🐰14🐰

464 52 0
                                    

"Me-meninggal? " Rosé terkejut, Wendy hanya tersenyum hambar tanpa menatap Rosè yang mulai menangis cukup keras.

"Bunuh diri begitu yang dikatakan para polisi saat itu. Lalisa menangis, dkoia terus saja berkata 'tolong, siapa saja tolong Mama, Pria itu telah membunuh Mama ku' , tapi semua orang malah memandangnya dengan tatapan jijik, marah dan juga kasihan. Bahkan aku, saat itu menatapnya dengan tatapan kasihan, aku meninggalkan nya sendirian. Aku meninggalkan Lalisa. " Rosé terdiam, tangisan pilu Wendy menggetarkan hatinya belum sempat menenangkan Wendy kepalanya tiba-tiba berputar sampai membuat Rosé terbaring, Wendy terkejut tangan nya sempat menggapai Rosé hingga membuat keduanya terbaring bersamaan.

"Kau mau aku melanjutkan ceritanya? "

"Ya" Rosé hanya menjawabnya dengan singkat dan Wendy pun melanjutkan ceritanya.

"Setelah Mama Lalisa meninggal, Tuan Choi merawat Lalisa dirumah yang ditinggali mereka disini. Tak ada yang tahu pasti siapa Tn. Choi bahkan aku sendiri sampai sekarang pun masih tak tahu. Lalisa tak pernah lagi keluar sejak saat itu, aku mencoba menemuinya tapi Tn. Choi selalu berkata bahwa Lalisa tak ingin bertemu dengan siapapun. Hari berikutnya seorang pengacara datang kerumah Lalisa, dia mengatakan akan menjadi pengacara untuk kasus Mamanya namun Tn. Choi menolak dan mengatakan kau tak perlu ikut campur atau kau akan mati. "

Rosé hanya diam, membiarkan Wendy terus menceritakan semua yang hilang dalam ingatan nya walau kepalanya juga masih tak mau berkerja sama dengan keinginan nya.

"Aku sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud oleh Tn. Choi saat itu sampai dua hari kemudian pengacara tersebut mengalami kecelakaan dan meninggal. Aku akhirnya mengerti apa maksud ucapan Tn. Choi saat itu."

"Berapa lama? "

"Maksudmu? "

"Gadis itu tinggal bersama Tn. Choi." Rosé mulai menangis kembali, perlahan ingatan nya yang hilang mulai kembali. Lily, Lalisa dan juga Tn
Choi, Rosé mengingat semuanya secara perlahan.

"Satu bulan sampai saat pengacara itu datang dan sejak saat itulah aku yakin bahwa Lalisa juga menghilang, baik rumah beserta semua isinya tak ada yang tertinggal. " Rosé mengeratkan giginya, jantungnya berdebar kencang antara senang dan juga marah sekarang bercampur menjadi satu dalam hatinya.

"Chaeyong sekitar dua tahun yang lalu kakak mu datang dan mencari Lalisa disini. " Rosè terkejut mendengar ucapan Wendy. " Dia mengatakan kalau kau sakit dan hanya Lalisa lah yang bisa membuat mu lebih baik. Dia bertanya dengan amarah, dia juga menangis, aku sama sekali tak mengerti. Aku menunjukkan tempat favorit mu dan Lalisa padanya, dia kemudian mengambil semua ikan dari kolam itu dan setelahnya pergi begitu saja. Karena hal itu jugalah aku memutuskan untuk kembali tinggal disini. Aku yakin kau dan Lalisa suatu saat nanti pasti akan kembali. Aku menunggumu dan juga Lalisa. "

Rosè menggelengkan kepalanya, sekarang dia ingat, sekarang dia tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya dimasa lalu. Orang tuanya, alasan kakaknya memutuskan untuk selalu berada disampingnya, alasan kenapa dia harus selalu meminum obat, alasan kenapa kepalanya selalu sakit, mimpi buruk dan juga wajah-wajah orang yang tidak dia kenali selalu muncul dalam ingatannya. Akhirnya Rosé mengetahui nya.

"Aku ingat. Aku juga tahu dimana Lalisa sekarang. "

~~~~

Drrrrt drrrrrt

"Halo"

"Maaf tuan saya harus menelpon anda dan mengganggu waktu istirahat anda sekarang, tapi ada hal penting yang ingin saya sampaikan. "

"Tak usah bertele, katakan saja ap- ahhhh kau sangat sempit sayang, fu*k. Sialan katakan cepat kau mengganggu waktu bercinta ku. "

"Sepertinya gadis anda mengalami sebuah phobia aneh tuan. Tubuhnya akan mengalami memar dan luka aneh juga akan terlihat jika dia bersentuhan dengan orang lain. Bisa dibilang dia phobia pada manusia. "

Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]  Where stories live. Discover now