Bab 3

902 48 16
                                    

Deruan hairdryer mengisi keheningan kamar gadis itu, bergerak menjelajah helai demi helai rambutnya yang kuyup, wanginya pun menyeruak memenuhi ruangan kubus yang tidak terlalu besar ini.

Ringthone hape Drvi sepertinya berbunyi, dirinya segera mencari sumbernya. Dahi Devi mengkerut melihat dua belas digit angka yang tak diketahui, ya tepatnya tidak ada di kontak handphonenya.

"Hei.. gue ganggu ngga?" belum sempat Devi mengucapkan salam, orang diseberang sana sudah menyambar saja. Sepertinya Devi tau siapa ini. Tunggu, mana mungkin? Devi memang kenal suara ini, tapi dirinya tak yakin.

"Devi?" orang itu berbicara lagi, Devi makin yakin dengan suaranya.

"hmm... ahh... iya, ngga ganggu kok, siapa ya?" Devi berbicara sangat gugup.

"gue Natha," Bingo! Sudah dirinya duga kan, ya Tuhan ini memang benar Natha.

"Ya ada apa, Nat?" Devi berusaha tenang, tapi mungkin gemetar suaranya bisa dirasakannya, sungguh dirinya sangat gugup.

"hmm.. lo nerima bunga mawar kuning dari gue ngga?" jantung devi berdegup keras, benar-benar takut. Bagaimana jika tiba-tiba dia bilang bahwa sebenarnya bunga itu bukan untuknya? Dan sasarannya bukan Devi? Melainkan salah satu pelanggan Siphon Cafe? Andrew kah? Oh tentunya tidak mungkin. Ehh tapi bisa saja, kan rata-rata cowok homo itu ganteng-ganteng. Pikiran Devi semakin kacau balau.

"Devi, ini ngga serumit yang lo bayangin. bunga itu buat lo, dan gue ngga homo." Suara Natha disebrang telah menjawab semua pertanyaan Devi tadi, Gadis itu menghela nafas panjang, syukurlah hanya pikirannya yang negatif.

"Begini, gue ngehubingin lo karena adayang pengen gue sampein" Lanjutnya

Jantung Devi mulai berdegup kembali, tapi bukan karena rasa takut, melainkan rasa deg-degan jika kau sedang mendengarkan orang yang kau suka menyampaikan sesuatu

"Ya, silahkan." Sengaja Dirinya berkata singkat, jaga image lah. Masa mau teriak-teriakan atau bilang 'iya gue mau, gue mau' berulang-ulang kali dengan suara melengking, padahal belum tentu dia meminta Devi menjadi pacarnya.

"sebenernya gue itu udah su...." sebelum Natha menyelesaikan kalimatnya, Devi mendengan suara ringtone yang sama dengan hapemya.dicarinya asal suara itu, ketemu!

Kenapa hape gue disini?

Devi melirik sesuatu yang menempel di telinganya.

Ahh shit, hairdryer.

Perlahan diiriknya nama yang ada dilayar handphone, berharap itu adalah dua belas digit yang tak Devi kenal. Ternyata yang tertera adalah Putri. dijatuhkan tubuhnya ke kasur, lemas rasanya tahu kalau tadi hanya khayalannya.

"Ya, Put? Ada apa?" suara Devi agak lemas, efek khayalan tadi tentunya. Tumben banget Putri telfon duluan, biasanya kan Devi.

"Gue pengen cerita nih, Dev." Jelas terdengar suaranya riang cemerlang. Baru kali ini Devi mendengar dia se-exited ini. Biasanya gaya bicaranya gemulai seperti Putri Keraton. Menyerap kalimat itu Devi teringat sesuatu, sesuatu yang sangat membuatnya senang, dan pastinya ingin diceritakan pada sahabat tercintanyaa.

"Ahhh iya Put, gue juga mau cerita, sumpah ya seneng banget. Tahu ngga? Hari senin kemarin gue nerima bucket bunga Mawar kuning" Begitulah Devi, jika dipancing untuk bercerita, dia langsung nyerocos bawel bercerita, Devi suka berbicara, dirinya selalu percaya diri jika berbicara didepan orang banyak.

" Haaaa? serius, Dev?" nada suaranya menaik, bisa dibayangkan disana - dikamarnya - dia sedang membuka mulutnya lebar-lebar dan menutupnya dengan telapak tangan.

"Dan lo tau siapa pengirimnyaaaaa?" lanjut Devi, dia sangat semangat mengucapkan nama itu dengan bangga.

"Siapa, Dev?" nada suaranya makin naik. penasaran.

"Natha Prasetyo, Put. Natha, Put. Gila kaan?" Gadis itu sangat senang sekali mengucap namanya, Ya Tuhan, kenapa namanya begitu keramat di otakku?

Beberapa detik hening setelah Devi mengucapkan kalimat tadi, terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana.

"Serius? Yaampun, ganyangka banget gue, Dev. Akhirnya ya, pasti seneng banget ya? gue ikut seneng, Dev. Semoga itu pertanda baik ya." Nada suaranya meragu, seperti tak percaya.

Putri memang tahu bahwa Devi sudah mengagumi Natha sejak bergabung di OSIS, dia pun tahu bahwa Devi selalu curi-curi pandang dan cari-cari perhatian sama Natha, hihi. Putri juga tahu kalau semua usaha Devi PDKT selalu gagal. Jadi jelas dia sepertinya sangat-sangat tak percaya.

"Semoga, Put. Oh iya, lp mau cerita apa?" Devi bertanya balik padanya.

"ahh.. itu, gue juga mau cerita kalau Natha tadi cerita sama gue, dia mulai suka sama lo, Dev."

"Hah? Seri ..."

Tut.. Tut.. Tut..

Devi menatap layar ponselnya. langsung mati?

Seharusnya dia menyiapkan banyak pulsa jika ingin menelponku.

Devi masih ingin bertanya-tanya tentang yang Ia ceritakan tadi, apa benar Natha bilang begitu?

---- *** ---

Heyhoo.. Semoga chapter ini ga banyak kesalahan yah :D and sorry for short story in this part. dont forget give your vomment for Kalyca \m/ Thank you so much ;) kritik dan saran diterima ;)

KalycaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang