Bab 12

722 27 22
                                    

Damar perlahan membuka matanya. Saat nyawanya sudah kumpul, Damar merasakan rasa hangat. Ya hangat. Dirabanya bagian yang membuatnya hangat. Sebuah jaket. Dia benar-benar kenal jaket itu, Jaket Devi.

Dirinya tak bisa menahan senyum yang perlahan mekar dibibir tipisnya. Damar segera beranjak dari sofa, berlari menujuu... kamar Devi. Saking senangnya.

"Ehh.. ehmm Pagi, Dev" Sapanya pada Devi dengan gugup. Damar langsung ngerem mendadak pas liat Devi ternyata ada di ruang makan. Dan tebak lagi apa? lagi masak. Wow. Ini kejadian langka, langka pake kuadrat.

"Eh udah bangun? Pagi, Mar" Devi menyapa balik Damar, dengan senyuman yang amat manis di mata Damar.

Damar mengkucek-kucek matanya sambil berjalan menuju kursi meja makan.

Ituu.. Devi udah ngga marah ama gue? Batinnya.

"Kenapa sih, mar? ngeliat gue kayak pagi-pagi ngeliat dedemit aja"

"Eh lo udah ngga hmm yaa, lo tau kan." tanya Damar, sambil mengambil posisi duduk di kursi meja makan.

Devi menghampiri Damar dan duduk berhadap-hadapan dengannya.

Shit, cantik banget dia pagi-pagi gini, umpat Damar.

"Yaa, I'm sorry about that, Mar." Devi membuka suara.

"Gue tau, ngga seharusnya gue gitu. Seharusnya malah gue terima kasih sama lo yang udah care banget sama gue" Lanjutnya.

Damar tersenyum tipis pada Devi, tangannya terjulur mengelus-elus pucuk rambut Devi.

ditatapnya mata Devi "Kita kan sahabat, Dev." Damar agak tercekak saat mengucapkan kata Sahabat, rasanya ingin mengganti kata itu dengan pacar.

"Thank you." Devi tersenyum kearah Damar untuk yang kesekian kalinya. Dan Damar untuk yang kesekian kalinya dia melting.

"Oh iya,Mar. Nih sebagai permintaan maaf gue." Devi menyodorkan satu piring Nasi goreng.

Damar menelan air liur saat melihat sepiring nasi goreng yang warnanya lebih mirip hitam dibanding coklat.

"Kenapa? Yaah sorry lo tau kan gue ngga bisa masak, ya gosong dikit gapapa lah."

Gosong dikit ini? ck.

"Ehh enggak kok, Dev. Pasti gue makan. Iya ini mah gosongnya cuma dikit." Sergah Damar saat menyadari raut muka Devi yang pengen luntur.

"Sini gue suapin" Rebut Devi ketika Damar hampir menyuap.

Gapapa, Mar, gapapa. Mau pait, mau gosong, jadi manis kok kalo di suapin Devi, Batin Damar sambil cengar-cengir.

***

"Lo dapet bunga lagi, Dev?"

"Iya, Mar. warna kuning, tapi ujungnya ada merahnya."

tiba-tiba hening.

"Udah tau artinya?" Tanya Damar, memulai percakapan yang sempat terputus, karenaa.. ya you know lah.

Devi menggeleng lemas "Beluum."

"Udah diliat dibuku gue yang kemarin gue kasih?"

Devi menggeleng untuk kedua kalinya.

"Ntar aja ah gue mager, hari sabtu kan harusnya, harusnyaa-- Ahh shit, gue lupa mar, gue lupa. sekarang jam berapa?" Devi bicara sambil panik.

Damar jadi ikut panik ngeliat Devi jingkrang-jingkrakan di kamarnya. "Ada apa sih, Dev? baru jam 9."

"Serius?" Mata Devi melotot pas tau udah jam 9.

KalycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang