Bagian 2 : Sosok Berbaju Merah dengan Senyum Menakutkan

131 14 0
                                    

"Aku ... aku lihat sosok berbaju merah dengan senyum menakutkan," ucapku, membuat teman-temanku mengernyit tidak percaya.

"Dia rambutnya keriting dan dia menyeringai gitu, tatapannya lurus ke arah aku. Aku takut ...."

"Ayo balik ke asrama aja," ajak Fitri yang sepertinya mulai merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraanku.

Arif mengangguki ucapan Fitri. "Iya, kamu ke asrama aja, tenangin diri dulu. Ini tas kamu aku bawain, tadi kamu soalnya langsung lari sambil teriak-teriak."

Aku mengambil tas dari tangan Arif dengan sebuah pertanyaan berputar di otakku. "Rekamannya gimana?" tanyaku.

"Rekaman mah gampang, yang penting kita balik ke asrama dulu," ucap Dita yang diangguki teman-teman yang lain.

"Yaudah, ayo," ucapku. Sayang, bulu kudukku meremang, perasaanku was-was. Aku masih terngiang-ngiang wajah menyeringai menggerikan tadi. Dan juga ... aku merasa ada yang mengawasiku.

***

Angin semilir mengantarkanku masuk ke dalam kamar asrama. Langsung kurebahkan tubuh, di sampingku ada Dita yang ikut berbaring; di ranjang sampingku.

"Nad, gimana? Udah enakan?" tanya Dita, aku merasa dia menatapku.

Aku tidak membalas tatapan Dita. Hanya berkata, "Gapapa." Tatapan mataku lurus ke arah langit-langit kamar. Berfokus pada sebuah lampu yang sedang menyala.

Di dalam kamar ini, aku dan Dita hanya saling diam. Aku masih terus saja berpikir tentang kejadian menggerikan hari ini.

Ya Allah, apakah itu tadi? Kenapa aku ini? Ataukah tadi hanya halusinasiku saja? Tapi kenapa terasa nyata? Tatapan menyeringainya. Menggerikan, sungguh!

"Nad! Nadia! Nadia Faradiba!" Aku terkejut karena Dita yang memanggilku dengan cukup keras.

Aku menoleh dengan tatapan heran. "Apasih? Kenapa teriak-teriak?"

"Jangan ngelamun!" serunya takut.

Aku terheran-heran. "Kenapa sih? Aku ngelamun?"

Memangnya aku melamun? Aku tidak sadar melakukannya. Aku hanya terus berpikir tentang kejadian tadi.

"Nanti kesurupan loh! Istigfar, banyak-banyak sholawat, Nad. Jangan ngelamun. Aku takut tau!" ucap Dita dengan intonasi tak seperti biasanya, ia terlihat ketakutan, dan bicaranya cepat.

"Dita ... aku nggak kenapa-napa. Beneran deh," ucapku mencoba memberi pengertian pada Dita.

"Aku izinin ke Bunda, ya? Biar kamu bisa istirahat dulu nanti." Aku mengangguk. Dita berdiri dan pergi berlalu.

Aku sendirian di kamar. Benar-benar sendirian. Daripada memikirkan sosok tadi, kuputuskan untuk memejamkan mata.

"Nadiaaa." Suara lirih memanggilku, aku familiar dengan suaranya, tapi dimana aku mendengarnya, dan siapa? Bulu kudukku meremang dan aku mulai was-was, takut jika tiba-tiba ada yang muncul mengagetkanku.

Aku menguap tiba-tiba.

"Tidurlah, tidurlah, tidurlah, Sayang. Ayo ikut aku," lirih suara tadi, lagi, kali ini terdengar menakutkan.

Dalam hati, aku terus merapalkan do'a-do'a yang kuingat. Aku memejamkan mata terus; semakin rapat.

"Nad. Kamu udah aku izinin ke Bunda." Suara Dita mengambil alih perhatianku. Terbesit perasaan lega saat Dita datang.

Aku pun membuka mataku. Namun ... apa kalian tahu? Sosok berbaju merah tadi wajahnya tepat menatapku saat ini, dia berada di atas tubuhku. Saat aku terkejut melihatnya, ia tersenyum menakutkan, seakan menyambutku saat membuka mata. Sial.

Aku berteriak. "Aaaaa!!!! Aaaaaa!!! Pergiiii!!!"

Aku bingung harus mengatakan apa lagi selain menyuruhnya pergi. Aku histeris ketakutan. Dita yang berada di sampingku bertanya khawatir dan mencoba menenangkanku.

Namun tidak bisa, dia tidak kunjung beranjak dari atas tubuhku. Aku bingung, aku menutup mata dan mencoba merapat ke arah Dita.

Dita yang melihatku histeris dikarenakan hal yang tidak bisa Dita lihat pun berteriak. "BUNDAAAA! NADIA KESURUPANNNN!!!"

***

Semoga suka.
💕

Teman ImajinasiNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ