[40] New Member Again?

3.2K 227 9
                                    

Ada typo? Langsung comment.

Happy reading ❤

"Hiks! Sakit.." rintih gadis kecil itu.

Rissa segera mengobati gadis kecil itu dengan kekuatannya, seketika semua luka yang ada di tubuh gadis kecil itu hilang tanpa bekas.

"Apa masih sakit?" tanya Rissa datar.

"Hiks! Tidak, terimakasih kak.." ucapnya yang masih sesenggukan.

Rissa pun kembali mengelus puncuk kepala gadis kecil itu lembut, tapi tanpa aba-aba gadis kecil itu memeluk Rissa sehingga Rissa yang tidak siap pun terjatuh kebelakang.

Rissa hanya tekekeh kecil lalu ia pun bangkit dengan gadis kecil itu yang belum melepaskan pelukannya. "Kenapa hm?" tanya Rissa.

Gadis kecil itu mendongakkan kepalanya. "Aku pengen sama kakak.." ucapnya, "Aku gak mau disini kak, aku selalu dibilang pembunuh sama papah. Tapi aku gak tau kenapa."

Kata-kata polos yang meluncur dari bibir gadis kecil itu berhasil membuat Rissa terdiam. Rissa pun menghela napas pelan.

"Apa ini yang kamu maksud Ra? Kalau iya.. Maka aku akan menyanggupinya. Hanya demi dirimu," batin Rissa.

"Nama kamu siapa?" tanya Rissa.

"Hm.. Ayah selalu memanggilku pembawa sial kak," ucapnya.

Rissa meringis pelan. "Kalau begitu, kamu mau tidak.. Hm, kakak yang memberikanmu nama?" tanya Rissa.

Mata gadis kecil itu pun berbinar senang. "Mau kak!!" serunya senang.

"Kalau begitu, mulai saat ini namamu Hikari La'Luz Feynanz," ucap Rissa lembut.

"Tapi ingat, jangan pernah menyebutkan nama terakhirmu," ucap Rissa memperingati.

"Baik kak!" serunya senang.

"Ayo ikut," ucap Rissa.

Lalu mereka berdua pun berjalan menuju penginapan tempat Rissa beristirahat.

"Kamu tunggu disini ya," ucap Rissa datar.

"Iya kak." lalu Rissa pun pergi meninggalkan Hikari di dalam kamarnya.

Rissa pergi untuk membeli beberapa makanan. Setelah Rissa mendapatkan apa yang ia inginkan, ia pun kembali ketempat penginapannya.

"Kaka abis ngapain?" tanya Hikari.

"Kakak habis beli makanan, nih ambil." dengan senang hati Hikari memakan makanan itu.

Keesokan paginya.

"Rissa, siapa anak kecil ini?" tanya Fera sambil berbisik.

"Dia adalah anak yang diamanahkan oleh dia Fer," ucap Rissa.

"Oh.." Fera hanya mangut-mangut sendiri.

"Yaudah, kita berangkat." mereka bertiga keluar dari kamar penginapan dan langsung bertemu dengan Stefio.

"Fio. Kita langsung berangkat," ucap Fera.

"Iya," ucap Fio. Lalu mereka mulai berjalan keluar dari desa Gforfin.

"Fer," bisik Fio.

"Apa?" Fera juga ikut berbisik.

"Siapa anak itu?"

"Anak yang diamanahin sama dia."

"Oh.." mereka berdua pun kembali fokus berjalan.

Setelah lama berjalan, mereka pun berhenti karena Hikari sudah merasa lelah. "Hikari mau istirahat dulu," ucapnya.

"Yaudah," ucap Rissa datar.

Rissa pun duduk sambil bersender di salah satu pohon dan Hikari tidur di pangkuan Rissa.

"Kak?" panggil Hikari.

"Hm?" Rissa pun mengusap puncuk kepala gadis itu.

"Kita mau kemana kak?" tanyanya.

"Kita mau mencari kebebasan," ucap Rissa dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

Fiki side.

"Apa kamu benar-benar tidak bisa memberitahu saya apa yang terjadi?" tanya Raja Lucient.

"Maaf yang mulia, hamba benar-benar tidak bisa memberitahukan tentang hal ini kepada siapapun." Fiki berbicara dengan nada serius.

Raja Lucient menghela napas lelah. "Saya mohon nak Fiki.. Ini bukan permintaan dari seorang raja, tetapi ini permintaan dari seorang ayah yang ingin tahu keadaan putrinya," ucap Raja Lucient sendu.

"Maaf yang mu-"

"Saya benar-benar putus asa.. Tolong bantu saya," ucap Raja Lucient.

Fiki menatap datar kepada pria di depannya ini. "Akan hamba usahakan yang mulia," ucap Fiki. "Hamba mohon undur diri.

"Atha.. Ayah mohon sama kamu untuk bangun nak, maafkan ayah.." batin Raja Lucient.

TBC

She's a PrincessWhere stories live. Discover now