9. Disappeared

108K 10.2K 139
                                    

SESAMPAINYA Seline di rumah Tasya, ia masuk dengan wajah tanpa berdosa. Tanpa bersalah Seline memeluk tubuh Tasya dari belakang yang sibuk menelpon seseorang.

Melihat Seline yang memeluknya, Tasya membalas pelukan Seline dengan mengelus tangan Seline menggunakan tangan kanannya yang tadi ia gigit karena takut.

"Ah, maaf. Ia sudah kembali, semoga harimu menyenangkan."

"Syukurlah. Baiklah kalau begitu, anda juga."

Tepat setelah Tasya menutup panggilan tersebut, matanya yang tadi penuh kegugupan menjadi tajam dan seolah ingin meledak. Tasya melepaskan pelukan Seline lalu menatap tajam Seline.

Seline masih tersenyum dan ia tidak takut dengan tatapan yang Tasya berikan. Tasya yang melihat itu menghela napas kasar, ia mengusap kasah wajahnya karena air matanya jatuh.

Seline mengerjapkan matanya tidak mengerti kenapa Tasya menangis, ia menyentuh pundak Tasya lembut. "Ibu?" panggil Seline menyadarkan Tasya.

Tasya menggelengkan kepalanya. "Aku pikir kau menghilang, aku pikir kau diculik, Seline..." lirih Tasya memeluk erat Seline. Ia bahkan tidak bisa marah sekarang kepada Seline. Lagipula tidak perlu marah, bukan? Lebih baik memeluk Seline erat. Ada pepatah yang mengatakan jangan pernah memarahi anakmu ketika ia baru pulang karena ia akan menyesali kepulangannya. Memang Seline bukan anak kandungnya, tapi ia menyayangi Seline seperti anak kandung sendiri.

Seline yang dipeluk Tasya membalas pelukan Tasya sambil mengelus punggung Tasya lembut. "Ibu? Aku sudah pulang sekarang, maafkan aku," kata Seline menyesal, air matanya juga jatuh karena melihat Ibunya menangis.

Tasya menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak apa-apa. Yang terpenting kau sudah pulang."

"Ada apa ini? Kenapa kau menangis?" tanya Tasya menghapus air mata Seline.

"Ibu menangis, aku tidak bisa melihat Ibu menangis," balas Seline masih sesegukan.

Tasya terkekeh. Ternyata sikap kekanakan dan polos Seline tidak menghilang. Tasya menarik tangan Seline ke dapur. "Ayo, aku baru saja membuat strawberry shouffle untukmu."

Seline langsung tersenyum riang. Tanpa menunggu Tasya ia langsung berlari menuju dapur. Tentu saja, karena itu adalah makanan favorit Seline. Apalagi buatan Tasya, rasanya akan lebih enak.

|-/-/-|

Kabar Seline yang menghilang selama satu hari membuat semua hewolf dan shewolf ketakutan. Pasalnya, mereka pasti akan menjadi sasaran kemarahan Eldrick. Alice bahkan tidak berani mengganggu Eldrick yang sedari tadi diam.

Sekarang mereka sedang mengadakan rapat. Eldrick memang tetap profesional menghadiri rapat tersebut. Namun bagian yang mengerikannya adalah sang Alpha terus menerus diam. Memang Alpha mereka memiliki sikap yang dingin dan kejam, tapi biasanya sang Alpha akan merespon tentang hasil dari rapat ini. Kali ini ia hanya diam saja, Alice bahkan terus menatap Eldrick yang diam sedari tadi.

Setelah rapat selesai, Eldrick berdiri meninggalkan ruangan tersebut tanpa sepatah kata apapun. Ia berjalan lurus menuju kamarnya dan menguncinya rapat-rapat.

Kalau ditanya bagaimana keadaan kamar Eldrick. Semuanya bagaikan kapal pecah. Tidak bisa di deskripsikan. Eldrick menggeram emosi, begitu juga dengan Ellard.

"Menurutmu apa yang membuat mate kita pergi?"

Eldrick diam, tidak merespon.

"Apa mungkin karena kau mencicipinya?" BOOM! Tepat setelah Ellard mengatakan kata itu, Eldrick mengerti. Kemungkinan Ellard benar, tapi bagaimana lagi? Ia kehilangan akal pada saat Seline menggodanya.

Eldrick mengusap wajahnya kasar. "El, daripada kau seperti orang gila disini. Lebih baik kau cari mate kita."

Kali ini Eldrick setuju. Ia berdiri meninggalkan kamarnya. Lalu Alice berhenti tepat di depannya. Eldrick menatap tajam Alice dan mengintimidasi hingga membuat Alice bergidik ngeri. Alice jarang mendapat tatapan itu, ia berdehem untuk menghilangkan rasa takutnya.

"Maafkan akal bodoh ini. Aku lupa menggunakan bola ajaib itu untuk melacak Seline," ujar Alice yang membuat Eldrick berhenti menatapnya.

"Lakukan sekarang," perintah Eldrick menggunakan nada datarnya.

"Sudah. Kau harus keluar dari hutan ini menuju dunia kota. Disana pasti kau akan menemukan Seline," jelas Alice.

Eldrick yang hendak pergi langsung ditahan oleh Alice. "Ingatlah. Itu dunia manusia. Kau harus bisa tidak menggunakan werewolf-mu."

Eldrick menganggukkan kepalanya mengerti, saat ia ingin melangkahkan kakinya sebuah suara menyadarkan Eldrick.

"Maaf jika aku lancang, Alpha. Aku tau dimana letak Luna sekarang." Suara Ricky membuat Eldrick menatapnya datar dan tajam.

Ricky menggigit bibirnya pelan. "Tidak, bukan aku yang menyuruhnya kesana. Tapi aku tau letak rumahnya karena aku berteman dengannya. Aku bisa menunjukkan rumah Seline jika Anda mau."

Tanpa berpikir dua kali, Eldrick mengganggukan kepalanya setuju. Lagi-lagi langkahnya ditahan oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Alice?

"Satu hal, El. Jangan berperilaku kasar kepada Seline, ia memiliki hati yang lembut."

Eldrick meng-iyakan saja lalu langsung bertukar shift dengan Ellard untuk menjadi wolf bewarna hitam yang nemiliki warna mata merah terang. Ricky mengikutinya dari belakang yang seperti kewalahan menyeimbangi Alpha-nya berlari.

Di belakang Alice berdoa kepada Moon Goddes. "Oh, Moon Goddes. Tolong temukan Seline agar El bisa kembali seperti semula."

|-/-/-|

Pendek ya? Hehe, maapkeun.

Nggak tega ngeliat Eldrick diam kayak orang gila gitu *thordipukulEldrick.

Ini thor update pas otewe ke sekolah :')

Happy Reading!

17-07-2019[07.10]

Childish Mate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang