13. Rival

51 6 0
                                    

Musim ujian sudah semakin dekat, hari hari yang kami lalui semakin berat saja. Bahkan aku dan Adam sudah jarang bertemu.

Meskipun kami masih bertemu hari sabtu dan minggu, rasanya ada yang aneh saja. Kalo kami ke kantin pun jarang ketemu juga.

Hanya Griz dan Tama yang menemani makanku. Semenjak aku dibawa pulang saat aku tertidur dikantin suasana disekolah sedikit membuatku tidak nyaman.

" Ngga usah dipikirin deh Faw, fokus UNBK aja ya. Gua sedih kalo lo murung terus gini." Dia menyandarkan tubuhnya ke bahuku.

" Mikirin apaan dah?" Aku menatap Tama kenapa tiba-tiba Griz jadi seperti ini. Tapi Tama hanya mengendikan bahunya.

" Woi, bacod lo ngga usah ngomong dibelakang. Ngomong sini depan gua." Adam berteriak marah ditengah-tengah kantin yang ramai, ternyata dia sudah membanting piring yang dibawanya.

" Apaan sih, alay anak nggak waras gitu kok disekolahin lagi. Mending dirumah aja daripada ngerepoti. " Siswi kelas 11 itu tertawa dengan teman se gengnya.

Belum sempat aku menarik Griz, cewek berjilbab putih itu sudah menjambak rambut siswi yang banyak bicara itu.

Aku berlari kearah Griz dan langsung menariknya sebelum mereka lebih jauh lagi saling menjambaknya. Ketika mereka sudah terpisah aku membetulkan jilbab Griz.

" Udah udah ya Griz, gua nggak ngapapa kok. Udah ya biarin aja." Aku mengelus kepalanya pelan mata Griz sudah berair.

Griz belum juga tenang tiba-tiba ada suara meja digebrak lalu terdengar lagi suara benda pecah. Kukira itu Tama yang sedang marah.

Ternyata sumber keributan itu adalah Bina, dia mencengkram siswa kelas 12 lain. Tama menarik Bina tapi yang ditarik malah menangkisnya dengan cepat.

" Mereka cuma bisa bicara tanpa mengerti apa yang mereka bicarakan. Lo disini itu sekolahin bukan buat nge-bully anak-anak lain."

" Dih sok pahlawan, lo tau ngga si Fawnia itu gila. Dia cuti sakit karena dia kelainan jiwa, murid kayak dia hanya bisa merusak reputasi seko--"

Brug.

Adam meninju muka siswa itu tepat dimulutnya itu, kulihat Bina terdiam disamping siswa yang jatuh sesudah dihajar Adam.

Tama menarik Bina lalu mengajaknya pergi, Tama memberi kode pada Griz. Aku menarik kerah baju Adam, anak ini hilang kendali dilihat dari wajahnya yang merah itu sepertinya dia sangat marah.

" Hei, udah udah. Ayo ngga usah perduli lagi. " Aku menepuk pipinya pelan.

Adam mengerjap, setelah dia sadar aku menarik tangannya. Belum juga aku berjalan keluar dari kantin. Suara menggelegar itu terdengar.

" Adam Gemilang, Dayita Fawnia. Ke bk sekarang!!!" Itu suara guru kesiswaan.

***

Dan disinilah kami berakhir, kami berlima duduk didepan ruang sidang kesiswaan, lalu siswa-siswi yang tadi terlibat masih didalam ruangan itu.

Pintu dibuka lalu mereka keluar sambil menunduk dalam-dalam. Aneh mereka seperti menangis. Guru yang berteriak tadi juga ikut keluar.

"Karena kalian pertama kalinya membuat keributan seperti itu, jadi hukuman untuk kalian sedikit dikurangi."

Beliau menarik nafasnya pelan, lalu menatap kami berlima bergantian.

" Kalian berlima mulai besok pagi pukul 6 harus sudah menunggu disini."

" Dan sisanya akan saya skor, karena kalian provokator untuk membuat keributan, Sekian." Beliau kembali masuk keruangan itu setelah kami semua mengucapkan terima kasih.

Aku melihat tangan Adam, untung saja gigi anak itu tadi tidak rontok akibat tinjuannya.

" Goblok, untung anak itu tadi nggak mati." Aku menonjok lengannya pelan, tanpa aba-aba kami semua tertawa bersamaan.

My Second LifeWhere stories live. Discover now