7

1.9K 67 1
                                    

Alesha melirik Tristan yang sedari tadi hanya mengetir dalam diam tanpa mengucapkan sepatah kata. Tadi pagi saat mengantar Alesha ke kampus pun Tristan juga tidak mengatakan apa-apa, hanya diam. Sekarang juga.

Sepertinya pria ini suka ketenangan.

Gadis batin Alesha tersenyum licik seakan mendapat ide brilian untuk membuat Tristan terganggu.

"Tristan, anterin Alesha ke Jasmine's ya." Kata Alesha girang.

Tristan menatap jalanan dengan datar lalu berdehem singkat mengiyakan suruhan Alesha. Tumben pria ini tidak memicu perdebatan. Alesha suka ini dan tampaknya Tristan mulai menjadi normal.

Tetapi niatnya untuk membuat Tristan terganggu belum padam. Salah satu pepatah mengatakan maju terus pantang mundur.

Itu yang Alesha realisasikan sekarang walaupun ia ragu jika maju terus akan menabrak tembok.

"Tristan, kapan Tristan bakal kasih gaji pertama Alesha?"

"Bulan depan."

"Alesha boleh nggak hang out sama temen Alesha setiap minggu?"

Tristan meliriknya sebentar, "enggak."

"Tristan nggak kepanasan pakai jas itu?"

"Nggak."

"Tristan punya pacar?"

"Nggak."

"Istri?"

"Nggak."

"Suami?"

Rahang Tristan mengeras, sepertinya mulai terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan aneh Alesha. Tetapi ia mencoba untuk menanggapi apa yang dilakukan perempuan itu.

"Punya."

Alesha terbelalak, mulutnya terbuka sangking terkejutnya. Ternyata pertanyaan random yang ia berikan justru memberinya fakta baru kalau Tristan itu belok.

Sudah ia duga. Pasti pria tampan dan bergelimang harta seperti Tristan ini memiliki kekurangan juga. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

"Kenapa Tristan nggak tinggal bareng suami Tristan? Kalau suami Tristan tahu Tristan nyekap cecan kayak Alesha ini, entar malah berabe lagi. Mending Tristan lepasin Alesha aja demi suami Tristan."

"Jangan mengoceh, berisik."

Niat busuknya berhasil membuat Tristan terganggu. Tapi sepertinya Alesha belum puas.

"Umur Tristan berapa?"

"27."

"Ih, tua banget. Alesha kira Tristan masih 20-an."

"Memangnya 27 nggak termasuk 20-an? Dasar pintar."

Alesha merutuki kebodohannya. Niat ingin membuat Tristan terusik, malah menunjukkan pada Tristan bahwa dirinya bodoh. Walaupun sepertinya Tristan sudah tahu kalau Alesha memang bodoh.

"Tristan kerja apa sih? Kok bisa kaya begitu? Mafia ya?"

"Iya."

"Tristan serius?"

"Nggak."

Ingin sekali Alesha mengambil alih kemudi dan menabrakkan mobil mewah ini ke pohon besar. Tapi itu hanya angan-angan. Selain tidak bisa mengemudi, Alesha juga tidak mau mati bersama Tristan.

Setidaknya ia ingin mati bersama orang yang dicintainya. Seperti Romeo dan Juliet. Mati bersama Tristan adalah hal yang sia-sia untuk dilakukan.

"Tristan mau nungguin Alesha di kafe?"

Rich Man's MaidWo Geschichten leben. Entdecke jetzt