07. Hapless Timepiece

Mulai dari awal
                                    

Bohong? Jelas! Sky tak mau papanya kecewa karena dia gagal menjaga benda pemberiannya.

"Kok pake telfon rumah? Handphone kamu mana?" Tanya Ganendra.

"Itu, Pa.. Tadi handphone aku gak sengaja jatoh di sekolah, jadi harus diperbaiki dulu." Jawab Sky.

"Oo, Rain belum pulang?" Tanya Ganendra.

Shit! Mood Sky semakin memburuk mendengar pertanyaan papanya.

Ceklekk!

Nah kan, panjang umur!

Baru saja dibicarakan, orangnya sudah tampak.

"Sayang, kok baru pulang?" Tanya Ganendra, meraih atensi Rain.

Sky berdecih jengah. Sejak kapan panggilan 'sayang' untuknya berpindah pada adiknya? Ups..

"Tadi ada kelas tambahan, Pa." Rain menghentikan langkahnya untuk sekedar menjawab pertanyaan Ganendra.

"Bohong! Buktinya tadi pas aku pulang, sekolah udah sepi dan kelasnya juga udah kosong." Batin Sky yang menyuarakannya.

"Ya udah, kamu mandi terus istirahat ya." Kata Ganendra sambil mengelus rambut halus putranya.

Putra? Hmm..

Sky menatap tajam Rain. Ingin rasanya dia lecek-lecek si Rain, memasukkannya ke dalam kardus, dan mengirimnya sebagai paket. Berani-beraninya dia mengambil atensi tangan Ganendra yang dulunya hanya akan bertengger di kepala Sky.

Rain tak buta, dia tau Sky ada disana dan memperhatikannya sejak tadi, namun dia diam saja. Ia hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada Ganendra.

Sky mengernyit tipis, sangat tipis. Apa netranya bermasalah? Kenapa saat Rain meliriknya sekilas, wajahnya terlihat.. Hmm.. Sky tak ingin mengatakannya, tapi faktanya.. Pucat!

"Oya, Pa, tadi wali kelas aku ngasih surat undangan orang tua, gak tau deh undangan buat apa." Ucap Rain memecah keheningan.

"Mana suratnya? Coba papa liat." Kata Ganendra antusias.

Undangan ya? Ngomong-ngomong Sky tak dikasih. Mungkin hanya untuk murid kelas X.

Rain menggeledah tasnya. Sejauh ini dia belum menemukan surat itu. Ah, mungkin terselip di lipatan bukunya. Rain terus mengobrak-abrik tasnya, membuka ritsletingnya satu demi satu, serta mengguncang-guncang tasnya.

Tukk!

Benda apa itu?

Seperti..

Sebuah arloji!

Sky terbelalak kaget. Jarak dari tempatnya berdiri dan tempat Rain menggeledah tasnya tidak terlalu dekat, namun netranya masih mampu mendeteksi benda yang terpelanting dari tas Rain ke lantai.

Itu arlojinya!

Kehilangan arloji sudah membuatnya badmood, ditambah perlakuan Ganendra yang membuat moodnya semakin memburuk, dan.. Apa-apaan ini?

Tidak! Sky tiak sudi menampung seorang pencuri di rumahnya.

Rain memungut arloji itu dan mengamatinya dengan saksama. Sepertinya tak asing, tapi dimana dia pernah melihatnya?

"Oo.. Jadi kamu yang udah ngambil arloji aku?!" Ucap Sky sambil menghampiri Rain yang masih terbengong-bengong.

"Bagus ya! Kamu udah berani ngambil barang-barang di rumah ini tanpa izin. Pinter banget kamu! Kamu pikir ini rumah nenek moyang kamu apa?!" Nada suara Sky kian meninggi.

Rain tersentak. Ingatannya tentang arloji itu melintas. Arloji yang dia pegang adalah milik Sky, tapi kenapa bisa ada di tasnya?

"Sky, kamu apa-apaan sih?" Ganendra mencoba melerai.

"Aku gak ngambil arloji kamu! Aku juga gak tau kenapa arloji kamu bisa ada di tas aku!" Kata Rain membela diri.

"Alaahh.. Terus ini apa, hah?! Barang buktinya udah ada di tangan kamu, jadi ngaku aja deh!" Sky menyambar arlojinya dengan kasar dan terus menyudutkan Rain, tak peduli dengan mata anak itu yang sudah berkaca-kaca.

"Tapi aku bener-bener gak tau apa-apa! Aku.."...

"Bullshit! Mana ada maling ngaku! Dasar anak gak tau diuntung kamu ya! Udah bagus papa aku mau nampung ka.."...

"Sky! Papa gak pernah ngajarin kamu buat ngomong kasar kayak gitu!" Ganendra yang dari tadi hanya menyimak akhirnya angkat bicara.

"Belain aja terus.. a-nak ke-sa-ya-ngan papa!" Ucap Sky penuh penekanan kemudian pergi meninggalkan Rain dan Ganendra.

"Rain.."...

"Aku gak apa-apa, Pa, aku ke kamar dulu.."...

"Rain!"...

Ganendra menghela napas frustasi. Ia tau Sky tak menyukai Rain, tapi baru kali ini dia mendapati Sky semarah itu pada Rain. Biasanya Sky hanya mendiaminya.

Sebenarnya ada apa? Apa yang telah terjadi dengan kedua anaknya?

Blamm!

Suara kedua dari pintu kamar yang dihentak kasar itu berasal dari kamar Rain setelah tadi Sky juga melakukan hal yang sama.

Air mata Rain mengalir tanpa dikomando. Bukan bentakan maupun tuduhan Sky yang membuatnya pilu, tapi sebuah kalimat tak lengkap yang Sky lontarkan padanya.

'Udah bagus papa aku mau nampung ka..'

Apa maksudnya? Bukannya mama melahirkannya dengan penuh kasih sayang? Tapi kenapa harus ada kata 'tampung'? Apa dulu mamanya berniat membuangnya, namun papanya tak setuju? Kenapa semuanya menjadi begitu sulit untuk ditelaah?

.

.

Jangan kira Sky sudah baik-baik saja karena telah menemukan arloji kesayangannya. Tidak! Justru dia juga sedang pilu. Tak menangis memang, tapi hatinya sakit. Sakit karena fakta bahwa Rain yang telah mengambil arlojinya dan sakit karena telah membentak dan mengeluarkan kalimat yang tak seharusnya Rain dengar.

Entahlah, Sky bingung dengan perasaannya sendiri. Intinya, mulai hari ini dan entah sampai kapan, dia marah pada Rain. Lho? Bukannya dari dulu dia memang sudah membenci Rain? Ya, ceritanya sudah berbeda.

Apa mungkin alur cerita yang kacau dapat diperbaiki kembali?

.

.

.

.

Aku ngetiknya pake hati lho!
-TBC-

[3]Rain From The Sky [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang