[19] Dream Forest (2)

5.8K 376 17
                                    

Rissa langsung terbangun karena suara ledakan itu, begitupun Lighlie yang langsung mendarat.

Rissa langsung mengenakan jubahnya yang berwarna ungu tua dengan bordiran berwarna emas diujungnya yang terkesan elegan.

Rissa berjalan menuju sumber ledakan itu, disana ia menemukan sekelompok orang yang mengenakan jubah berwarna hitam tergeletak di atas tanah dengan kondisi yang mengenaskan.

Disana juga ada seorang pria yang duduk di atas tubuh salah satu mayat orang berjubah itu, ia duduk membelakangi Rissa sehingga wajah nya tidak terlihat.

"Siapa kamu?" tanyanya.

"None of your business," ucap Rissa dingin,dan jangan lupakan tatapan tajamnya.

Rissa juga mengenakan tudungnya sehingga wajahnya tidak terlihat. "Aku bertanya, kamu menjawab.. Simpel," ucapnya santai.

"Oh," ucap Rissa dingin.

"Apakah kamu kulkas? Dingin banget tau gak," ucapnya.

"Bodo," ucap Rissa lebih dingin lagi.

Orang itu menghela napas pelan, dari suaranya barusan ia adalah seorang laki-laki remaja.

"Musuh atau kawan?" tanya Rissa dingin.

"Kamu apa? Musuh.. Atau kawan?" tanyanya balik.

"Aku bertanya kamu menjawab," ucap Rissa dingin.

Senjata makan tuan...

Ia menghela napas pelan. "Jerden dari Fleghteeir," ucapnya santai.

"Oh," ucap Rissa cuek. Ia langsung berjalan ke arah Flighlie dan langsung melanjutkan perjalanan mereka menuju Crystal palace.

Rissa juga menulikan telinganya dari teriakan laki-laki tadi. Karena ia terus berteriak menanyakan nama Rissa.

Rissa kembali terlelap di atas punggung Lighlie, ia merasa sangat mengantuk.

Saat kabut mulai menebal, Lighlie memutuskan untuk mengambil jalan darat. Ia akan kembali berlari di atas tanah dari pada terbang di langit.

Karena kabut itu menutupi jalur yang akan ia kewati jika di langit, dan itu bisa berakibat sangat fatal.

"Kita dimana?" tanya Rissa dengan suara serak.

"Kita masih di dream forest, kabut sudah semakin tebal. Jadi aku memutuskan untuk mengambil jalur darat," ucap Lighlie sambil terus fokus ke jalanan di depannya.

"Hm," dehem Rissa.

Mereka berdua diam, suasana sunyi menemani perjalanan mereka hingga.
Krek!

Sret!

Rissa langsung melempar belatinya ke arah sumber suara tadi. "Santai aja dong.." ucap seseorang yang langsung keluar dari tempat persembunyian nya.

"Jerden?" gumam Rissa yang masih bisa di dengar oleh Jerden.

"Inget?" tanyanya.

"Gue gak pikun," ucap Rissa dingin.

"Yaelah, kamu mau ngomong pake gue-lo atau aku-kamu?" tanya Jerden.

"Tergantung," ucap Rissa datar.

"Ck! Oh iya, kamu mau kemana?" tanya Jerden sambil berjalan mendekat kearah Rissa.

Rissa hanya diam. "Sariawan ya?" tanya Jerden karena Rissa tidak menjawab pertanyaannya sedari tadi.

"Penting ya?" tanya Rissa datar.

"Penting dong, kan aku mau ikut."

"Atas dasar apa?" tanya Rissa dingin.

Jerden menghela napas, ia membuka tudung jubahnya sehingga wajahnya bisa terlihat.

Sorot matanya tajam dengan warna mata merah, rambut berwarna hitam pekat yang menambah kesan misterius. Hidung mancung dan juga kulit putih pucat.

"Atas dasar... Mau aja," ucapnya santai.

"Ni cowok sarap apa ya?" batin Rissa.

Jerden menatap Rissa dari atas sampai bawah. "Kamu emang style nya kayak gini? Pake jubah sampe badan gak keliatan?" tanya Jerden.

"Masalah?" tanya Rissa sarkastik.

"Gak sih, Kamu gak mikir apa gitu? Pas aku buka tudung tadi?" tanyanya lagi.

"Bawel," ucap Rissa dingin.

"Beneran!! Aku gak bisa baca pikiran kamu!!" ucapnya sedikit kesal.

Rissa menatap Jerden datar lalu menunjuk dirinya sendiri dengan gaya yang cukup menyebalkan. "Emang gue keliatan peduli gitu?" ucapnya sarkastik.

"Sabar Jer.. Perempuan ini.. Bukan laki-laki," batin Jerden.

Rissa menaikkan sebelah alisnya. "Gue emang perempuan," ucapnya datar.

"Kamu lama-lama nyebelin ya," gerutu Jerden kesal.

Rissa menaikkan bahunya acuh, ia pun turun dari punggung Lighlie. "Ngapain disini?" tanya Rissa datar.

"Tugas," ucapnya santai.

Rissa hanya diam, ia tidak berkomentar apa-apa lagi. Dan mereka berdua hanya saling diam.

Rissa juga memutuskan untuk menunda perjalanan karena kabut sudah lebih menebal, sehingga akan sulit untuk melihat ke sekitar.

"Namamu siapa?" tanyanya 'lagi' untuk kesekian kalinya yang tentu saja tidak di jawab oleh Rissa.

"Yaampun, jawab pertanyaan gampang kayak gitu aja susah..." keluhnya, "Apa kamu amnesia gitu? Lupa sama nama sendiri?" tanyanya.

Rissa hanya diam sambil menatap Jerden datar. "Salah apa gue yaampun.." batin Jerden.

TBC

She's a PrincessWhere stories live. Discover now