25. Pembelajaran (2)

27 3 0
                                    

" Ya, gini lo ya. Mbak kan body-nya b aja. Ya agak gimana gitu kalo pacaran sama mas-mas yang tadi . Syukurlah kalo bukan." Dia mengibas-ngibaskan tangan nya didepan mukanya.

" Lah emang apa salahnya kalo cewek gendut kayak gua punya pacar kek mas-mas yang lo maksud tadi." Gantian aku yang menopang dagu didepannya dengan tersenyum miring.

Gaya kayak dia itu nggak cocok kalo disopanin, gayanya minta dikasih pelajaran biar nggak berani ngeremehin lagi.

" Ya nggak cocok lah, kenapa mbaknya naksir ya sama mas tadi? Siapa namanya? "

" Bina, namanya Bina. Iya nih gua udah ngejar-ngejar dia udah lama tapi dianya nggak peka-peka." Aku memasang wajah yang kusedih-sedihkan.

Raut wajahnya yang aneh itu, sekarang menampilkan ekspresi wajah yang meremehkan.

" Makanya mbak sadar diri, mbaknya itu harus benerin badan dulu. Muka mbak juga butuh perawatan juga kayaknya. " Dia mulai berani menunjuk-nunjuk wajahku.

Dret dret ... Dret dret ...

Hapeku yang berada diatas meja bergetar sebentar lalu menyala menampilkan gambar lookscreen, mungkin memang hari ini adalah hari pembelajaran buat mbak-mbak sok ini.

Gambar lookscreen hapeku adalah fotoku bersama Adam, meskipun foto kami menampilkan ekspresi wajah jelek. Ternyata dia juga ikut melihat hapeku juga.

" Hehe, maaf ya mbak. Bentar!" Aku mengambil hapeku dengan kubuat malu-malu.

" Gini deh mbak, sekarang kalo mbak suka sama Mas tadi nggak usah maksa gitu. Cari yang lain aja." Dia juga mulai memainkan hape. Mungkin dia nunggu Bina kembali kesini lagi.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, Bina berjalan mendekat ke kami dengan wajah kagetnya.

" Hei, lama banget sih!" Aku melambai ke arahnya, aku jadi memasang wajah yang kuimut-imutkan.

" Hai!" Kukira dia bakalan duduk disebelah mbak mbak cantik itu, ternyata dia memilih disebelahku.

Sudah kuduga wajah mbak itu langsung shock.

Mungkin si Bina tau kalo mbak mbak ini bersikap aneh ke aku, dia jadi sedikit aneh ke aku.

Bina menyentuh ujung kerudungku yang sedikit meleok, dimembetulkannya. Kukira mbak tadi bakalan pindah ternyata dia malah melotot kearah kami.

" Mas, jadi gimana boleh nggak aku minta nomernya." Dia membuat nada bicaranya menjadi sangat manja.

Mungkin dia punya penyakit kepribadian ganda, kok bisa dia tiba-tiba jadi manja gini ke Bina. Padahal tadi bicara sama aku kayak mau ngajak berantem.

" Ehm gimana ya mbak, coba mbaknya tanya ke teman Bina ini." Bina menepuk-nepuk kepalaku pelan beberapa kali.

" Katanya mbak ini tadi boleh kok, aku udah tanya tadi."
Aku kaget dong, dia aja daritadi ngomongnya nggak enak. Kok katanya aku udah ngasih izin.

Ketika aku menatap dia ternyata dia mengasih kode dengan matanya megedip beberapa kali.

" Terserah lo Bin, gua nggak mau ikut campur urusan lo." Aku mencoba tidak ikut campur.

" Ini cirengmu tadi, manja banget sih kamu sekarang." Bina mengedip beberapa kali keaku juga.

' What The Hellll?'

" E-eh yauda itu mbaknya kasih aja."
Aku jadi ikut-ikutan mengedip beberapa kali juga.

Menular juga ini kedipan.

" Beneran ini?" Bina mengedip lagi ke aku.

Aku jadi mengangguk dengan mantap beberapa kali. Akhirnya mungkin dia dengan berat hati ngasihkan nomernya ke mbak yang dari tadi menatap kami.

Wajah cewek itu langsung menjadi berbinar-binar, sedangkan Bina tersenyum dengan sangat dipaksakan.

Aku jadi pengin ketawa yang keras banget.

To Be Continued...

My Second LifeWhere stories live. Discover now