42 ; sama-sama menyerah

190 8 5
                                    

Saat aku selesai mengecup bibir Jeno, laki-laki ini menyebut namaku.

"Nara.."

"J-jeno kamu udah bangun?"

"Aku nggak tidur nar."

"Jadi..."

Jeno mengangguk pelan "iya  aku dengar semua itu."
Jeno menarik nafasnya kasar "Maafin Jeno, Jeno juga gak bisa pertahanin hubungan kita."

Seakan waktu membeku, aku hanya terdiam mencerna kalimat yang keluar dari bibir lee Jeno.

Kita sama-sama menyerah...

Aku mengangguk dan tersenyum sekilas.

"Apa kita perlu backstreet?" Jeno menawariku.

Hatiku berkata ide yang bagus.. tertapi buat apa jika tanpa restu orang tua?

Aku menggeleng keras.

"Nara gak boleh sedih okay?"
"Jeno percaya Nara bisa dapetin cowo yang lebih baik dari jeno... hmm?"
"Kamu jelek kalau sedih." Jeno memegangi hidungku untuk menggodaku supaya tersenyum.

Aku diam air mataku jatuh tetapi bibirku terkulum senyum, senyum palsu yang menyakitkan, Ingin rasanya aku berteriak.

"Mama ancam aku.."
"Aku akan melanjutkan sekolah di aussie."
"Aku memilih hubungan kita renggang tetapi aku masih ada disini setidaknya bisa melihatmu."

Jeno memelukku sangat erat bahkan rasanya aku sulit bernafas.

"J-jen.. nara susah nafas." Kalimatku pelan.

Jeno merenggangkan sedikit pelukannya "gini aja dulu ya?"

Aku hendak melepaskan pelukannya namun Jeno tetap memelukku bahkan mengeratkan pelukannya lebih lagi.

Aku melirik jam hampir pukul 6 pagi, di kesunyian saat ini aku bisa mendengar bagaimana suara tangis Lee Jeno.

Laki-laki ini berusaha menahan tangisannya membuat Ia sesegukan.

"Nangis aja Jeno.. kamu boleh nangis gapapa." Aku menepuk-nepuk pundak Jeno memberikan kenyamanan.

"Udah nangisnya?" 

Jeno melepaskan pelukannya dariku, bisa kulihat matanya sedikit bengkak. "Lihat? Jeno kalau sedih juga jelek." Ejekku sedikit terkekeh.

Cup

Mataku membulat, Jeno menciumku aku membalasnya pelan.

"Aku rasa ini yang terakhir dan maaf aku tidak izin."

"Izin?"

"Izin menciummu."

Gimana aku bisa move on jeno? Kalau kamu selalu bikin aku blushing?

"Hahaha apasi jeno, gapapa. Ini terakhir kan?"

Jeno diam,

"Nara harap kita bisa bertemu lagi ya?"

Jeno mengangguk tatapannya kosong.

"Udah makan?"

"Nanti dapat makanan dari RS"

"Nara izin pamit ya? Makasih karena Jeno selalu ada buat Nara."

Di saat aku hendak keluar, aku berpapasan dengan ibu Lee Jeno. Tatapannya mengintimidasi seperti 'apa yang kamu lakukan dengan anak saya?'

Aku hanya tersenyum melewati beliau dan pergi keluar.

Aku berjalan keluar sembari melihat Jeno dari kaca sama halnya juga dilakukan oleh Jeno.

Different - Lee Jeno ✔|| ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora