalu terjadi lagi. Demi apapun Lisa adalah segalanya bagi Ny. Park sekarang.

"Aku yakin Ibu. Aku tau Ibu mengkhawatirkan ku, tapi kumohon percayalah padaku kali ini. Aku ingin berubah, sungguh aku ingin merasakan bagaimana pelukanmu Ibu, bagaimana rasanya jika Ibu mengelus pelan kepala ku dan menyisir lembut rambutku seperti yang selalu kubaca dalam buku novel ku. Aku selalu menginginkan nya Ibu. Jadi kumohon biarkan aku mencobanya lagi."

Lisa menjeda sebentar ucapan nya. Menarik dalam nafasnya. Sesak sekali rasanya menahan segala perasaan yang tak pernah tersampaikan selama ini. Ny. Park menatap Lisa dengan dada yang bergemuruh. Kilatan mata dan perkataan Lisa begitu menyentuh hatinya. Pertama kalinya Lisa mengatakan isi hatinya pada Ny. Park, isi hati yang selama ini juga ditahan oleh Ny. Park.

"Aku ingin berubah Ibu. Berubah untuk diriku sendiri. "~

~















Ny. Park menyandarkan punggungnya pada kursi yang berada diteras belakang rumahnya sekarang ini.

Rumah yang ditempatinya dengan Lisa hanyalah rumah kecil berbahan dasar kayu. Dengan letak tempat yang strategis membuat Ny. Park enggan untuk pindah dari rumah kecil ini. Hampir tak ada orang yang tahu bahwa Dia dan Lisa tinggal di rumah kayu kecil ini. Pasalnya rumahnya berada dipuncak gunung yang terdapat ditengah-tengah kota Seoul. Terdapat sebuah danau di belakang rumahnya dan sebuah taman bunga dengan rerumputan hijau kecil didepan rumah membuatnya betah tinggal ditempat ini.

Terlebih lagi jika malam hari seperti sekarang ini, dia bisa melihat seluruh kota Seoul yang begitu indah dengan pernak pernik lampu berwarna-warni dari setiap bagunan ataupun kendaraan yang berlalu lalang.

Sebenarnya dia bisa saja membeli sebuah rumah atau membangun saja rumah mewah di atas tempat tinggalnya sekarang ini tapi dia tak pernah mempunyai pemikiran untuk melakukan hal itu, rumah peninggalan Alm. Suaminya ini lebih dari sekedar mewah baginya. Bahkan Lisa pernah mengatakan jika dia ingin selalu tinggal di tempt ini.

Ny. Park memang mempunyai seorang suami 6 tahun yang lalu. Tapi terjadi sebuah insiden kecelakaan yang menyebabkan suaminya meninggal setelah mereka menikah 2 minggu yang lalu. Hanya saja Park Joo Mi masih belum bisa menerima keputusan yang dibuat oleh pihak kepolisian yang malah menutup kasus itu dengan mengatakan bahwa kejadian tersebut murni karena kecelakaan biasa, padahal jelas sekali bahwa ada bukti yang kuat tentang adanya campur tangan orang lain dalam kecelakaan tersebut.

Joo Mi pun memilih bungkam daripada harus terus melakukan hal yang akhirnya hanya akan di anggap sebagai catatan kertas dengan tinta hitam kemudian di masukkan ke dalam buku hitam tebal dan tenggelam bersama tumpukan kasus lainnya.

Dan tepat setelah mengantarkan suaminya ke tempat peristirahatan terakhir Park Joo Mi bertemu dengan Lalisa. Gadis kecil yang tengah menangis dengan segurat senyum kesedihan terpatri di bibir kecilnya. Hujan sore itu menjadi saksi pertemuanya dengan Lisa, Lalisa Manoban. Gadis kecil yang menyeruak masuk kedalam hatinya menyembuhkan luka yang tercipta karena kepergian suaminya.

"Ibu, kenapa belum tidur? "

Joo Mi terkejut dan langsung tersadar dari lamunan panjangnya, berbalik dan menoleh kebelakang mendapati Lisa yang tengah berjalan ke arahnya.

"Bagaimana dengan mu, hhm...kenapa belum tidur juga? "

Ny. Park balik bertanya pada Lisa yang sekarang sudah duduk di sebuah kursi yang berada di sampingnya. "Aku hanya sedang mempersiapkan diri untuk besok Ibu. "

Joo Mi menatap Lisa lama sebelum akhirnya memejamkan matanya sambil mengubah posisi duduknya, menarik nafas perlahan dan kemudian menghembus kan nya. Lisa yang menyadari hal itu kemudian berkata.

" Ibu tau kemarin malam aku bermimpi Mama datang dan memeluk ku kemudian berkata bahwa aku akan bertemu dengan seorang pangeran kelinci dan berperang dengan para penyihir jahat, dan Ibu tau Mama bilang aku akan mati jika tidak kuat bertahan. Bukankah mimpi ini malah terdengar seperti dongeng kan, Bu? "

Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]  Where stories live. Discover now