Bagian 4 : Mimpi

86 11 4
                                    

"Nana! Sini loh, Na, main sama aku."

Nadia kecil terlihat berlarian membawa boneka beruang berwarna merah gelap mengikuti arah suara yang memanggili namanya.

"Tunggu dong, Kak, Nana capek nih," ucapnya dengan napas terengah-engah.

"Sini, ke atas sini!"

"Aku nggak bisa manjat pohon itu, kata Ayah dulu nggak boleh," jawabnya sembari mendongak ke atas dari bawah pohon.

"Aku pandai dong bisa naik ke atas sini. Kamu bodoh, nggak bisa manjat."

Nadia duduk di atas rerumputan sembari memeluk bonekanya erat membelakangi pohon.

"Huu, gitu aja ngambek."

"Habisnya Kakak sih, bilang Nana bodoh, Nana kan masih kecil, Kak." Nana mulai terisak. "Kakak jahat!"

"NANA! SINI!" Ayah memanggil namanya sembari berlari mendekat. "Kamu kenapa, Nduk?"

Nadia menggeleng dan hanya menangis. Direngkuhnya Nadia ke dalam pelukan kemudian menggendongnya. "Cup-cup-cup, udah jangan nangis lagi, nanti cantiknya hilang loh. Senyumnya mana?"

Nadia menggeleng dan menyembunyikan wajahnya di pelukan Ayahnya. Pria paruh baya itu menggeleng maklum kemudian membawa Nadia ke rumah.

"Nana, nanti kita main lagi ya!"

"Kakak jahat, Nana ngambek sama Kakak," jawab Nadia sekaligus mengagetkan Ayahnya.

"Nana kenapa? Ngomong sama siapa?"

"Sama Kakak, tapi Nana lagi ngambek."

Pria berambut hitam itu pun menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa.

Nggak ada siapa-siapa, barangkali Nana kebawa imajinasi ngomong sama bonekanya, batinnya.

Tidak lama kemudian, suara memanggil nama Nana menggema memenuhi ke seluruh indra pendengarannya.

"NANA! TOLONG NANA! NANA TOLONGIN KAKAK, NANA TOLONG NANA!"

***

"KAKAK!" Nadia terbangun dari tidurnya memimpikan hal yang aneh untuknya, terasa nyata namun hanyalah mimpi.

"Nduk, kenapa?" Ibunya datang dengan air muka khawatir kemudian duduk di samping Nadia.

Nadia menggeleng, "Cuma mimpi kok, Buk," ucapnya kemudian berdehem, tenggorokannya terasa kering.

"Ibu ambilin air ya," tawarnya yang diangguki Nadia. Setelah ibunya beranjak, Nadia menghela napas panjang.

"Kakak? Siapa kakak? Perasaan aku nggak punya kakak deh."

"Kenapa, Na?" tanya ibunya melihat Nadia seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Buk, emang Nana punya kakak?"

"Kakak? Kakak siapa?"

Nadia menggedikkan bahu. "Nggak tahu, Buk. Masih kebawa mimpi, hehe."

Setelah meneguk segelas air dari Ibunya, Nadia bertanya, "Kok Ibu belum tidur?"

"Udah mau subuh, Ibu habis ini siap-siap mau ke pasar. Nana mau ikut?"

"Enggak, Buk."

"Ya sudah, kalau gitu kamu ambil wudhu, habis ini udah azan subuh."

Nadia mengangguk. "Nggeh, Buk."

***


Teman ImajinasiWhere stories live. Discover now