🐰13🐰

454 43 0
                                    

"Sudah merasa lebih baik? " Wendy mengambil piring kosong dari tangan Rosè dan memberikan segelas air untuk nya. " Ya ini lebih baik dari sebelumnya, terima kasih" Wendy hanya tersenyum menanggapinya, memilih menaiki ranjang nya dan duduk disamping Rosé.

"Hey Chaeyong obat apa yang tadi kau makan? Sepertinya sakit kepala mu langsung hilang setelah memakan nya."

"Sebenarnya aku tak ingin memakan obat itu lagi, tapi aku juga tak bisa menahan rasa sakit pada kepala ku. "

"Memangnya kenapa? Jika itu membuatmu lebih baik, kenapa harus berhenti? " Wendy memperhatikan raut wajah Rosé disampingnya terlihat kesedihan mendalam dari kedua bola matanya.

"Hey Chaeyong sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau pergi tiba-tiba kemudian kembali lagi setelah sekian lama, lalu tak ingat apapun tentang ku ataupun Lalisa bahkan kota ini, ada apa dengan mu Chaeyong? " Wendy membelai rambut panjang Rosé berusaha menenangkan nya yang menangis, bahunya bergetar dan Rosé memilih menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya.

"Karena obat ini membuatku tidak bisa mengingat apapun tentang masalalu ku, obat itu dibuat oleh dokter suruhan orang tua ku agar aku melupakan semua kejadian yang pernah aku alami dulu. " Wendy terkejut, elusan nya pada rambut Rosé pun terhenti, Rosé menatap nanar pada Wendy tatapan tak percaya itu Wendy berikan untuk nya seolah bertanya kenapa.

"Itu karena gadis bernama Lalisa itu hampir membunuh ku." Wendy melebarkan kedua matanya, tatapan marah itu dia berikan untuk Rosé namun belum sempat membalasnya perkataan Rosé selanjutnya malah membuat Wendy terdiam seribu bahasa.

"Setidaknya itulah yang dikatakan oleh kedua orang tuaku dan kemudian kebohongan itu diungkapkan sendiri oleh kakak ku dan beginilah aku akhirnya, pergi dari rumah ketempat yang tidak ku ketahui yang ternyata tempat dimana semua ingatan lamaku hilang, bagaimana menyebutnya? Takdir atau apa? "

"Kalau begitu bagaimana jika aku menceritakan semuanya padamu? Aku tidak tahu bagaimana reaksi mu nanti, aku menceritakan ini dari sisi yang kulihat dan kualami jadi apa kau mau mendengar kan nya? "

Rosè menganggukkan kepalanya pasti, walaupun reaksi yang akan timbul pada kepalanya nanti mungkin saja buruk tak ada alasan untuknya menghindar sekarang, apalagi hanya untuk menghindari rasa sakit dia tentu tak akan melakukannya.

"Tolong ceritakan semuanya."

~~~~~

"AAAAA....! hah hah hah.... "

Lisa terbangun dari tidurnya, berusaha meraih gelas air di samping ranjangnya, dadanya berdegub kencang bahkan membuatnya berkeringat dingin.

"Sial, sial, pria tua itu terus saja menghantui ku, aku sangat ingin membunuh nya." Lisa mengumpat kasar setelah air ditangannya habis ia teguk, tatapan kebencian itu tak pernah sekalipun dilihat oleh orang lain selain dirinya sendiri dari pantulan cermin, tak seorangpun tahu bahwa Lisa memiliki sisi gelap seperti ini bahkan Ibu angkatnya pun.

"Aku sungguh akan membunuh nya! " Lisa kembali berbaring di tempat tidur nya, kedua tangan nya mengepal kuat disamping tubuh nya. "Hahaha... Sial hahh sial sudah kuduga aku harus membunuh nya agar bisa tenang,.. " Dialog yang Lisa lantunkan ditutup dengan isakan kecil dari bibirnya.

"Mama." Lisa tak akan pernah lupa, sedikitpun tak akan pernah.

~~~~

"Tentu saja, bulan depan aku akan mengunjungi mu,.."

"............"

"Ya ya ya, bagus jika itu benar-benar gadis kecilku, aku tak perlu mencarinya lagi kalau begitu,.."

"............"

"Kau harus memastikan dia aman,.. "

"............"

"Aku ingin langsung mencicipi nya, jadi pastikan dia bisa langsung kupakai,.. "

"............"

"HAHAHA, kau akan mendapatkan uang mu setelah aku selesai memakan nya. "

Tuut...

Sambungan telepon itu terputus diiringi dengan tawa nyaring dari seorang pria berumur namun tetap gagah apalagi dengan style jas bermerek yang dikenakannya, keriput yang tak nampak diwajahnya akan membuat siapapun tidak percaya bahwa pria tersebut telah berumur lebih dari setengah abad apalagi rambut putih yang selalu dia warna hitam kembali membuatnya terlihat lebih muda dari umur aslinya.

Choi Hyunbe

"Aku menemukan mu sayang, aku akan menjemput mu sebentar lagi,.. "

Hyunbe tertawa keras, lemparan jarum nya tepat mengenai kepala seorang gadis dalam foto tersebut, menancap tepat ditengah papan lempar jarum diruang kerjanya.

"Gadis kecilku yang sudah tumbuh dewasa."

~~~~

"Chaeyong apa kau ingat bahwa kau akan berulang tahun sebentar lagi? " Wendy menatap Rosè yang hanya mengangguk, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Ada sebuah jalan dengan semak belukar di belakang taman, tak banyak atau mungkin tak ada orang yang tahu tempat itu selain Lalisa dan kau awalnya, tapi Lalisa mengajakku setelah kamu menghilang dan menceritakan bahwa itu adalah tempat favorit kalian berdua. " Wendy menatap Rosè lagi, ingin memastikan apakah gadis itu masih baik-baik saja, terlihat Rosé hanya diam tak menanggapi cerita nya.

"Lalisa bilang jika hadiah terakhir yang diberikan nya untuk mu adalah beberapa ikan hias yang ada dalam danau kecil di tempat itu, kau mengatakan bahwa itu adalah hadiah terbaik yang pernah kau terima seumur hidup mu,.." Wendy ragu untuk melanjutkan ceritanya melihat Rosè yang menangis dalam diamnya, namun memilih tetap melanjutkan ceritanya karena ini permintaan Rosé sendiri.

"Lalisa mengatakan kalau mengenal mu adalah hal yang paling dia syukuri di dalam hidupnya dan menyakiti mu adalah luka abadi bagi dirinya apalagi semenjak kau yang tiba-tiba saja menghilang. Lalisa jarang terlihat, dia hanya akan keluar sesekali dengan tubuh dan wajah yang penuh memar dan luka aku sungguh tak tahu apa yang terjadi pada Lalisa saat itu. "

'Luka? Memar? ' Rosé menggumam pelan, pikiran nya beralih mengingat perkataan Pak Song tentang penyakit trauma berat yang dialami gadis baru dengan nama yang sama 'Lalisa'. Rosè menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, berusaha menepis feeling -nya mengenai Lalisa yang sedang diceritakan oleh Wendy sekarang, 'mana mungkin' Rosè kekeh dengan pendapat nya kendati hatinya yang berontak dengan alasan yang dipikir nya tak jelas.

"Sampai Mama Lalisa dinyatakan meninggal karena bunuh diri."



Sebagai bentuk apresiasi untuk penulis, jangan lupa tinggalkan jejak dan vote nya, berkomentar dan tujukan bahwa kalian adalah pembaca yang bijak.
Love you ❤

Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]  Where stories live. Discover now