Bab 16

546 24 14
                                    

"Kalian Siapa? dan ngapain pake baju pengantin kita?"

Damar dan Devi langsung menoleh mendengar suara yang agak cempreng. Devi terlihat panik, alih-alih takut dilaporin polisi karena udah 'merawanin' baju pengantin anak pejabat. Sedangkan Damar, santai. Dia tau ini bukan salahnya.

Dihadapannya Perempuan berambut coklat sebahu, kulit putih dan ketara banget dia anak pejabat, soalnya dia pake gelang, kalung, cincin yang dari jauh aja udah mengkilat berliannya, memegang gadget tablet apple, Wadges yang familiar banget sama Devi, Devi baru liat disalah satu situs Fashion, dan harganya itu 160 juta. Sedangkan lelaki disampingnya, lelaki simple dan keliatannya kalem dan tenang. Model Damar gitu, ganteng pastinya. Apalagi pake kemeja flanel warna biru gelap dan slim jeans warna abu-abu. Keliatannya mereka masih muda banget.

"Ngg..." Devi berusaha bicara, tapi dia bingung apa yang akan dirinya jelaskan.

"Haduuhh.. kalian lama banget sih, dibilang 5 menit. rempong banget. Hayu buru make up." Cerocos banci yang tadi maksa-maksa buat pake baju pengantin ini.

"Ehh.. elo. kenapa pakein baju ke mereka? gue yang mau nikah." Omel perempuan itu ngga kalah rame.

"Yaampun, gue salah orang. Sorry banget, cyin." ucaap bencong itu panik sambil melambai-lambaikan tangannya seperti layaknya bencong.

Damar angkat bicara, "Iya, tadi sebenernya saya udah nolak beberapa kali, tapi selalu dipotong dan dipaksa-paksa sama nih banci."

"Trus kalian berdua siapa?" tanya kelaki yang bersama perempuan tadi. Mereka pasangan yang akan menikah besok.

"Saya yang nge-dekor bunga disini. dan ini Devi partner saya."

Devi menghela nafas lega, syukurlah tuh bencong buru-buru dateng, dan ngga bakal di laporin polisi.

"Yaudah, kalian buka bajunya dan langsung--"

"Ehh kalian poto dulu yuk cyin, kapan lagi kan ya. Kalian kan pacaran pasti kan." potong mince, si banci.

Devi langsung melotot ke arah Damar, Damar hanya tersenyum penuh makna. Mereka pun terpaksa mengambil posisi untuk foto, Sebenernya mungkin yang terpaksa Devi doang.

Damar mengaitkan tangannya di pinggang Devi. Gadis itu melirik sebentar ke arah Damar yang seakan-akan menghayati moment ini.

"Cheese." seru Devi saat hitungan ke-tiga dari si bencong. Sambil mengacungkan dua jarinya. ck.

*****

"Ngakak, gils. tadi kocak banget ya, mar." Devi heboh setelah mereka memasuki mobil.

Sekarang sudah pukul tiga sore, udah 7 jam lewat dari kejadian tak terduga tadi. Setelah kejadian itu kelar, Damar dan Devi langsung melaksanakan job. Damar yang memilah-milih bunga dan Devi yang menyarankan penempatannya. Mereka memang pasangan yang cocok banget, sayangnya mereka bukan 'pasangan' yang Damar harapkan.

Damar mendengus, " Lo tuh kocak, masa foto pake baju wedding gayanya dua jari sih, yang ada mah romantis."

Devi terkekeh pelan, " Biarin sih, lagian kan kita bukan mau foto wedding beneran."

"Gue sih maunya beneran nanti, Dev." Bisik Damar pelan.

"Hah? lo ngomong apaan tadi?"

"Ngga jadi deng, becanda." Damar tersenyum kecut.

"Nih lo aja yang simpen, ntar kalo Natha liat bisa berabe." Kata Devi. Dia menyodorkan selembat foto tadi pada Damar. Damar hanya diam, dan mengambilnya.

"Eh nih kita mau kemana? bukan arah pulang kok." Tanya Devi saat mobil Damar belok ke parkiran suatu Cafe.

"Lo galiat tuh, jelas jelas tulisannya Starbucks."

KalycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang