02. Remember

247 17 4
                                    

Dijendela belakang kelas yang kacanya sudah tidak ada, seorang siswa dengan rambut yang sedikit gondrong sedang menopang dagunya. Itu si Adhitama berandalan dari kelas 12, Bahkanpada saat Mos dia sudah membuat onar, ya karena dia punya teman-teman kakak kelas 11, 12.

“Oh si Gendut sudah masuk sekolah. Apa Kabar?” Dia melambai padaku dengan sangat bersemangat.

Belum juga aku membalas lambaiannya dia sudah berpaling kearah Griz kekasihnya.

Babe, Jangan lupa makan nanti ya” Dia mengedip kearah Griz lalu keluar dari jendela itu tanpa berpamitan lagi, tapi 2 langkah kemudian dia sudah berteriak lagi.

“Ajak si Gendut itu juga ya sayang.” Dia melambai lagi tanpa membalikkan badannya.

“Dasar kelakuan anak-anak nakal itu, tidak tau sopan santun. Grizelle sebaiknya kamu putuskan saja dia, bagaimana kamu bisa berpacaran dengan anak seperti itu. Dayita sebaiknya kamu duduk kembali.” Ujar Bu Nurul dengan berjalan keluar kelas, mungkin beliau akan menghukum si Tama.

Akhirnya perkenalan kembali itu selesai juga, pada saat aku duduk kembali di tempatku Griz sudah mengomel tentang ucapan wali kelas kami. Dia memang sudah berpacaran dengan Tama sejak kelas 10, kupikir dia sudah berganti pacar ketika aku tidak bersekolah.

“Kenapa sih guru-guru selalu begitu, apa mereka ngga tau ya gimana rasanya mencintai dan dicintai, apa salahnya bila Tama seperti itu. Dia akan bertobat jika sudah waktunya.” Griz semenjak dulu sudah menunjukkan gejala Bucin, dan betul saja dia sudah Bucin level 3.

“Kurasa sudah waktunya Tama bertobat Griz, dia harus fokus untuk masuk univ bukan? Kamu tidak berubah Griz.” Aku memegang tangannya, dia terlihat kaget dengan ucapanku.

Ketika Griz akan membuka mulut, tiba-tiba beberapa temanku mendekat kebangku kami. Wajah-wajah kepo mereka membuatku tak nyaman.

“Lo inget ngga sama gue?” Ucap Bella dengan posisi mengintrograsiku.

“Gue, gue lo inget ngga, kita kan sekelas masak lo ngga inget.” Aulia juga mengikuti kelakuan si Bella.

“Aku cuma sakit Bella, dan Aulia aku ngga gegar otak…”

“Kalian berdua piker si Faw gegar otak? Amnesia gitu? hebat banget pikiran lo berdua. Terlalu banyak nonton sinetron lo.” Ya seperti itulah sikap asli Griz ketika ada yang menyinggung perasaannya.

Dia selalu membela apa yang menurutnya benar, sikap buruknya itu membuat beberapa orang enggan berteman dengannya. Selain itu dia juga ngga butuh siapapun kecuali Tama.

“Apaan sih bacot banget, namanya juga tanya sensian banget sih. Ngga seru lo jadi orang.” Setelah memaki Griz seperti itu akhirnya mereka pergi kebangkunya masing-masing.

Tanganku yang masih mengenggam tangan Griz membuatku sedikit tenang, mungkin dirumah aku akan memeluk gulingku dengan erat sampai tertidur. Kakakku benar aku akan mudah tenang jika berada didekat orang-orang sayang padaku.

Bu Nurul sudah masuk kedalam kelas lagi, untuk meneruskan kegiatan belajar mengajar.

Ketika aku berpaling kebelakang aku tidak sengaja memandang jendela luar kelas, disana sedang berjalan seorang yang tidak kukenal dia memiliki wajah yang tampan. Mungkin saja dia dari kelas 10 atau kelas 11.

Aku berpaling lagi kearah depan kelasku, karena Bu Nurul sudah menerangkan pelajaran Sejarahnya.

***

Di kantin ketika aku sampai sudah lumayan ramai, Aku dan Griz sudah satu meja dengan Tama. Mereka sekarang berbicara bersama dan dengan sedikit membawaku kedalam percakapan mereka.

Ketika aku sedang menguyah baksoku, seseorang duduk didepanku. Dia datang dengan membawa segelas es susu coklatnya.

“Eh Faw, ini Bina dia satu kelas sama Tama, dulu dia pindah kesini waktu kelas 11. Jadi lo ngga tau dia” Suara itu milik Griz.Dia berbicara dengan bergelayutan di lengan Tama.

Aku menelengkan kepala kearah Griz, apa maksudnya sih? Aku beneran ngga ngerti.

“Bina, Lo murid baru disini?” Cowok itu mengulurkan tangannya kearahku.

Ketika aku menatapnya ternyata dia adalah cowok yang kulihat tadi pagi, cowok bermata hitam itu.

“Gue Faw.” Lalu kulanjutkan lagi acara memakan bakso ku.

“Bukan, Faw bukan murid baru dia udah sekolah disini waktu kelas 10, dia abis cuti sakit.” Tama menjelaskan dengan mulut penuh dengan Nasi Sotonya.

“Sakit apa? Kok baru masuk sekarang?” Dia bertanya lagi.

“Ngga penting gue sakit apa, mending lo minum susu coklatmu itu.” Aku ngag suka ada cowok yang kepoan kayak dia.

Kukira dia bakalan mendesakku untuk menjawab pertanyaannya ternyata dia sudah meminum susu coklatnya dengan menatapku menyelidik.

Aku kembali berpaling ke Tama "Lo tadi dihukum apa sama Bu Nurul?"

To Be continued

My Second LifeWhere stories live. Discover now