14 ; Arwah Jembatan (2)

125 30 6
                                    

sungguh nasib apa sebenarnya yang menimpaku.

Bohong jika aku tidak takut, dia menatapku dengan smirk.

•••

Nara terbangun pagi, kejadian semalam benarlah sangat membuatnya pusing.

Ctak!

Aku menghidupkan televisi.

"Berita terkini, ditemukan mayat berinisial TB dekat semak semak. Kemungkinan mayat ini sudah 1 bulan lamanya berada di aliran sungai, polisi sedang mencoba melakukan investigasi dan melakukan otopsi kepada kor--."

"Kamu sih bodoh Ra!!"

Itu suara Jeno, aneh bukan? Dia sudah kembali. Sedih sebenarnya karena Kakak Nara menjadi korban dan Jeno kembali, Entah Nara harus memaki hantu itu atau berTerimaKasih.

"Ck!" Nara segera mematikan televisi.

Sebelum berangkat Nara menatap dapur yang biasanya diisi godaan kak Jae sekarang sirna.

"Hufftt... Nara akan menemuimu kak."
"Tunggu aku.."

Flashback...

Nara menatap hantu yang saat ini berada di Pundaknya.

Tes... Tes.. Tes..

Air pada rambutnya menetes di pipinya. Segera Nara mengusap dengan lengan bajunya.

Semakin berat, semakin berat dan tambah berat kakiku sudah tidak kuat untuk tetap jenjang berdiri. Akhirnya Aku merosot pelan, tubuhku jatuh di lantai.

"Ahk." Nara memegang pundak miliknya memijit pelan.

Tatapan menunduk, ada air menggenang di lantai bahkan bajukupun basah.

Tetesan air itu menghasilkan suara yang semakin mencekam dengan keadaan kamarku yang gelap bahkan hanya sinar bulan dan lampu jalan yang terlihat dari jendela.

Semakin mendekat, kepala Nara terasa pusing, nafas Nara juga terasa semakin berat sesak sekali.

"Bug! Bug! Bug!"
Nara memukul dadakNya sekeras mungkin.

"Huuuupphh" mencoba menarik nafas hingga dadaku sakit, biasanya Nara melakukan ini ketika Nara menangis agar Nara tidak sesegukan berhasil tapi rasanya tidak untuk ini.

Hantu itu tidak menyentuhnya sama sekali, tapi aneh rasanya tubuh Nara tercekik.

Nara rasa dia sedang mencoba memasuki Tubuh Nara, ini yang paling tidak Nara suka Nara tau hanya menutup Mata.

Aku berdoa lagi. Mencoba konsentrasi mengucapkan banyak rapal doa,

"Graaaahhh!!!"

Nara membuka mataku sedikit, lelaki ini lagi sebenarnya dia apa? Hantu atau malaikat?

"Kamu gapapa kan Nara?" Jeno jongkok di depannya menatapnya berharap Nara tidak apa.

Nara mengangguk.

Masa bodoh! Dia tiba-tiba muncul Nara mengabaikannya,

Nara hanya menutup mata erat sambil berdoa tidak berani membuka mata se incipun.

Entah memang Jeno tidak berbicara atau bagaimana kamar ini hening sekali, benar-benar hening. Super duper!

Different - Lee Jeno ✔|| ENDWhere stories live. Discover now